a. Ruang yang menunjang subsistem usaha tani pertanian primer
1 Sawah
Sawah berfungsi sebagai ruang produksi yaitu dengan menanam tanaman pangan yang bersifat field crops seperti padi dan palawija.
2 Kebun Campuran
Kebun campuran adalah ruang yang paling berpotensial dalam perkembangbiakan komoditas manggis.
3 Kebun
Kebun merupakan ruang yang awalnya berupa ilalang dan gulma serta berada pada tanah yang kurang subur. Kebun berfungsi sebagai kebun
yang ditanami beberapa tanaman seperti ubi, singkong, dan talas. 4
Talun Talun berfungsi sebagai ruang untuk konservasi
5 Pekarangan
Pekarangan merupakan ruang yang berada di sekeliling pemukiman. 6
Empang Empang terletak pada sekitar lahan basah sawah. Empang berfungsi
untuk budidaya ikan air tawar pada Desa Barengkok. b.
Ruang yang menyediakan jasa untuk kelancaran produksi 1
Rumah Pemukiman Pemukiman merupakan blok-blok yang terpusat di tengah desa, agar
fasilitas dan utilitas desa dapat disediakan secara efisien 2
Fasilitas Fasilitas berfungsi sebagai penunjang pengembangan kawasan barengkok
sebagai agroforestri manggis. Fasilitas yang dibutuhkan adalah: a
Gedung penyimpanan dan pengolahan primer Gedung Penyimpanan Buah Manggis diperlukan pada saat pasca panen
dimulai dari pengumpulan buah, sortasi, pencucian, grading, dan penyimpanan. Syarat tempat yang digunakan sebagai gedung
penyimpanan buah manggis adalah: a. Lantai harus bersih, b. Aerasi baik dan lancar, c. Suhu kamar 28-30
C, dan d. Kelembaban maksimum 90 Gambar 21.
b Koperasi
Koperasi dibutuhkan dalam mendukung Desa Barengkok menjadi salah satu sentra produksi. Berdasarkan Hakim 2009, Selama ini ketersediaan
modal merupakan faktor pembatas limiting factor dalam pembangunan petanian baik di tingkat usaha tani maupun di perusahaan atau industri
pengolahan hasil pertanian Gambar 22.
Oleh karena itu agar menjadikan sebuah kawasan yang didesain untuk wilayah pertumbuhan maka syarat keharusan berupa ketersediaan modal
dan capital harus dipenuhi. Modal atau capital yang ada harus dapat Gambar 21 Ilustrasi Gedung Penyimpanan dan Pengolahan Primer
Gambar 29 Ilustrasi Koperasi
diakses dengan mudah oleh semua sektor ekonomi yang berada di Desa Barengkok. Untuk itu sarana kelembagaan dan perekonomian seperti
bangunan koperasi usaha bersama KUB atau perbankan dibutuhkan di Desa Barengkok.
c Jalan
Jalan merupakan akses penghubung dengan wilayah lain dan prasarana fisik kampung yang paling penting dalam memfasilitasi kegiatan
pemukiman dan kegiatan produksi. Karena pada jalur ini barang dan penumpang ditransportasikan keluar dan ke dalam kampung. Disamping
itu jalan kampung merupakan prasyarat penting untuk melakukan kegiatan dalam pemukiman dan untuk kegiatan pertanian. pembuatan jaringan jalan
dibuat dengan network yang efisien, dan menjangkau semua ruang dalam kampung. Kondisi jalan pada Desa Barengkok pada umumnya cukup baik.
Namun, pada jalan antar kampung yang dapat mendistribusikan komoditas pertanian kondisinya belum mengalami pembetonan seperti pada: 1 jalan
Kampung Barengkok desa ke Kampung Dahu, 2 jalan lingkar kampung, 3 jalan Kampung Geledug ke Kampung Bantar Endah, 4 jalan Kampung
Cibata ke Kampung Citeureup, 5 jalan Kampung Geleduh ke Kampung Saninten, 6 jalan Kampung Citeureup ke Kampung Geledug, dan 6 jalan
Kampung Citereup ke Kampung Dahu Berdasarkan ruang-ruang yang dibutuhkan tersebut, maka dibutuhkan
hubungan antar ruang Gambar 23 yang digunakan juga sebagai dasar pembentukan konsep ruang dan konsep sirkulasi
Pada Gambar 23 terdapat matriks hubungan antar ruang, yang terbagi atas: Gambar 23 Matriks Hubungan antar Ruang
a. Hubungan Sangat Dekat,
Hubungan sangat dekat akan terjadi jika salah satu ruang merupakan bagian penuh dari bagian ruang yang lain.
