Pengertian Intellectual Capital Intellectual Capital

20 karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan. Menurut Sawarjuwono dan Kadir, banyak praktisi yang menyatakan bahwa secara umum intellectual capital terdiri dari tiga elemen utaman, yaitu: 19 a. Human Capital HC, Human Capital merupakan inti dari modal intelektual karena sumber dari innovation dan improvement perusahaan, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam perusahaan. Secara sederhana Human Capital merepresentasikan kemampuan individu suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. Human Capital merupakan kombinasi dari keturunan, pengetahuan, pengalaman, dan sikap tentang kehidupan dan bisnis. Brinker seperti yang dikutip oleh Aty utami memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat digunakan untuk mengukur human capital, yaitu : program pelatihan, pengalaman, kemampuan, perekrutan, mentoring, program pembelajaran, dan kepribadian. 20 19 Sawarjuwono Tjiptohadi dan Agustine Prihatin kadir,“Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan Sebuah Library Research”, Jurnal Akuntansi dan keuangan, Vol.5, No.1 2003, h.38 20 Aty Utami,”Pengaruh Metode Pengukuran Intellectual Capital berbasis Pasar dan Nilai Tambah terhadap Kinerja Pasar dan K inerja Keuangan”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,2013 21 Beberapa ahli menyatakan bahwa peran modal manusia human capital dalam modal intelektual sangat penting, karena proses penciptaan modal pelanggan customer capital berada pada komponen modal manusia dan kemudian dibantu oleh modal struktur. Modal manusialah yang berinteraksi dengan para pelanggan, yang mengetahui apa pengetahuan, keterampilan dan nilai yang diharapkan pelanggan 21 . b. Structural Capital SC, Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan untuk menghasilkan kinerja bisnis yang optimal secara keseluruhan, meliputi: sistem operasional, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen, dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Sistem perusahaan yang memadai dapat menjadi fasilitator dalam meningkatkan secara optimal dan potensial intellectual individu yang berada dalam perusahaan dan membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. SC meliputi seluruh non- human storehouse of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. 21 Sangkala, “Intellectual Capital Management Strategi Baru membangun daya Saing Perusahaan”, Jakarta: Yapensi, 2006, h.40 22 Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektual yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka modal intelektual tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. c. RelationalCustomer Capital CC. Relational Capital didefinisikan sebagai seluruh Sumber daya yang menghubungkan perusahaan dengan pihak eksternal seperti pelangan, pemasok atau partner. Relational Capital memgang peranan penting dalam pencitraan perusahaan di mata publik terutama stakeholder 22 . Relational capital merupakan hubungan harmonis association network yang dimiliki perusahaan dengan mitranya, baik yang berasal daru pemasok yang berkualitas, pelanggan yang loyal, dan hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Seperti yang diungkapkan Brinker yang dikutip Aty utami, ada beberapa kriteria untuk pengukuran relational capital yaitu : customer profile, customer duration, customer role, customer support, dan costumer success. 23 Perusahaan harus mampu menciptakan barang dan jasa yang berbeda dan memiliki nilai lebih dimata konsumen. Customer capital juga meliputi kemampuan mengidentifikasi pasar yang ingin di bidik dan memprediksikan 22 Rizka Apriliani,”Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011 23 Aty Utami,”Pengaruh Metode Pengukuran Intellectual Capital berbasis Pasar dan Nilai Tambah terhadap Kinerja Pasar dan Kinerj a Keuangan”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,2013 23 perusahaan dalam pasar. Hal ini dapat tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses dengan modal struktural yang akhirnya menghasilkan hubungan yang baik dengan pihak luar 24 . Dalam penelitian ini komponen intellectual capital hanya diklasifikasikan sebagai human capital dan structural capital. Customer capital tidak dilakukan pengujian karena adanya keterbatasan data di dalam laporan keuangan dan pengukuran yang digunakan.

2. Value Added Intellectual Capital VAIC

TM Metode VAIC dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud tangible asset dan aset tidak berwujud intangible asset yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added VA. value added adalah indikator yang paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai value creation 25 .VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output OUT merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan Input IN mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah 24 Ambar Widiyaningrum, “Modal Intelektual”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Departemen Akuntansi FEUI Vol. 1 2004, h.5 25 Ihyaul Ulum, “Value Added Intellectual Coefficient VAIC™”, artikel diakses pada 28 November 2013 dari http:ihyaul.staff.umm.ac.id201003value-added-intellectual-coefficient- vaice284a2 24 bahwa beban karyawan labour expenses tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creationm intellectual potential yang direpresentasikan dengan labour expenses tidak dihitung sebagai biaya dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai value creation entity 26 . Keunggulan metode VAIC adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. Secara ringkas, value added VA dipengaruhi oleh efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki perusahaan, antara lain: Human Capital HC, Capital Employed CE, dan Structural Capital SC. a. Value Added Human Capital VAHU Value Added Human Capital mengindikasikan berapa besar kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang telah dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Semakin banyak value added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja 26 Ibid 25 berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary and wage cost adalah indikator dari HC perusahaan. b. Value Added Capital Employed VACA Value Added of Capital Employed VACA menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari satu unit modal fisik yang digunakan. Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam memanfaatkan CE Capital Employed-nya jika 1 unit dari CE menghasilkan return lebih besar daripada perusahaan lain. Kemampuan perusahaan dalam mengelola CE dengan baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan tersebut. c. Structural Capital Value Added STVA Structural Capital Value Added STVA menunjukkan kontribusi structural capital SC dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Menurut Pulic yang dikutip oleh Ulum, SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap value creation. Lanjutnya menjelasakan semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC 26 adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional 27 . Rasio terakhir dalam menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAIC TM

3. Prinsip-prinsip Efisiensi Intellectual Capital

Pulic memperkenalkan prinsip-prinsip efisiensi pada bisnis yang turut mendukung peran modal intelektual sebagai berikut: 28 a. Intellectual Capital Efficiency has No Limit Pada masa industrial, produktivitas dibatasi oleh faktor, teknik dan sumber daya alam. Namun, pada knowledge economy, tidak ada pembatasan pada penciptaan nilai. Pada saat produk berbasis pengetahuan diciptakan, hambatan yang mungkin timbul adalah tanggapan dan perilaku dari pelanggan. Oleh karenanya, peningkatan penciptaan nilai tergantung pada: 1 Definisi tujuan yang jelas dalam menciptakan nilai 2 Pengetahuan dan kapabilitas dari manajemen serta karyawan dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan b. Value Creators are Persupposition of Efficiency 27 Ibid 28 Hasna Fatima, “Analisis Pengaruh Modal Intelektual terhadap kinerja Perusahaan di Indonesia,” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Depok, 2012,h.18