Analisis Data Prosedur Analisis

tepung ampas tapioka paling rendah diperoleh pada ampas tapioka hasil penggilingan tanpa pengayakan sedangkan penurunan paling tinggi diperoleh pada ampas tapioka berukuran 149 µm. Sebelum proses pencucian, ampas tapioka hasil penggilingan berukuran 149 µm memiliki rendemen yang paling tinggi, sedangkan setelah proses pencucian menghasilkan tepung ampas tapioka dengan rendemen yang paling rendah dibandingkan tepung yang lain yaitu sebesar 16.02. Rendemen tepung ampas tapioka yang paling tinggi diperoleh dari hasil pencucian ampas tapioka hasil penggilingan tanpa pengayakan yaitu sebesar 49.24. Rendemen tepung ampas tapioka yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan metode berbeda, seperti proses fermentasi dan proses hidrolisis. Proses fermentasi pada ampas tapioka menghasilkan rendemen tepung serat ampas tapioka sebesar 12.74 Rosida 1994 sedangkan proses hidrolisis menggunakan asam klorida menghasilkan rendemen tepung serat pangan sebesar 3.66 Iman 2006.

4.3 Kadar Air

Pengaruh kombinasi perlakuan ukuran partikel ampas tapioka dan frekuensi pencucian terhadap kadar air tepung ampas tapioka yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa ukuran partikel ampas tapioka mempengaruhi kadar air tepung ampas tapioka sedangkan frekuensi pencucian dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tepung ampas tapioka p0.05 Lampiran 1. Gambar 5 Grafik kadar air tepung ampas tapioka yang dihasilkan pada kombinasi perlakuan ukuran partikel ampas tapioka hasil penggilingan dan frekuensi pencucian Tepung ampas tapioka yang dihasilkan dari ampas tapioka hasil penggilingan berukuran partikel 149 µm memiliki kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan tepung ampas tapioka lainnya. Menurut Hossen et al. 2011 semakin kecil ukuran partikel akan memperbesar luas permukaan bahan yang terpapar dengan panas sehingga semakin banyak air yang teruapkan pada proses pengeringan dan menurunkan kadar air bahan. Secara keseluruhan kadar air tepung ampas tapioka yang dihasilkan dari ampas tapioka dengan ukuran partikel dan frekuensi pencucian yang berbeda memiliki nilai kadar air yang tidak signifikan berbeda. Kadar air tepung ampas tapioka berkisar dari 8.34 hingga 9.89 b.k. Kadar air tepung ampas tapioka tersebut telah memenuhi persyaratan SNI 01-2997-1996 tepung singkong yaitu sebesar maksimal 13.

