Ikhtisar Lirik Lagu “Keramat”

77

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Struktur Puisi Ibu dan Lirik Lagu Keramat

Langkah awal untuk memahami inti dari suatu karya adalah dengan cara menganalisis dan memahami struktur yang membangun karya. Hal ini sangat penting, karena di dalam struktur tersebut terdapat unsur-unsur yang saling berhubungan dalam rangka mencapai keutuhan tunggal. Begitu juga ketika ingin memahami inti dari puisi Ibu karya A. Mustofa Bisri dan lirik lagu Keramat karya Rhoma Irama, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengkaji atau menganalisis struktur lahir dan batin dari kedua karya tersebut. Berikut ini hasil analisis struktur puisi Ibu karya A. Mustofa Bisri dan lirik lagu Keramat karya Rhoma Irama.

1. Analisis Struktur Fisik Puisi Ibu

a. Tipografi atau perwajahan Puisi Ibu karya A. Mustofa Bisri ini merupakan puisi bebas yang terdiri atas 3 tiga bait dan 29 dua puluh sembilan larik. Bait pertama, puisi Ibu ini terdiri atas lima belas larik. Sementara bait kedua, terdiri atas enam larik, dan di bait ketiga terdiri atas delapan larik. Tipografi dalam puisi ini tergolong puisi konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari sistematika penulisan bait dan larik yang telah dijabarkan. Di bait pertama dan kedua, Aku-lirik seolah berbicara kepada ibunya. Sementara itu, di bait ketiga, Aku-lirik seolah berbicara kepada Tuhan. Hal tersebut menunjukkan, bahwa Aku-lirik sedang berdoa. Hal yang menunjukkan bahwa pada bait ketiga Aku lirik sedang berdoa adalah dengan penggunaan tanda kurung. b. Versifikasi Dalam menganalisis struktur versifikasi dalam puisi Ibu ini penulis merujuk kepada pendapat Herman J. Waluyo, yaitu versifikasi terdiri atas rima, ritme, dan metrum, yang di dalam penjelasan selanjutnya Waluyo berpendapat, bahwa pengertian ritme dan metrum disamakan. Jika merujuk pada tipografi puisi Ibu yang tergolong ke dalam puisi bebas, maka pola rimanya pun tidak terpengaruh oleh puisi-puisi lama yang cenderung terikat, baik dari segi bait maupun baris. Selain itu, mengacu pendapat Waluyo yang mengatakan bahwa rima merupakan persamaan bunyi di awal, tengah, maupun akhir di dalam puisi Ibu ini tidak ditemukan. Hal tersebut kembali melihat pandangan penyair yang tidak bermanis-manis kata. Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa puisi Ibu karya Gus Mus ini menggambarkan keagungan seorang ibu dalam pandangan Aku-lirik, sehingga ritme yang ditangkap penulis ketika puisi ini dibaca adalah dengan nada tinggi dan penuh penekanan, namun tinggi di sini bukan menunjukkan suatu kemarahan, tetapi untuk menciptakan efek keagungan. Selain itu, di larik-larik tertentu, ritme yang diucapkan ada yang menurun. Hal ini untuk menciptakan efek kelembutan atau kasih sayang seorang ibu yang ingin disampaikan penyair. c. Diksi Diksi yang digunakan oleh Gus Mus dalam puisi Ibu ini cenderung sederhana dan padat makna. Hal ini tidak lepas dari filosofi penyair itu sendiri, yaitu tidak bermanis-manis kata. Tujuannya agar pembaca lebih mudah dalam memahami pesan yang ingin disampaikan baik tersurat maupun tersirat. Jika dilihat dari penggunaan diksi yang dipakai oleh Gus Mus, terdapat beberapa bentuk diksi yang digunakan Gus Mus terpengaruh oleh bahasa daerah. Pertama, penggunaan kata brenti yang terdapat pada bait pertama larik ke-12 dua belas. Kata brenti seharusnya berhenti, yang merupakan hasil dari penambahan imbuhan afiksasi be + henti. Akan tetapi, Gus Mus memilih menggunakannya dengan bahasa percakapan yakni brenti. Kedua, kata sorga yang terdapat pada bait ke-2 dua larik ke-20 dua puluh. Pemilihan kata sorga yang Gus Mus lakukan juga merupakan pengaruh terhadap bahasa daerah. Kata sorga yang digunakan Gus Mus menggunakan vokal o. Jika merujuk kepada standar buku Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Bahasa kata surga ditulis dengan sorga kurang tepat karena tidak sesuai dengan penulisan yang baku. Ketiga, penyimpangan pada penggunaan frasa kasihsayangMu yang terdapat pada bait ke-3 tiga larik ke-25 dua puluh lima. Penyimpangan pada frasa kasihsayangMu ini juga tergolong bentuk penyimpangan morfologis. Frasa kasihsayangMu ditulis oleh Gus Mus dengan cara digabung tanpa diberi jarak spasi. Seharusnya penulisan yang tepat adalah dipisah, seperti kasih sayang-Mu. Puisi Ibu karya Gus Mus ini juga banyak menggunakan istilah-istilah alam untuk menggambarkan sosok ibu dalam pandangan Aku-lirik. Hal ini menunjukkan, bahwa kontruksi diksi yang diciptakan oleh Gus Mus dalam setiap karyanya tidak terlalu mementingkan kerapihan stilistik ataupun organisasi larik. Hal tersebut menjadikan puisi Gus Mus ini terlihat ramah, menghilangkan jarak formalitas puisi, sehingga terkesan ingin menyerahkan langsung ke pembaca. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa adanya kontruksi bangunan diksi yang sederhana pada puisi Ibu, yaitu dapat dilihat dari banyaknya penggunaan istilah alam yang diciptakan Gus Mus untuk menggambarkan sosok ibu dalam pandangan Aku-lirik. Hal tersebut dikatakan sederhana, karena alam merupakan bentuk kekuasaan Allah yang dapat dilihat secara langsung. Selanjutnya, alam juga menunjukkan sesuatu yang berkuasa. Selain itu, alam merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan manusia