Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

III. METODOLOGI

3.1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Gambar 2. Waktu persiapan, pengumpulan, dan pengolahan data dilakukan dari bulan Februari sampai Mei 2010 dan dilanjutkan dengan penyusunan skripsi yang dilakukan sampai februari 2011. Gambar 2 Peta Lokasi Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Peta Jawa Barat Peta Kabupaten Bogor Peta Desa Barengkok Sumber: RTRW Kabupaten Bogor dan Wikimapia, 2010 U Tanpa Skala

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam proses inventarisasi adalah meteran, alat tulis, alat gambar, GPS mode garmin, dan pengolahan data menggunakan Geographic Information System GIS berupa hardware komputer dan software pengolahan data spasial ArcView GIS 3.2 serta software pemetaan dan rancang bangun AutoCAD 2006, Sketchup dan Adobe Photoshop. Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini, selain dilakukan pengkajian data lapangan juga dibutuhkan data dan peta pendukung sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis, Interpretasi dan Sumber Data Kegiatan Perencanaan Lanskap No. Aspek Jenis Interpretasi Sumber Spasial Tekstual 1. Topografi D - Slope - Elevasi - Batas DASSub DAS Bakosurtanal

2. Tanah dan

Geologi D D - Jenis tanah - Jenis batuan Bappeda

3. Iklim

D - Suhu - Curah hujan - Kelembaban udara - Musim - Lama penyinaran matahari BMG

5. Citra Satelit D

- Vegetasi - Aksesbilitas - Penutupan lahan - Infrastruktur Google map

6. Hidrologi

D - Kondisi sungai - Pemanfaatan sungai Survey

7. Demografi

D - Jumlah Penduduk - Umur dan jenis kelamin - Pekerjaan - Penyebaran penduduk - Pertumbuhan dan perkembangan penduduk Balai desa Barengkok