b. Hubungan Dekat,
Hubungan dekat ini merupakan hubungan yang secara langsung mempunyai keterkaitan dan dibutuhkan kedekatan agar terbentuk ruang yang efisien.
c. Hubungan Tidak Dekat,
Hubungan tidak dekat merupakan hubungan yang tidak berhubungan dan jauh antara ruang satu dengan lainnya.
d. Hubungan Netral,
Hubungan netral adalah hubungan suatu ruang yang tidak berpengaruh jika berada dekat atau jauh dengan ruang lain.
6.2.1 Konsep Ruang
Dalam pengembangan kawasan agroforestri manggis, setiap kegiatan produksi, kegiatan pemukiman, serta kegiatan untuk konservasi dalam suatu desa
perlu disediakan ruang yang cukup. Pada Gambar 24 disajikan model tata ruang agroforestri.
Ruang untuk kegiatan pertaniaan ditempatkan berdasarkan kesesuaian lahan. Lahan subur dengan kemiringan datar sampai landai atau diprioritaskan
untuk pertanian tanaman pangan yang bersifat field crops seperti padi dan palawija. Lahan ini disebut dengan bentuk agroforestri sawah. Sedangkan untuk
tanaman perkebunan ditempatkan pada kebun campuran yang merupakan lahan yang subur, dengan kemiringan lahan datar sampai bergelombang. Tanah dengan
Gambar 24 Konsep Ruang
kemiringan berbukit atau bergunung dicadangkan sebagai ruang untuk konservasi. Ruang konservasi tersebut dapat berupa talun. Talun merupakan kebun campuran
yang telah dihutankan dan tidak lagi memprioritaskan keuntungan produksi tetapi di gunakan sebagai ruang konservasi Gambar 24.
Pada ruang yang mempunyai tanah yang memiliki kesuburan yang marginal dan ditumbuhi gulma serta alang-alang dapat dioptimalkan
penggunaanya dengan membentuk kebun yang sebenlumnya dilakukan perbaikan kualitas tanah agar dapat meningkatkan kualitas tanah. Pada sekitar pemukiman
juga dimanfaatkan secara intensif dalam bentuk lahan pekarangan. Pemanfaatan pekarangan di sekitar pemukiman misalnya dengan ditanam pohon-pohon hutan
sebagai peneduh, khususnya jenis pohon yang menghasilkan buah misalnya pohon manggis. Pohon-pohon ini juga dimanfaatkaan sebagai rambatan tanaman hias
dan sayuran atau umbi-umbian merambat sehingga produktif dan indah sepanjang waktu. Ruang untuk pemukiman pada suatu kampung ditempatkan pada blok-blok
yang terpusat di tengah kampung, dan menghindari pemukiman yang berpencar. Pemusatan perkampungan seperti itu dimaksudkan agar fasilitas dan utilitas
kampung dapat tersedia secara efisien.
6.2.2 Konsep Sirkulasi
Jalur sirkulasi merupakan prasarana fisik yang paling penting dalam memfasilitasi kegiatan pemukiman dan kegiatan produksi agroforestri manggis.
Karena pada jalur ini masyarakat dan barang ditransportasikan keluar dan ke dalam desa. Perencanaan jalan pada agroforestri manggis penting karena kondisi
jalan yang buruk dan jauh dari lahan manggis akan menghambat proses distribusi dan pemasaran komoditas manggis pada saat panen. Sehingga jaringan jalan yang
dibuat harus dengan network yang efisien, dan menjangkau semua ruang dalam desa. Pada Gambar 25 disajikan model sirkulasi dalam Desa Barengkok.
