Talun Hutan Rakyat PERENCANAAN

Berdasarkan acuan pola tanaman terhadap kemiringan lereng menurut Subagyono et al 2003, maka talun sesuai dengan tujuannya yang lebih kepada fungsi konservasi. Untuk itu, jenis tanaman yang berada pada talun umumnya mempunyai komposisi: 1. Komponen berkayu kehutanan sebagai komoditi utama 95 Contoh: Jenis tanaman berkayu jati, sengon, dan durian, 2. Komponen berkayu kehutanan dimana komponennya berupa unsur pendukung 5 Contoh: manggis, duku, pala, dan rambutan Oleh karena itu, umumnya tanaman manggis akan tumbuh sebesar 5 dari total area dan sisanya dengan memaksimalkan komponen berkayu kehutanan sebagai komoditi utama yang berfungsi sebagai konservasi. Berdasarkan hasil analisis, total area talun yang berada di Desa Barengkok sebesar 22,5 ha. Menurut Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor 2004, produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada talun mempunyai produktivitas manggis 2.800 kg. Jumlah tanaman manggis pada talun sedikit karena pada talun lebih diprioritaskan kepada tanaman yang dapat mengkonservasi area. Gambar 32 Ilustrasi Agroforetri Tipe Talun

4. Kebun Campuran

Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, tipe agroforestri kebun campuran pada Desa Barengkok umumnya dapat ditanami oleh polikultur manggis. Tanaman yang merupakan polikultur dengan manggis umumnya adalah durian dan dukuh. Kebun campuran juga mempunyai kesesuaian lahan yang cocok dengan manggis. Oleh sebab itu, kebun campuran ini merupakan tempat yang paling potensial untuk penanaman manggis. Teknik Budidaya yang terdapat pada kebun campuran ini merupakan teknik budidaya yang intensif, karena bertujuan agar dapat menghasilkan manggis yang optimal yang nantinya akan jadikan komoditas ekspor Gambar 33. Mengacu pada Subagyono et al 2003, mengenai acuan umum proporsi tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda, maka kebun campuran biasanya berada pada tanah yang landai dengan komposisi jenis tanaman yang pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Komponen berkayu kehutanan sebagai komoditi utama 75 Contoh: manggis dan durian 2. Komponen berkayu kehutanan dimana komponennya berupa unsur pendukung 25 Contoh: rambutan, duku, pala, jengkol, dan pisang Kebun campuran pada Desa Barengkok merupakan tipe agroforestri yang berpotensial dalam penanaman manggis. Terdapat 65 tanaman manggis dan 10 tanaman durian yang berada di tipe agroforestri manggis ini Gambar 34. Berdasarkan hasil analisis, total area pada kebun campuran yang berada di Desa Gambar 33 Tipe Agroforestri pada Kebun Campuran Barengkok sebesar 98,65 ha. Menurut Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor 2004, produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada kebun campuran mempunyai produktivitas manggis 246.625 kg.

