Rhoma Irama: Dakwah, Kritik, dan Pesan Sosial
sebagai seniman, Rhoma melihat ada celah meski celah itu kecil. Rhoma tidak menyangkal bahwa secara umum musik identik dengan kemaksiatan,
drug, minuman keras, meninggalkan shalat, dan pergaulan bebas. Di situlah selalu ada celah untuk berdakwah. Menurut Rhoma, saat itu ada jurang
pemisah antara agama dan musik. Akan tetapi, Rhoma tidak berhenti untuk terus berdakwah. Ia semakin mantap melebarkan musiknya ke zona religi.
136
Pada Desember 1983, kiai Syukri Gozali dari MUI, menyatakan bahwa menyanyikan Al-quran hukumnya haram. Pernyataan itu tentu saja
menampar Rhoma yang baru saja meluncurkan album La Illaha Illalah. Sebuah diskusi lantas digelar. Rhoma diundang ke Masjid Al-Azhar untuk
dimintai pertanggungjawaban oleh MUI mengenai lafaz surah Al-Ikhlas pada awal lagu tersebut. Di dalam ruang sidang, Rhoma memperdengarkan
lagu La Illaha Illalah di depan para ulama MUI dan para wartawan. Keputusan sidang saat itu, MUI tidak melarang, malah Soneta diminta
memperbanyak lagu bernafaskan Islam.
137
Meskipun MUI mengizinkan lagu itu, tetapi tantangan tak berhenti sampai di situ. Suatu waktu Soneta tampil di FFI Medan, Rhoma
membawakan lagu La Illaha Illalah. Begitu selesai, ada sepuluh anggota DPRD Sumut mendatangi Rhoma di sebuah hotel. Rhoma dan Soneta
diintimidasi. Mereka meminta Rhoma agar tidak lagi mendendangkan lagu tersebut dengan alasan bisa memecah belah bangsa. Rhoma pun dengan
tegas menjawab bahwa jika dirinya dilarang mendendangkan lagu tersebut, berarti sama saja dengan melarang Al-quran, karena lagu tersebut
merupakan terjemahan Al-quran.
138
Sandungan terhadap Rhoma tidak sampai di situ. Dalam album soundtrack Cinta Segi Tiga pun sempat bermasalah dikarenakan Rhoma
telah mengucapkan hadis terbalik pada intro lagu Lima. Hal ini
136
Ibid., h. 108.
137
Ibid., h. 109.
138
Ibid.
mengakibatkan Naviri selaku label harus menarik album yang sudah terlanjur beredar dan menggantinya dengan album yang telah direvisi pada
kesalahan pengucapan tersebut.
139
Rhoma tidak hanya berhadapan dengan ulama. Keberanian Rhoma melakukan sejumlah kritik terhadap negara, melalui beberapa syair-syair
lagunya juga membuat pihak pemerintah kebakaran jenggot dan melakukan pencekalan. Tahun 1997, pihak pemerintah mengeluarkan pelarangan
terhadap lagu Rupiah, karena rupiah adalah mata uang resmi RI, sehingga tidak boleh dianggap sebagai ungkapan penyebab pertikaian serta
perpecahan.
140
Rhoma juga memiliki pengalaman tampil di berbagai kampanye Pemilu. Pada Pemilu 1977 dan 1982, Rhoma sudah menjadi pengumpul
suara vote getter yang sangat efektif bagi Partai Persatuan Pembangunan PPP.
141
Kecenderungan politik Rhoma pada pemilu 1977 dan 1982 ke Partai Persatuan Pembangunan yang berasas Islam membuatnya sempat
diinterogasi pihak militer di era Orde Baru, dan dicekal tampil di TVRI selama sebelas tahun lamanya 1977-1988. Meskipun dengan ongkos yang
sangat mahal, Rhoma pun tak gentar menghadapi tekanan dari pemerintah Orde Baru, hingga akhirnya Rhoma kembali bisa tampil di TVRI setelah
PPP mengganti asasnya menjadi Pancasila.
142
Ketenaran Rhoma dalam berdakwah pun memasuki dunia film. Ada sekitar 28 judul film dibintanginya. Beberapa film di antaranya, seperti
Penasaran 1976, Gitar Tua 1977, Begadang 1978, Raja Dangdut 1978, Berkelana I 1978, Berkelana II 1978, Cinta Segitiga 1979,
Camelia 1979, Perjuangan dan Doa 1980, Melodi Cinta 1980, Badai di Awal Bahagia 1981, Satria Bergitar 1984, Cinta Kembar 1984,
139
Ibid., h. 112.
140
Ibid., h. 125.
141
Ibid., h. 129.
142
Ibid., h. 132.
Pengabdian 1985, Kemilau Cinta di Langit Jingga 1985, Menggapai Matahari I 1986, Menggapai Matahari II 1986, Nada-nada Rindu
1987, Bunga Desa 1988, Jaka Swara 1990, Nada dan Dakwah 1991, Tabir Biru 1994, Dawai 2 Asmara 2010, dan
Sajadah Ka’bah 2011.