8. Budaya

D - Etnik - Adat istiadat - Kepercayaan - Kondisi masyarakat - Sampling potensi Komoditas Survey, Wawancara, Dalam penggunaannya data dan peta pendukung ini, mempunyai deskripsi pemanfaan dan fungsi antara lain: a. Peta Topografi Data topografi digunakan sebagai peta dasar dan membuat peta pendahuluan preliminary map. Peta topografi berfungsi untuk menentukan batas DAS atau sub DAS, deliniasi kemiringan lahan pada tapak yang berguna untuk menentukan pemanfaatan lahan sesuai dengan tingkat bahaya kepekaan erosi dan kelas kemiringannya slope terutama untuk agroforestri komoditas manggis. b. Tanah dan Geologi Data tanah dan geologi tanah berguna untuk merencanakan pemanfaatan lahan agroforestri komoditas manggis yang sesuai berdasarkan jenis tanah dan jenis batuan c. Iklim Data iklim digunakan untuk menginterpretasikan kondisi curah hujan yang dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan berdasarkan suhu dan kelembaban serta menentukan habitat agroforestri manggis yang sesuai. d. Citra Satelit Klasifikasi penutupan lahan dilakukan melalui mengintepratasi visual terhadap citra satelit Quickbird yang di peroleh dari situs Wikimapia http:wikimapia.orglat=6.593759lon=106.635323z=18l=0m=bsear ch=barengkok. Citra Quickbird dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan potongan-potongan citra yang kemudian digabungkan menjadi satu mosaik citra daerah penelitian yang utuh sehingga dapat dilakukan klasifikasi penggunaan lahannya. Penutupan lahan dikelaskan menjadi sawah, bangunan, tambak, sungai, kebun campuran dan kebun manggis. Deliniasi peta penutupan lahan berguna dalam mengidentifikasi nilai intrinsik pada masing- masing unit tempat. e. Hidrologi Data hidrologi sungai yang dibutuhkan adalah data DAS Jawa Barat, bentuk sungai, kondisi sungai, dan pemanfaatan sungai. Peta DAS akan digunakan dalam penyusunan peta bioregion. Data kondisi sungai dan pemanfaatan sungai berguna dalam merencanakan pemanfaatan sungai serta upaya perbaikan sungai yang perlu dilakukan agar sungai tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dengan tetap mempertahankan fungsi ekologisnya. f. Demografi Data demografi berguna untuk pengambilan data sosial. Data Demografi sangat dibutuhkan agar dapat mengetahui jumlah penduduk, umur dan jenis kelamin, pekerjaan, penyebaran penduduk, pertumbuhan dan perkembangan penduduk, sehingga dapat membantu dalam menentukan pembentukan nilai intrinsik. g. Data Budaya Data budaya sangat berguna. Penyusunan data budaya dilakukan berdasarkan etnik, adat-istiadat, dan kebiasaan di daerah tersebut, kemudian data tersebut dikompilaksikan dengan peta biofisik seperti peta topografi, vegetasi, hidrologi, dan iklim untuk kemudian digunakan dalam penyusunan unit bioregion berdasarkan klasifikasi Jones, et.al , 1998. 3. 3 Metode Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan sebagaimana disajikan dalam Gambar 3. Pada diagram rencana kegiatan digambarkan beberapa tahapan, yaitu inventarisasi, analisis dan sintesis. Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulan data berupa profil, fisik dan budaya yang terdapat pada Desa Barengkok. Data Profil berasal dari Balai Desa Barengkok yang terdiri dari data letak geografis, administrasi, sistem fasilitas dan aksesbilitas. Data aspek fisik berupa data topografi dan kemiringan, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, hidrologi, pola pemanfaatan ruang, dan penutupan lahan. Selanjutnya data aspek sosial budaya berupa demografi, kemasyarakatan dan pola kehidupan masyarakat, struktur organisasi masyarakat, serta potensi komoditas. Pada tahap analisis kedua karakteristik ini akan di analisis untuk mengidentifikasi nilai intrinsik di daerah tersebut serta membentuk unit ruang bioregion, unit lanskap, dan unit tempat. Selanjutnya pada tahap analisis dilakukan penentuan kriteria kesesuaian lahan manggis dan penentuan karakteristik agroforestri. Berdasarkan keduanya akan terbentuk kesesuaian terhadap agroforestri manggis dan beberapa tipe agroforestri manggis. Pada tahap sintesis dilakukan penyepadanan matching kriteria penggunaan lahan I n v e n t a r i s a s i agroforestri manggis dengan kriteria kelas bioregion yang sudah di susun sebelumnya. Pada tahap perencanaan akan dituangkan kedalam konsep rencana agroforestri dan diarahkan ke pengembangan dengan hasil akhir berupa rencana lanskap agroforestri manggis berbasis bioregion. Gambar 3 Diagram Rencana Kegiatan Perencanaan Lanskap Agroforestri P e r e n c a n a a n A n a l i s i s Sintesis Rencana Lanskap Agroforestri Konsep Rencana Agroforestri MATCHING Bioregion Landcover Kriteria Kesesuaian Manggis Unit Bioregion Unit Lanskap Kriteria Unit Tempat DAS Pengembangan Rencana Desa Barengkok Aspek Fisik: -Topografi dan Kemiringan -Geologi dan Tanah -Iklim dan Curah Hujan -Hidrologi -Penutupan Lahan Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya: -Demografi -Kemasyarakatan dan Pola Kehidupan Masyarakat -Struktur Organisasi Masyarakat -Potensi Komoditas Karakter Desa Barengkok Karakteris tik Agro- forestri Kriteria Kesesuaian Agroforestri Manggis Sub DAS Tanah Kemiri- ngan

3.3.1 Inventarisasi

Tahap Inventarisasi dimulai dari penyusunan peta pendahuluan preliminary map berupa peta topografi sebagai peta dasar. Peta dasar ini dapat di deliniasi kemiringan lahan pada tapak berdasarkan kelas kemiringan dan kepekaan erosi. Peta dasar ini juga digunakan dalam penyusunan kompilasi peta lainnya, seperti peta penutupan lahan yang dilakukan melalui interpretasi visual data citra satelit Quickbird. Delineasi dalam interpretasi visual citra satelit dilakukan dengan melakukan klasifikasi penutup lahan menjadi 6 enam kelas yaitu: sawah, ladang, pemukiman, kebun campuran, sungai, dan empang. Selanjutnya pada tahap inventarisasi dilakukan survey lapang untuk mengkonfirmasi dan verifikasi hasil interpretasi. GPS digunakan dalam membantu penentuan titik acuan benchmark. Selain penyusunan peta pendahuluan, pada tahap inventarisasi juga menyusun kondisi umum dari tapak. Penyusunan kondisi umum dimaksudkan agar mempermudah dalam proses analisis karena dalam kondisi umum tersebut, memperlihatkan kondisi Desa Barengkok secara garis besar.