5. Kebun lahan kering

Kebun yang terdapat pada Desa Barengkok berdasarkan hasil analisis berasal dari lahan kosong yang tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga nantinya hanya ditanami oleh alang-alang. Ladang kosong ini umumnya mempunyai kualitas tanah yang marginal dan berada pada kemiringan landai sampai agak curam. Untuk itu dibutuhkan sistem agroforestri agar dapat memanfaatkan ruang secara optimal. Sebelum dilakukan penanaman agar memperbaiki kualitas tanah dapat dilakukan pemberian pupuk dan bahan organik sehingga dapat digunakan. Pada akhirnya ladang kosong ini menjadi kebun yang dapat tanaman manggis dan berberapa tanam semusim seperti jagung dan singkong dengan pembudidayaan semi intensif. Teknik budidaya yang berada pada kebun ladang kering ini, termasuk dalam katagori semi intensif. Sehingga tanaman yang dibudidayakan merupakan tanaman yang sudah umum dibudidayakan di desa, dengan memfokuskan tujuan pada pemanfaatan ladang yang ditumbuhi oleh gulma dan alang-alang menjadi lahan yang berproduktif Gambar 35. Gambar 34 Ilustrasi Agroforetri Tipe Kebun Campuran Berdasarkan Subagyono et al 2003, mengenai acuan umum proporsi tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda maka, kebun bisa berada pada kemiringan datar, landai, agar curam, maupun curam. Hal ini dikarenakan tujuan awal dari pembentukan kebun adalah untuk memanfaakan lahan-lahan yang kurang berproduktif, dan sering ditumbuhi oleh alang-alang dan gulma menjadi lahan yang mempunyai nilai produksi dengan penanaman tanaman yang sesuai dengan kesesuaian lahan. Sehingga jenis tanaman yang berada pada kebun umumnya mempunyai komposisi: 1. Komponen berkayu kehutanan dimana komponennya berupa unsur pendukung 15-50 Contoh: Tanaman buah-buahan seperti manggis, mangga, jambu, dan kelapa 2. Komponen pertanian semusim sebagai komoditi utama 50-75 Contoh: pisang, talas, dan singkong. Oleh karena itu, umumnya tanaman manggis akan tumbuh sebesar 15 dari total area dan sisanya merupakan tanaman buah-buahan seperti mangga dan jambu serta komponen pertanian semusim seperti pisang, talas, dan singkong Gambar 36. Berdasarkan hasil analisis, total area kebun lahan kering yang berada di Desa Barengkok sebesar 91,99 ha. Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor 2004, menyebutkan bahwa produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada kebun lahan kering mempunyai produktivitas manggis 34.475 kg. Gambar 35 Tipe Agroforestri pada Kebun

6.3 Rencana Lanskap Agroforestri Berbasis Bioregion

Pada tahap rencana lanskap agroforestri manggis dilakukan dengan menuangkan hasil akhir berupa gambar rencana lanskap. Tahap perencanaan lanskap dilakukan pada masing-masing kategori bioregion dengan memberikan arahan pengembangan sesuai dengan kondisi nilai intrinsiknya. Gambar 37 merupakan rencana lanskap agroforestri manggis di Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Berdasarkan pengembangan tipe agroforestri manggis yang berada di Desa Barengkok, perencanaan lanskap agroforestri manggis berbasis bioregion diproyeksikan mampu meningkatkan produksi manggis. Berdasarkan data produktifitas eksisting yang diperoleh dari statistik kepemilikan manggis oleh kelompok Tani Manggis 89 Desa Barengkok sebesar 2,5 tonha, dapat diketahui produksi manggis tersebut sebesar 170100 kg pada tahun 2006 dengan luas areal 68, 04 ha. Adanya perluasan areal petanaman berdasarkan 5 lima tipe agroforestri yang direncanakan menjadi 135, 83 ha, maka diproyeksi terdapat peningkatan produksi manggis sebesar 50,1 atau sebesar 339575 kg. Gambar 36 Ilustrasi Agroforetri Tipe Kebun

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan 1. Berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan, Desa Barengkok termasuk unit bioregion dari DAS Cisadane. Unit ini dapat dibagi menjadi 295 unit tempat berdasarkan nilai intrinsik fisik kemiringan lahan, jenis tanah, dan sub DAS dan nilai intrinsik sosial, yaitu landcover yang menggambarkan suatu aktivitas budaya pada Desa Barengkok. 2. Berdasarkan kategori bioregion dan tipe agroforestri yang diusulkan, dapat disusunkan agroforestri manggis Desa Barengkok, yang terbagi atas lima tipe agroforestri manggis yaitu, kebun campuran, kebun, talun, pekarangan, dan sawah.

3. Berdasarkan rencana lanskap agroforestri manggis berbasis bioregion pada

Desa Barengkok, dengan produktifitas eksisting 2,5 tonha, adanya perluasan areal pertanaman dalam rencana lanskap tersebut dari 68,04 ha pada tahun 2006 menjadi 135,83 ha, diproyeksikan akan terjadi peningkatan produksi manggis sebesar 50,1 yaitu dari 170100 kg menjadi 339575 kg.

7.2 Saran

1. Perencanaan Desa Barengkok sebaiknya memperhatikan potensi alam yang dimiliki serta kebudayaan yang telah dibentuk pada Desa Barengkok. 2. Perlu kerjasama antar kawasan agropolitan manggis di kecamatan Leuwiliang.