143
Rhoma telah menciptakan lebih dari 700 lagu, baik yang dinyanyikan sendiri, maupun oleh penyanyi-penyanyi lain. Karya-karyanya
begitu fenomenal dan legendaris. Kepiawaiannya dalam bermain musik mendapat beberapa gelar, baik lokal maupun internasional. Atas kegigihan
Rhoma dalam mengangkat citra musik dangdut, majalah Asia Week dalam artikel Superstar with a Message edisi 16 Agustus 1985 menyebut Rhoma
sebagai South East Asia Superstar. Tahun 1992, Rhoma mendapat pengakuan dari dunia musik Amerika, saat majalah entertainment edisi
Februari mencantumkannya sebagai Indonesian Rocker. Pada 16 November 2007, Rhoma menerima penghargaan sebagai The South East Asia
Superstar Legend di Singapura. Selanjutnya pada 23 Desember 2007, Rhoma menerima Lifetime Achievement Award pada penyelenggaraan
perdana Anugerah Musik Indonesia AMI Dangdut Awards, yang dilangsungkan di Teater Taman Mini Indonesia Indah TMII, Jakarta.
Bahkan, nama Rhoma sendiri diabadikan sebagai nama piala untuk 6 kategori permainan instrumen musik dangdut di acara tersebut. Sementara
di dalam negeri, salah satu penghargaan terhadap Rhoma diberikan Anugerah Dangdut TPI tahun 1997 yang berlangsung di Istora Senayan,
dengan kategori ―Penyanyi Dangdut Legenda‖. Konsistensi Rhoma di bidang musik dangdut juga berbuah anugerah sertifikat dari Museum Rekor
Indonesia MURI sebagai artis yang paling lama berkiprah di musik dangdut. Baru-baru ini, tahun 2011, Rhoma berhasil meraih penghargaan
prestesius dalam ajang SCTV Award.
144
Kiprah dan dedikasi Sang Legenda juga diakui dunia, terbukti dengan gelar Profesor Honoris Causa dalam
143
Ibid., h. 195.
144
Ibid., h. 175.
bidang musik yang diterimanya dari dua universitas yang berbeda, yaitu dari Northern California Global University dan dari American University of
Hawai.
145
Kepedulian Rhoma terhadap nasib sesama musisi, terutama mereka yang berkecimpung dalam dunia dangdut, mendorongnya untuk mendirikan
PAMMI Persatuan Artis Musik Melayu Dangdut Indonesia dan menjabat sebagai ketua umum. Rhoma juga memimpin pendirian AHDCI Asosiasi
Hak Cipta Musik Dangdut Indonesia untuk memperjuangkan hak atas pembagian royalti yang lebih baik untuk para pencipta musik dangdut.
146
Selain di dunia musik dan film, Rhoma juga dikenal sebagai seorang dai. Ia pun tak jarang bertemu dengan tokoh-tokoh Islam lintas ormas,
seperti K. H. Hasyim Muzadi dari NU, Dien Syamsuddin dari Muhammadiyah, K.H. Zainuddin MZ, Tarmidzi Taher mantan Menteri
Agama era Orde Baru, dan K. H. Manarul Hidayah pengasuh Ponpes Al- Mahbubiyah. Bersama mereka, Rhoma mendirikan organisasi Fahmi
Tamami Forum Silahturahmi Takmir Masjid dan Mushala pada 22 September 2007 bertepatan dengan 10 Ramadhan 1428 H. Saat ini, Fahmi
Tamami berdiri di 28 Provinsi di Indonesia.
147
Rhoma Irama telah membuat kejutan politik dalam negeri dengan keinginannya menjadi presiden 2014. Rhoma mengaku didaulat sebagai
presiden di Indonesia oleh ulama dan habaib yang bergabung dalam Wasilah Silahturahmi Asatidz Tokoh dan Ulama Wasiat Ulama. Tak
hanya itu, organisasi yang tergabung dalam Fans of Rhoma and Soneta FORSA pun juga mengusung Rhoma menuju RI-1. Alasan lain, ulama
memilih Rhoma sebagai Capres lantaran dianggap memiliki jiwa
145
Lambertus Hurek., op. cit.
146
Ibid
147
Moh Shofan ., op. cit., h. 204.
kepemimpinan yang tangguh. Hal itu tercermin dengan kepemimpinannya di Soneta.
148
PKB secara resmi mengusung Rhoma Irama sebagai calon presiden dari PKB. Peresmian pencalonan Rhoma diutarakan oleh Muhaimin di
kantor DPP PKB, 16 April 2013. Pengesahan Rhoma sebagai Capres resmi PKB telah disepakati dalam klausal kontrak yang telah ditandatangani oleh
Rhoma Irama dan Muhaimin pada 2 April 2013. Meskipun baru wacana, berita ini telah mengundang banyak pro dan kontra. Ada yang mengecam,
karena Rhoma dinilai belum pantas untuk memimpin Indonesia. Sebaliknya, tak sedikit pula yang mendukung pencalonannya, karena Rhoma dianggap
representatif mewakili umat Islam.