Karakter Desa Barengkok HASIL DAN PEMBAHASAN

40 11 11 6 1 2 7 8 dari total area, kemudian diikuti dengan kelas lereng 8-15 yang merupakan kelas landai dengan presentasi luas 25,57. Kelas Kemiringan selanjutnya adalah kelas lereng 15-25 yang merupakan kelas lereng agak curam dengan persentasi luasan 5,24. Kelas lereng 25 yang merupakan kelas kemiringan agak curam merupakan kelas lereng terendah dengan persentasi luasan 1,43 dari total area. Pada peta kemiringan lahan yang terdapat pada Gambar 8, terlihat bahwa pemukiman umumnya terletak pada lokasi yang memiliki kemiringan relatif datar 0-8 dengan karakteristik pekarangan berada di sekitar pemukiman yang ditanami dengan pohon keras seperti pisang, manggis, jambu, rambutan, jengkol mangga, kelapa, nangka, durian, dan bambu. Namun, pada beberapa lahan terdapat pemukiman yang berada pada kemiringan landai kelas 8-15 dan kemiringan agak curam kelas 15-25 . Pada kemiringan datar kelas 0-8 juga dimanfaatkan untuk areal persawahan. Pada areal persawahan yang berada pada perbukitan, yaitu yang berada pada kemiringan landai kelas 8-15 dan agak curam kelas 15-25 , umumnya menggunakan sistem sawah tegalan. Hampir semua lahan pada lahan yang mempunyai kemiringan landai kelas 8-15 dan kemiringan agak curam kelas 15-25 dimanfaatkan, meskipun tidak maksimal. Lahan ini dimanfaatkan untuk kebun campuran, pemukiman dan terkadang ditemui juga ladang kosong yang ditumbuhi oleh semak belukar serta pohon dengan pepohonan dengan kerapatan yang sangat rendah. Lahan-lahan yang memiliki kemiringan agak curam kelas 15-25 dan kemiringan curam kelas 25 umumnya merupakan ladang kosong tidak terawat dan kebun campuran yang biasanya terisi tanaman manggis dan durian Gambar 9. Tanaman manggis dan durian ini, merupakan tanaman yang sudah ada secara turun-temurun serta merupakan tanaman yang tumbuh sembarang tanpa pemeliharaan atau perawatan. Pada lapang terlihat juga beberapa pohon ditebang terutama pohon Durian. Berdasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan konsep yang diarahkan untuk memanfaatkan seluruh ruang yang ada, baik horizontal, maupun vertikal, secara produktif. Pemanfaatan ditujukan dalam arti ekonomi, ekologi, dan sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka sesuai dengan konsep agroforestri, dimana menurut Vergara 1982 agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan berkelanjutan

5.1.1.2 Iklim dan Curah hujan

Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Dramaga, Bogor terhitung dari tahun 2007 dan tahun 2008 yang terletak pada 06.33 LS dan 106.45 BT pada elevasi 190 m, Desa Barengkok memiliki suhu rata-rata adalah 25,59 C yang terlihat pada Gambar 10. menunjukan suhu minimum terjadi pada Bulan Februari yaitu 24,75 C dan suhu maksimum terjadi pada Bulam September yaitu 25,95 C. Desa Barengkok juga mempunyai kelembaban rata-rata 83,75 , dengan kelembaban tertinggi pada bulan Februari dan kelembaban terendah pada bulan September. BMKG Dramaga juga menunjukan rata-rata lama penyinaran pada Desa barengkok 65,44 dengan lama penyinaran tertinggi 89,34 terjadi pada bulan Juli, dan lama penyinaran terendah terjadi pada bulan Februari 30,68 . Pada Gambar 11 juga menggambarkan Desa Barengkok mempunyai rata-rata kecapatan angin 2,43 kmjam dengan kecepatan angin terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 1,51 kmjam dan kecepatan angin tertinggi terjadi 3,11 km jam pada bulan Januari. Sedangkan curah hujan Desa Barengkok yang ditakar di Perkebunan Cianten dengan ketinggian 947 mm menunjukan curah hujan rata-rata Desa Barengkok berkisar 486.51 mm, dengan curah hujan tertinggi berada pada bulan Oktober dengan curah hujan 824,15 mm. Sedangkan curah hujan terendah 234,5 mm pada bulan Juli. Gambar 9 Ladang kosong pada Desa Barengkok Sumber: Dokumen Pribadi, 2010 Berdasarkan data iklim yang berasal dari BMKG Dramaga tersebut maka iklim yang terdapat di Desa Barengkok sesuai dengan syarat hidup komoditas manggis. Hal ini dikarenakan menurut Djaenudin, et al., 2003 manggis akan sesuai dengan temperatur 20-30 °C. Gambar 10 Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Lama Penyinaran Tahun 20072008 Sumber: BMG Dramaga Bogor, 2009

5.1.1.3 Tanah

Jenis tanah pada desa Barengkok berdasarkan Bappeda Kabupaten Bogor, 2009 Gambar 12 dan Gambar 13 di dominasi oleh latosol coklat kekuningan dan beberapa terdapat latosol coklat dan podzolik merah. Tanah tersebut, terdapat di sekitar sungai Cisadane. Berdasarkan Klasifikasi tanah menurut PPT 1983, karakteristik Tanah latosol coklat kekuningan dan tanah latosol coklat tidak jauh berbeda. Secara umum karakterisitik tanah latosol adalah distribusi kadar liat tinggi lebih atau sama dengan 60, remah sampai gumpal, gembur, dan warna secara homogen pada penampang tanah dalam lebih dari 150 cm dengan batas horizon terselubung, kejenuhan basa NH 4 OAc kurang dari 30 sekurang- kurangnya pada beberapa bagian dari horizon B didalam penampang 125 cm dari permukaan, tidak memperlihatkan gejala plintik didalam penampang 125 cm dari Gambar 11 Kecepatan Angin dan Curah Hujan Tahun 20072008 Sumber: BMG Dramaga Bogor, 2009 permukaan, tidak mempunyai sifat-sifat vertik, dan pH berkisar antara 4,5–6,5. Sedangkan tanah podsolik merah menurut PPT 1983, memiliki karakteristik memiliki pH antara 3,5-5,5, mempunyai horizon B argilik, mempunyai kejenuhan basa kurang dari 30 NH 4 OAc sekurang-kurangnya pada beberapa bagian horizon B di dalam penampang 125 cm dari permukaan.