3.3.1.1 Penyusunan Aspek fisik

Pada penyusunan aspek fisik dilakukan dengan melihat kondisi di lapang dan melihat data sekunder yang telah ada seperti topografi dan kemiringan, geologi dan tanah, iklim dan curah hujan, hidrologi, dan penutupan lahan.

3.3.1.2 Penyusunan aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Data sosial, ekonomi, budaya bersumber dari Wawancara dan berbagai data sekunder. Data sosial, ekonomi, dan budaya yang dikumpulkan adalah data demografi, kemasyarakatan dan pola kehidupan masyarakat, struktur organisasi masyarakat, dan potensi komoditas. Data sosial, ekonomi budaya ini dapat digunakan dalam mengidentifikasikan nilai-nilai intrinsik dan dapat dijadikan bahan analisis dalam perencanaan agroforestri manggis berbasis Bioregion. 3.3.2 Analisis dan Sintesis 3.3.2.1 Analisis Fisik dan Sosial - Budaya Pada tahap analisis fisik dilakukan analisis terhadap kondisi fisik dan sosial - budaya kawasan. Analisis fisik dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di tapak dan mengajukan alternatif pengendaliannya. Analisis sosial - budaya dapat digunakan dalam mengidentifikasi nilai-nilai intrinsik, terutama yang berkaitan dengan aktivitas kebudayaan yang terdapat di daerah tersebut. Analisis fisik dan sosial-budaya juga digunakan untuk landasan pada analisis selanjutnya.

3.3.2.2 Analisis Bioregion

Analisis diawali dengan penyusunan kelas bioregion yang berada di Desa Barengkok. Klasifikasi dilakukan kedalam empat kelas sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi Bioregion Kelas Deskripsi Bioregion Mewakili wilayah pada hirarki teratas yang didefinisikan berdasarkan karakteristik homogenitas wilayah iklim, elevasi, distribusi vegetasi dan batas daerah aliran sungai utama, topografi dan geologi Sub Region Merepresentasikan subdivisi bioregion yang secara komposit mencakup wilayah homogeni secara kelas hidrologi, elevasi, bentuk lahan, vegetasi dan tanah Unit Lanskap Representasi subdivisi Sub Region yang mencakup wilayah homogen yang dicirikan melalui lereng, penggunaan lahan, serta atribut sosial budaya komunitas masyarakat, seperti life style dan etnis Unit Tempat Hirarki terendah pada subdivisi ini dicirikan oleh beberapa komponen antara lain penggunaan lahan, atribut sosial budaya komunitas masyarakat yang meliputi etnis, aspirasi masyarakat, the sense of place, the meaning of place dan berbagai bentuk nilsi-nilai lokal Sumber: Kim et al 2000, dalam Pramukanto, 2004 Perbedaan antara kelas yang satu dengan lainnya adalah terdapatnya nilai intrinsik yang menjadikan daerah tersebut khas atau unik. Jones et al 1998, mengidentifikasi enam sumber nilai intrinsik yang terdiri atas: a. Pemandangan; Daerah yang memiliki nilai pemandangan yang unik, baik daerah alami maupun buatan manusia yang memiliki keindahan dan keunikan, seperti panorama laut, pedesaan, struktur yang indah, pantai, hutan hujan, sungai dan teluk. b. Sumber Daya Alam Sumber Daya Alam merupakan keindahan visual dari lingkungan, yang berupa penampakan fisik dari daerah alami dan tidak terganggu oleh manusia, seperti hutan, formasi geologi, lahan basah, tepi sungai, dan air terjun. c. Sejarah Sejarah merupakan daerah yang memiliki nilai sejarah, misalnya pekuburan, daerah bekas perang, tata ruang kota, arsitektur tradisional, dan pola pemukiman. d. Arkeologi Daerah yang dapat menginterpretasikan aktivitas sejarah atau prasejarah di lokasi tersebut dan membawa kita lebih dekat ke dalam kejadian sebenarnya , seperti reruntuhan, artefak, dan struktur bangunan. e. Budaya Daerah yang memiliki nilai budaya misalnya, kehidupan tradisional, upacara adat atau keagamaan, ritual, pertanian tradisional, tradisi lokal, industri lokal yang unik, makanan, musik, tarian, bahasa, dan pasar. f. Rekreasi Daerah yang memiliki nilai rekreasi meliputi daerah yang mendukung aktivitas ruang luar, pendakian, arung jeram, terbang layang, melihat burung, dan fotografi . Pada penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap nilai intrinsik menurut Jones, et al 1998, yaitu berdasarkan kemampuan biofosik dan budaya yang secara komposit mewakili unit tempat batas DAS, Sub DAS, tanah, kemiringan dan penutupan lahan sehingga menghasilkan 295 kelas unit tempat, seperti yang digambarkan seperti pada Gambar 4.