4.4 Kadar Pati

Ampas tapioka merupakan padatan hasil samping proses ekstraksi pati tapioka yang kaya serat dan masih mengandung pati tidak terekstrak. LaCourse et al. 1993 menyatakan bahwa untuk memperoleh ampas tapioka dengan kandungan serat yang lebih tinggi dapat dilakukan destarching atau proses penghilangan pati, sehingga semakin banyak pati yang terbuang maka kandungan serat pangannya menjadi lebih tinggi. Gambar 6 menunjukkan pengaruh kombinasi perlakuan ukuran partikel ampas tapioka hasil penggilingan dan frekuensi pencucian terhadap kadar pati tepung ampas tapioka. Ukuran partikel ampas tapioka memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar pati tepung ampas tapioka p0,05 Lampiran 1. Pengecilan ukuran partikel ampas tapioka menghasilkan tepung ampas tapioka dengan kadar pati yang lebih tinggi Gambar 6a. Tepung ampas tapioka yang dihasilkan dari ampas tapioka hasil penggilingan berukuran partikel 149 µm memiliki kadar pati yang paling tinggi 43.95 dibandingkan dengan tepung lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Saengchan et al. 2016 mengenai efisiensi pemisahan pati dari tepung singkong berdasarkan ukuran partikelnya. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel tepung singkong maka semakin tinggi jumlah pati yang dapat dipisahkan. Dinding sel pada tepung singkong yang berukuran lebih kecil mengalami kerusakan yang lebih banyak sehingga semakin banyak granula pati yang bebas atau terlepas dari jaringan berserabut. Saengchan et al. 2016 juga menyatakan bahwa pati yang dapat dipisahkan pada tepung singkong dengan ukuran partikel lebih kecil jumlahnya lebih banyak karena partikel yang berukuran lebih besar tertahan pada ayakan. Hermiati et al. 2011 melaporkan bahwa granula pati pada ampas tapioka berukuran 10-23 µm sedangkan serat ampas tapioka berukuran sekitar 50 µm Wicaksono et al. 2013 sehingga jumlah granula pati yang lolos pada ayakan lebih banyak. Kadar pati tepung ampas tapioka yang dihasilkan semakin rendah dengan semakin banyaknya frekuensi pencucian p0.05. Penurunan kadar pati tepung ampas tapioka terjadi secara signifikan setelah pencucian ampas tapioka hasil penggilingan dengan ukuran partikel berbeda sebanyak 3 kali dan kadar pati terendah diperoleh setelah pencucian sebanyak 6 kali. Pada proses pencucian air akan menekan atau mendorong granula pati keluar dari bahan Lopez et al. 1996 sehingga semakin banyak frekuensi pencucian maka semakin banyak granula pati yang terdorong keluar oleh air. Saengchan et al. 2016 melaporkan bahwa efisiensi pemisahan granula pati dengan menggunakan filtrasi bertekanan semakin besar dengan semakin besarnya tekanan. a b Gambar 6 Grafik a kadar pati dan b rasio perubahan kadar pati tepung ampas tapioka yang dihasilkan dibandingkan dengan kadar pati awal pada masing – masing ukuran partikel pada kombinasi perlakuan ukuran partikel ampas tapioka hasil penggilingan dan frekuensi pencucian Interaksi antara ukuran partikel ampas tapioka dan frekuensi pencucian menghasikan kadar pati tepung ampas tapioka yang berbeda nyata p0.05. Pengecilan ukuran partikel ampas tapioka menyebabkan semakin besar penurunan kadar pati tepung ampas tapioka yang dihasilkan Gambar 4b. Penurunan kadar pati terbesar diperoleh pada tepung ampas tapioka yang dihasilkan dari ampas tapioka hasil penggilingan berukuran 149 µm yang dicuci sebanyak 6 kali. Hal diduga karena kerusakan dinding sel pada tepung ampas tapioka berukuran partikel lebih kecil lebih besar dibandingkan dengan tepung berukuran partikel lebih besar yang menyebabkan semakin banyaknya jumlah granula pati yang terlepas atau terbebas dari jaringan berserabut. Pada proses pencucian, granula- granula pati yang bebas atau terlepas dari jaringan tersebut terdorong keluar oleh air. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wronkwoska dan Haros 2014 yaitu tepung buckwheat berukuran partikel lebih kecil memiliki efisiensi ekstraksi pati yang lebih besar.

4.5 Kadar Total Serat Pangan

Kadar total serat pangan pada kombinasi perlakuan ukuran partikel ampas tapioka hasil penggilingan dan frekuensi pencucian dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran partikel ampas tapioka hasil penggilingan mempengaruhi kadar total serat pangan tepung ampas tapioka yang dihasilkan p0.05 Lampiran 1. Pengecilan ukuran ampas tapioka hingga berukuran partikel 250-177 µm mampu menghasilkan tepung ampas tapioka dengan kadar serat pangan yang lebih tinggi, sedangkan proses pengecilan ukuran lebih lanjut 149 µm mengakibatkan kadar total serat pangan menjadi lebih rendah Gambar 7a. Hal ini diduga karena semakin kecil ukuran partikel maka semakin banyak granula yang bebas atau terlepas dari jaringan serat atau berserabut. Granula pati dan jaringan serat terpisah dengan granula pati pada proses pengayakan Saengchan et al. 2016. a b Gambar 7 Grafik a kadar total serat pangan dan b rasio perubahan kadar total serat pangan tepung ampas tapioka yang dihasilkan dibandingkan dengan kadar total serat pangan awal pada masing – masing ukuran partikel pada kombinasi perlakuan ukuran partikel ampas tapioka hasil penggilingan dan frekuensi pencucian