5.1.1.4 Hidrologi

Berdasarkan suatu sistem hidrologi DAS yang berada di Jawa Barat Gambar 16, maka Desa Barengkok termasuk dalam Sub DAS Cisadane. Kondisi ini mengakibatkan Desa Barengkok dilalui oleh 2 sungai yaitu Sungai Cianten dan Sungai Citeurep Gambar 15. Sungai Citeurep merupakan anak Sungai Cianten sedangkan Sungai Cianten juga merupakan anak Sub DAS Cisadane. Oleh sebab itu maka Desa Barengkok merupakah daerah yang kaya dengan air. Gambar 12. Jenis Tanah pada Kabupaten Bogor Sumber: RTRW Kabupaten Bogor 2009 48 18 18 13

VI. PERENCANAAN

6.1 Konsep Perencanaan

Berdasarkan pendekatan Bioregion, Desa Barengkok terbagi menjadi 295 unit tempat sesuai dengan kesamaan nilai intrinsiknya dan kondisi bioregionnya. Masing-masing kategori bioregion memiliki nilai intrinsik yang berbeda satu sama lain. Nilai intrinsik tersebut merupakan dasar pertimbangan dalam menentukan bentuk agroforestri manggis yang sesuai bagi Desa Barengkok. Pada akhirnya, perencanaan ini diharapkan menjadi salah satu desa sentra komoditas manggis dengan menggunakan sistem agroforestri sehingga berkelanjutan baik secara ekonomi, sosial, dan ekologi. Berdasarkan hasil sintesis juga didapatkan lima bentuk agroforestri manggis yang terdapat pada Desa Barengkok, yaitu pekarangan, sawah lahan basah, talun, kebun campuran, talun serta kebun lahan kering Konsep dasar perencanaan adalah membuat kawasan Barengkok sebagai desa yang berkelanjutan baik secara ekonomi, sosial, dan ekologi melalui komoditas manggis. Konsep perencancanaan ini, diwujudkan dengan sistem agroforestri manggis yang dilakukan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan hasil total dengan mengkombinasikan tanaman pangan annual dengan tanaman manggis yang merupakan tanaman pohon parennial atau peternakan dalam unit lahan yang sama pada waktu yang bergantian atau dalam waktu yang sama, dan pengelolaan dilakukan sesuai dengan karakteristik sosial dan budaya penduduk setempat dan kondisi ekonomi dan ekologi area.

6.2 Pengembangan Konsep Rencana

Berdasarkan konsep perencanaan Desa Barengkok yaitu membuat kawasan Barengkok sebagai desa berkelanjutan baik secara ekonomi, sosial, dan ekologi melalui komoditas manggis sehingga menjadi salah satu desa sentra komoditas manggis dibutuhkan ruang-ruang yang dapat mendukung pengembangan konsep tersebut. Ruang-ruang tersebut merupakan ruang yang menunjang berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpendensi secara regular, serta teroganisir sebagai suatu totalitas. Adapun ruang yang menunjang subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Ruang yang menunjang subsistem usaha tani pertanian primer 1 Sawah Sawah berfungsi sebagai ruang produksi yaitu dengan menanam tanaman pangan yang bersifat field crops seperti padi dan palawija. 2 Kebun Campuran Kebun campuran adalah ruang yang paling berpotensial dalam perkembangbiakan komoditas manggis. 3 Kebun Kebun merupakan ruang yang awalnya berupa ilalang dan gulma serta berada pada tanah yang kurang subur. Kebun berfungsi sebagai kebun yang ditanami beberapa tanaman seperti ubi, singkong, dan talas. 4 Talun Talun berfungsi sebagai ruang untuk konservasi 5 Pekarangan Pekarangan merupakan ruang yang berada di sekeliling pemukiman. 6 Empang Empang terletak pada sekitar lahan basah sawah. Empang berfungsi untuk budidaya ikan air tawar pada Desa Barengkok. b. Ruang yang menyediakan jasa untuk kelancaran produksi 1 Rumah Pemukiman Pemukiman merupakan blok-blok yang terpusat di tengah desa, agar fasilitas dan utilitas desa dapat disediakan secara efisien 2 Fasilitas Fasilitas berfungsi sebagai penunjang pengembangan kawasan barengkok sebagai agroforestri manggis. Fasilitas yang dibutuhkan adalah: a Gedung penyimpanan dan pengolahan primer Gedung Penyimpanan Buah Manggis diperlukan pada saat pasca panen dimulai dari pengumpulan buah, sortasi, pencucian, grading, dan penyimpanan. Syarat tempat yang digunakan sebagai gedung penyimpanan buah manggis adalah: a. Lantai harus bersih, b. Aerasi baik dan lancar, c. Suhu kamar 28-30 C, dan d. Kelembaban maksimum 90 Gambar 21.