3.3.2.3 Analisis Kriteria Kesesuaian Terhadap Agroforestri Manggis

a. Kriteria Kesesuaian Lahan Manggis Berdasarkan Direktorat Tanaman Buah 2003, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas manggis di sentra produksi, diperlukan adanya norma-norma khususnya mengenai pemilihan lokasi. Peningkatan mutu dan produktivitas manggis dibutuhkan agar dapat menghasilkan buah manggis yang berkualitas baik dan berdaya saing khusunya dipasar luar negeri. Pada Tabel 5 merupakan penentuan lokasi lahan komoditas manggis yang dilakukan pada saat pra panen, sedangkan pada Tabel 6 menyajikan kriteria pemilihan lokasi dalam upaya penerapan sistem jaringan mutu pada tanaman manggis berdasarkan Djanudin, et al . 2003. Tabel 5 Penentuan Lokasi Lahan Komoditas Manggis Karakteristik Lokasi Lahan Persaratan Lokasi Lahan Komoditas Manggis Tipe Iklim Tipe iklim A, tanpa bulan kering s.d Tipe iklim C bulan kering 4-6 bulan Curah Hujan dan Suhu Udara Antara 1.250-2.500 mm tahun atau rata-rata 1500-1700 mm tahun dengan suhu udara 22- 32 ̊C, menurut Smith Ferguson Kemiringan Lahan 20 Ketinggian Tempat 800 meter dpl Teknik Pengolahan lahan Menetapkan teknik konservasi pada lahan miring dan sistem surjan pada lahan sawah Jenis Tanah Latosol, Podzolik Merah Kuning dan Andosol dengan syarat gembur, memiliki zat hara yang cukup dan drainasi yang baik dan tidak bercadas pH Keasaman Tanah 5-7 Letak Lahan Bebas residu pestisida, bahan beracun dan berbahaya seperti limbah B Sumber: Direktorat Tanaman Buah 2003 Tabel 6 Kriteria Kesesuai Lahan Komoditas Manggis Persyaratan penggunaan karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Temperatur tc Temperatur rerata o C 20 – 23 23 – 30 18 – 20 30 – 40 15 – 18 40 15 Ketersediaan air wa Curah hujan mm 1.250 – 1.750 1.750 – 2.000 1.000 – 1.250 2.000 – 2.500 750 –1.000 2.500 750 Ketersediaan oksigen oa Drainase Baik, sedang Agak terhambat Terhambat, agak cepat Sangat terhambat, cepat Media perakaran rc Tekstur Halus, agak halus, sedang - Agak kasar Kasar Bahan kasar 15 15 – 25 35 – 55 55 Kedalaman tanah cm 100 75 – 100 50 – 75 50 Gambut : Ketebalan cm 60 60 – 140 140 – 200 200 Ketebalan cm, jika ada sisipan bahan mineralpengkayaan 140 140 – 200 200 – 400 400 Kematangan Saprik Saprik, Hemik Hemik, Fibrik Febrik Retensi hara nr KTK liat omol 16 16 Kejenuhan basa 35 20 – 35 pH H 2 O 5,0 – 6,0 4,5 – 5,0 4,5 6,0 – 7,5 8,0 C-organik 1,2 0,8 – 1,2 0,8 Lanjutan Tabel 6 Persyaratan penggunaan karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Toksisitas xc Salinitas dsm 4 4 – 6 6 – 8 8 Sodisitas xn AlkalinitasESP 15 15 – 20 20 – 25 25 Bahaya sulfidik cm Kedalaman sulfidik cm 125 100 – 125 60 – 100 60 Bahaya erosi eh Lereng 8 8 – 16 16 – 30 30 Bahaya erosi Sangat rendah Rendah – sedang Berat Sangat berat Bahaya banjir fh Genangan F0 F1 F2 F2 Penyiapan lahan lp Batuan di permukaan Singkapan batuan 5 5 5 – 15 5 – 15 15 – 40 15 – 25 40 25 Sumber : Djaenudin et al 2003 Catatan: S1: Sangat Sesuai; S2: Cukup Sesuai; S3: Sesuai Marginal; N: Tidak Sesuai b. Karakteristik Agroforestri Berdasarkan Vergara 1982, menyebutkan bahwa Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan berkelanjutan yang mempertahankan atau meningkatkan hasil total dengan mengkombinasikan tanaman pangan annual dengan tanaman pohon perennial atau peternakan dalam unit lahan yang sama pada waktu yang bergantian atau pada waktu yang sama dengan melakukan pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya penduduk setempat dan kondisi ekonomi, ekologi area. Dari pengertian di atas dapat diambil karakteristik Agroforestri adalah a. sistem agroforestri dilakukan dengan mengkombinasikan tanaman pangan annual dengan tanaman pohon perennial atau peternakan dalam unit lahan yang sama pada waktu yang bergantian atau waktu yang sama; b. pada sistem agroforestri, penanaman tanaman tahunan tegakan merupakan investasi jangka panjang, tetapi sistem agroforestri yang dapat memberikan perlindungan dan keamanan seluruh sistem termasuk sub-sistem dibagian bawah; c. secara tidak langsung pada sistem agroforestri memberikan kesempatan kerja terutama di pedesaan baik di tingkat on farm maupun off farm; d. tanaman tahunan dan semusim pada sistem agroforestri diusahakan dalam lahan yang sama atau mixed cropping, sehingga nantinya setiap jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya sendiri. Berdasarkan karakteristik bioregion di atas, penggabungan kriteria kesesuaian lahan manggis, dan karakter agroforestri, diperoleh analisis kesesuaian lahan terhadap agroforestri manggis, yang terbagi menjadi lima penggunaan lahan agroforestri manggis Tabel 7. Tabel 7 Penggunaan Lahan Agroforestri Manggis Kriteria Agroforestri Ciri Teknik Budidaya Keterangan Intensif Semi Intensif Ekstensif 1. Pekarangan √ Berada di sekitar pemukiman 2. Sawah lahan basah √ Diprioritaskan untuk tanaman pangan yang bersifat field crops 3. Talun √ Berfungsi sebagai ruang konservasi

