semakin meningkatkan water holding capasity, swelling water capasity, dan adsorption capasity ampas jintan Ma et al. 2016. Menurut Savlak et al. 2016
ukuran partikel mempengaruhi kualitas tepung pisang seperti daya ikat air, daya ikat minyak, kelarutan air, dispersi tepung, kemampuan menjadi basah, bulk
density, dan tapped density. Tepung pisang berukuran partikel paling kecil memiliki kemampuan menjadi basah lebih besar dan daya ikat air yang paling
rendah dibandingkan tepung berukuran partikel lebih besar.
3 METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Seafast Center dan laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada bulan Januari 2015 sampai April 2016.
3.2 Bahan
Ampas tapioka yang digunakan berasal dari industri kecil tapioka di Kelurahan Ciluar Bogor. Bahan kimia yang digunakan yaitu akuades, glukosa
murni, fenol 5, H
2
SO
4
, etanol 95, enzim termamyl Sigma A3403, Sigma- Aldrich,
USA, protease
Sigma P-4630,
Sigma-Aldrich, USA,
amyloglucosidase Sigma A-9913, Sigma-Aldrich, USA, NaOH, HCl, kertas saring, dan kertas saring Whatman 42.
3.3 Alat
Alat yang digunakan untuk proses pengolahan tepung yaitu disc mill Teco 3-Phase Induction Motor, Singapore, ayakan bergoyang Dalal Engineering
PVT.LTD. Model EGCMS Type Dry dengan ukuran 40, 60, 80, dan 100 mesh, kain saring dengan ukuran 40 mesh, alat tekan ulir, grinder, dan cabinet dryer.
Alat yang digunakan untuk analisis rapid visco analyser RVA Tec Master Newport Scientific Pty.Ltd, Warriewood-Australia, particle size analyzer
Mastersizer 3000 Aero S, Malvern UK, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UVmini-1240, Japan, oven, desikator, saringan vakum, shaking waterbath
Burgwedel GFL 1083, Germany, pH meter Eutech pH700, Singapore, neraca analitik Precisa XT 220A, Switzerland, dan alat-alat gelas.
3.4 Metodologi Penelitian
Ampas tapioka segar dikeringkan menggunakan cabinet dryer pada suhu 50±5
o
C selama 24 jam. Tepung ampas tapioka disiapkan dengan proses penggilingan
ampas tapioka
kering menggunakan
disc mill.
Untuk mengelompokkan partikel ampas tapioka hasil penggilingan berdasarkan ukuran
partikelnya dilakukan pengayakan menggunakan ayakan bergoyang berukuran 40, 60, 80, dan 100 mesh sehingga diperoleh variasi ukuran partikel tepung ampas
tapioka yaitu tepung hasil penggilingan tanpa pengayakan, tepung berukuran 420- 250 µm lolos ayakan 40 mesh, tertahan oleh ayakan 60 mesh, 250-177 µm
lolos
ayakan 60 mesh, tertahan oleh ayakan 80 mesh, 177-149 µm lolos ayakan 80 mesh, tertahan oleh ayakan 100 mesh, dan 149 µm lolos ayakan 100 mesh.
Tepung ampas tapioka yang dihasilkan kemudian dianalisis distribusi ukuran partikelnya.
Gambar 2 Skema tahapan penelitian Ampas tapioka hasil penggilingan dengan ukuran partikel yang berbeda
dicuci sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 kali dengan rasio perbandingan tepung dan air yang ditambahkan yaitu 1 : 9 kemudian diaduk secara konstan menggunakan
batang pengaduk selama 2 menit Purwantana et al. 2008. Selanjutnya proses penyaringan menggunakan tiga lapis kain saring 40 mesh lalu diperas
menggunakan alat tekan manual ulir dan dikeringkan menggunakan cabinet dryer pada suhu 50 ± 5
o
C selama 24 jam. Sampel lalu digiling menggunakan grinder kecepatan no. 4 selama 5 menit dan diayak menggunakan ayakan 60
mesh. Parameter yang diamati terhadap tepung ampas tapioka terdiri dari rendemen, kadar air, kadar pati, kadar total serta pangan, dan karakteristik
pasting. Skema tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
3.5 Prosedur Analisis
3.5.1 Analisis Distribusi Ukuran Partikel