Pada lokasi penelitian ini, terdapat jalan utama yang merupakan akses utama antar Desa. Hirarki berikutnya terdapat jalan permukiman yang
menghubungkan masing-masing rumah pada kampung . Jalan Kebun Campuran KC, jalan sawah, dan jalan penghubung sawah dan KC merupakan jalan yang
berada pada area-area produksi. Jalan ini dapat berupa jalan setapak, namun akan sangat baik bila direncanakan dapat diakses dengan mudah untuk mengangkut
produk desa. Desa Barengkok mempunyai jalan produksi yang cukup sesuai dalam hal efisiensi, namun perlu diperhatikan, kondisi jalan produksi ini
mengalami kerusakan, sehingga dibutuhkan perbaikan.
6.2.3 Tipe Agroforestri
Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, terdapat lima bentuk agroforestri manggis yang sesuai dikembangkan di Desa Barengkok. Pada kelima bentuk
agroforestri manggis tersebut terdapat kriteria pada masing-masing agroforestri Perbedaan kriteria ini, berdasarkan atas intensifitasan teknik budidaya, dan
berdasar atas Subaguono et al 2003, Nasrullah 2009, Mansur 2009, dan Santoso et al 2004. Pada setiap bentuk agroforestri ini juga terdapat perbedaan
dalam acuan pola tanaman berdasarkan kemiringan lereng yang dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar26. Acuan umum proporsi tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda P3HTA, 1987. Subagyono et al 2003
Gambar 25 Konsep Sirkulasi
Berdasarkan acuan pada Gambar 33 maka pengembangan konsep bentuk agroforestri, deskripsi , teknik budidaya, serta jenis tanaman tahunan dan tanaman
semusim di Desa Barengkok antara lain:
a. Pekarangan
Berdasarkan hasil sintesis jenis pekarangan yang terdapat di Desa Barengkok umumnya merupakan lahan yang berada di sekitar pemukiman. Sesuai
dengan kondisi tersebut maka teknik budidaya yang terdapat pada pekarangan merupakan teknik budidaya intensif, karena akan lebih mudah dalam pemantauan
dan pengelolaannya. Letak yang berdekatan dengan pemukiman menyebabkan tanaman yang sering dibudidayakan merupakan tanaman pokok yang sering
dibutuhkan oleh kebutuhan rumah tangga, seperti sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman berjenis obat-obatan Gambar 27 dan Gambar 28.
Gambar 27 Tipe Agroforestri pada Pekarangan
Gambar 28 Ilustrasi Agroforetri Tipe Pekarangan
Oleh sebab itu, tanaman manggis dapat dimasukkan dalam tipe agroforestri pada pekarangan dengan dipadukan dengan tanaman sayuran,
tanaman hias dan tanaman obat. Tanaman manggis ini dapat berfungsi sebagai tanaman peneduh dan tanaman produksi yang dapat memeberikan tambahan
ekonomi kepada pemilik rumah. Mengacu pada Subagyono et al 2003, mengenai acuan umum proporsi
tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda maka, pekarangan bisa berada pada kemiringan datar, landai, agak curam, maupun curam. Hal ini dikarenakan
karakteristik pekarangan yang utama adalah letaknya yang berada di sekitar pemukiman. Namun, seringkali pemukiman lebih memilih pada kemiringan yang
datar dan landai. Sehingga jenis tanaman yang berada pada pekarangan umumnya mempunyai komposisi:
1. Komponen Berkayu Kehutanan 25-50
Contoh: Tanaman buah-buahan seperti manggis, mangga, jambu, kelapa, rambutan
2. Komponen Pertanian Semusim 50-75
Contoh: Tanaman sayuran dan tanaman obat seperti cabai, tomat, kunyit, dan temulawak
Oleh karena itu berdasarkan komposisi jenis tanaman yang umumnya berada di pekarangan diatas, tanaman manggis akan tumbuh sebesar 25 dari
total area dan sisanya merupakan tanaman buah-buahan yang lain seperti mangga, jambu, kelapa, rambutan dan tanaman semusim seperti tanaman sayuran dan
tanaman obat. Berdasarkan hasil analisis, total area pekarangan yang ditumbuhi oleh komoditas manggis di Desa Barengkok sebesar 15,1 ha. Menurut Pusat
Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor 2004, produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg
pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada pekarangan mempunyai produktivitas manggis 37.750 kg.
b. Sawah
Sawah yang terdapat pada Desa Barengkok umumnya terdapat pada lahan subur dengan kemiringan datar sampai landai yang diprioritaskan untuk pertanian
tanaman pangan yang bersifat field crops seperti padi dan palawija. Sawah