4. Kebun Campuran

√ Lahan yang paling potensial komoditas manggis 5. Kebun lahan kering √ Berasal dari ladang yang tidak termanfaatkan dan ditumbuhi alang-alang Pada Tabel 7 terdapat hasil analisis agroforestri manggis yang terbagi menjadi lima tipe penggunaan lahan antara lain: 1. Pekarangan Berdasarkan Arsyad 2010, dalam Konservasi Tanah dan Air, mendifinisikan pekarangan sebagai kebun campuran yang terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah. Tanaman yang umumnya ditanam di lahan pekarangan petani adalah uni, kayu, sayuran, tanaman buah-buahan seperti tomat, pepaya, tanaman obat-obatan seperti kunyit, temulawak, dan tanaman lainnya Subagyono et al., 2003 2. Sawah Lahan Basah Sawah menurut Nasrullah 2009, merupakan lahan subur dengan kemiringan datar sampai landai atau diprioritaskan untuk pertanian tanaman pangan yang bersifat field crops padi dan palawija, tanaman holtikultura semusim, dan tanaman untuk pakan ternak. Selain digunakan untuk tujuan tersebut, Mansur 2009 juga menyebutkan bahwa sawah dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai agroforestri misalnya dengan pohon-pohon kayu putih. Selain itu, tanaman sayuran seperti genjer dapat disisipkan di sekeliling padi. Tanaman sayuran tersebut dapat memberikan hasil lebih cepat dari padi. Pada pematang sawah juga dapat ditanami tanaman sayuran atau pohon-pohon ditanam jarang-jarang sebagai peneduh. 3. Talun atau hutan rakyat Talun adalah lahan diluar areal pemukiman yang ditumbuhi oleh hutan dan tanaman tahunan lainnya Santoso et al 2004, Subagyo et al 2003, juga memberikan definisi talun yaitu lahan diluar wilayah pemukiman penduduk yang ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu atau buahnya. Penerapan teknik talun erosi yang terjadi, dapat dimimalisir dan juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang bermukim disekitarnya.

4. Kebun Campuran

Kebun Campuran merupakan talun tetapi telah mendapat perawatan yang teratur dari masyarakat. Dalam kebun Campuran biasanya terdiri dari berbagai tanaman tahunan yang ditanam dengan jarak tertentu. Jenis tanaman tahunan sengaja ditanam dalam kebun campuran seperti petai, jengkol, aren, melinjo, sengon dan buah-buahan Santoso et al 2004. 5. Kebun Lahan kering Menurut Mansur 2009, kebun merupakan lahan kering yang ditanami dengan tanaman-tanaman pertanian yang sudah umum dibudayakan di desa, seperti singkong, talas,dan pisang. Kebun berada di tempat-tempat yang tidak dimanfaatkan dan ditumbuhi oleh gulma serta alang-alang. Pada kebun perlu ditanami berbagai jenis tanaman-tanaman pakan ternak dan pohon-pohon buah unggul serta dikombinasikan dengan berbagai jenis pohon kehutanan komersial dengan jarak tanam yang diatur sedemikian rupa sesuai dengan peruntukan lahan di bawahnya.

3.3.2.4 Sintesis

Pada tahap sintesis, setelah ditentukan analisis terhadap karakter fisik, sosial, analisis bioregion dan analisis kesesuaian agroforestri manggis, maka dilakukan evaluasi dengan menyepadankan matching kriteria penggunaan agroforestri manggis yang ditentukan sebelumnya dengan kriteria kelas Bioregion yang terdapat pada Desa Barengkok Tabel 8. Tabel 8 Kriteria Penggunaan Lahan Agroforestri Manggis pada Desa Barengkok Kriteria Agroforestri Ciri Teknik Budidaya Lereng slope Tanah Keterangan I SI E D L AC C 1. Pekarangan √ √ √ √ √ - Podzolik Merah - Latosol Coklat Kekuningan - Berada di sekitar pemukiman 2. Sawah lahan basah √ √ √ - Latosol Coklat - Latosol Coklat Kekuningan Diprioritaskan untuk tanaman pangan yang bersifat field crops 3. Talun √ √ √ Latosol Coklat Berfungsi sebagai ruang konservasi

4. Kebun Campuran

√ √ √ Latosol Coklat Lahan yang paling potensial komoditas manggis 5. Kebun lahan kering √ √ √ √ √ - Podzolik Merah - Latosol Coklat Kekuningan Berasal dari ladang yang tidak termanfaatkan dan ditumbuhi alang-alang Catatan: Teknik Bududaya: Lereng slope : I : Intensif D : Datar 0-8 SI : Semi Intensif L : Landai 8-15 E : Ekstensif AC : Agak Curam 15-25 C : Curam 25 3.3.3 Perencanaan 3.3.3.1 Konsep Rencana Konsep dasar rencana Desa Barengkok adalah membuat kawasan Barengkok sebagai desa yang berkelanjutan baik secara ekonomi, sosial, dan ekologi melalui komoditas manggis. Konsep perencancanaan ini, diwujudkan dengan sistem agroforestri manggis yang dilakukan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan hasil total dengan mengkombinasikan tanaman pangan annual dengan tanaman manggis yang merupakan tanaman pohon parennial atau peternakan dalam unit lahan yang sama pada waktu yang bergantian atau dalam waktu yang sama, dan pengelolaan dilakukan sesuai dengan karakteristik sosial dan budaya penduduk setempat dan kondisi ekonomi dan ekologi area.

3.3.3.2 Pengembangan Konsep Rencana

Pengembangan konsep rencana agroforestri manggis dilakukan dengan menentukan pengembangan konsep perencanaan dan model pada setiap penggunaan lahan sesuai dengan standar perencanaan serta literasi yang ada, sehingga menghasilkan model penggunaan lahan agroforestri manggis, antara lain pekarangan, sawah, talun, kebun campuran, dan kebun. Pada pengembangan konsep perencanaan, selain terdapat model pengembangan agroforestri manggis, dihasilkan juga rencana induk yang merupakan gabungan dari konsep ruang dan konsep sirkulasi.

3.3.3.3 Rencana Lanskap Agroforestri Berbasis Bioregion

Pada tahap rencana lanskap Agroforestri manggis dilakukan dengan menuangan hasil akhir berupa gambar rencana lanskap yang dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi.

IV. KONDISI UMUM

4.1 Profil Desa Barengkok

Berdasarkan hasil musyawarah pada tanggal 17 Juli 2007 tentang Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri yang berdasar pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJM Desa, visi Desa Barengkok yang merupakan gambaran tentang keaadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa, adalah “Mewujudkan Desa Barengkok Menjadi Desa Agropolitan Dengan Berbasis Masyarakat Yang Berpendidikan Dan Agamis” . Berdasarkan visi tersebut disusun juga misi-misi yang memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa yaitu a. meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan bidang dan kebutuhannya; b. melibatkan peran serta masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dalam proses pembangunan dari awal perencanaan, pelaksanaan dan pelestarannya sesuai dengan tingkat kemampuannya; c. mendukung sepenuhnya bagi masyarakat yang ingin mendirikan sarana pendidikan guna mempercepat dan menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan dapat diandalkan; d. menumbuh kembangkan peran serta masyarakat dalam peningkatan ekonomi baik sektor pertanian, pedagang berskala mikro pedagang kecil dan pedagang keliling; e. penataan sarana dan prasarana dan infrastruktur untuk menunjang peningkatan, pendidikan kesehatan maupun perekonomian masyarakat; f. memelihara dan meningkatkan kehidupan yang beragama melalui pengajian- pengajian dan pesantren; g. meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kehidupan bergotong-royong; h. meningkatkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat. Kelembagaan Desa Barengkok dalam pemerintahannya sekarang ini dipimpin oleh Kepala Desa dengan susunan: Kepala Desa : H. Asep Kombara Sekertaris Desa : Sukria Ka. Urs. Pemerintahan : Ujang Sutrisna Ka. Urs. Kesra : H. Umar Ismail Ka. Urs. Eks. Bang. : Jajat Sudrajat Ka. Urs. Umum : Hermansyah Selain dari kelembagaan Desa Barengkok dalam pemerintahan, kelembagaan di dalam desa terdapat juga antara lain: BPD, LPM, RW, RT, PKK, BKMT, Posyandu, Pengajian, Mesjid, Majelis Ta’lim, Linmas, Kelompok Olahraga, Partai Politik, dan Ormas.

4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi

Desa Barengkok secara geogafis terletak di 682500°-679500° UTM dan 92696500°-9272000° UTM. Berdasarkan pada Gambar 10, secara administratif Desa Barengkok termasuk dalam Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Batas-batas administratif Desa barengkok adalah: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Leuwi Mekar Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Situ Hilir Kali Cianten Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Karacak Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Cibeber II Desa Barengkok secara administrasi memiliki luas 450 ha, terbagi atas 16 Kampung Kampung Barengkok 1, Kampung Barengkok 2, Kampung Dahu, Kampung Warung Salak, Kampung Cibatak, Kampung Citeureup1, Kampung Citeureup 2, Kampung Kandang Sapi, Kampung Bukit Sakinah, Kampung Geledug, Kampung Jadir, Kampung Geleduh Munara, Kampung Sawah Baru, Kampung Saninten, Kampung Cikopeah dan Kampung Bantar Endah. Desa Barengkok memiliki jumlah Rukun Warga RW sejumlah 12 dan Rukun Tetangga RT yaitu 41. Desa Barengkok juga terdiri dari lima Dusun yaitu Dusun 1 yang dijabat oleh Bapak Kumir, Dusun 2 dijabat oleh Bapak H. Jaja, Dusun 3 yang dijabat oleh Bapak Maryadi, Dusun 4 yang dijabat oleh Bapak Oib Iskandar dan Dusun 5 yang dijabat oleh Bapak D. Aria.