V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penggunaan Ruang
Aspek pola pemanfaatan ruang menggambarkan interaksi antara satwa dengan habitatnya. Dalam hal ini ”mobilitas” dan ”luas” serta ”komposisi daerah
jelajah” merupakan tiga parameter yang lebih banyak digunakan sebagai indikator dari strategi penggunaan ruang oleh satwaliar Santosa 1990. Kegiatan primata
berupa makan, berpindah, istirahat dan kegiatan sosial lainya sudah terpola dalam kegiatan sehari-hari yang dikenal dengan budget kegiatan.
Parameter pola penggunaan ruang yang paling banyak diteliti adalah: daerah jelajah luas dan komposisi vegetasi dan pergerakan. Wilayah jelajah home
range adalah daerah pergerakan normal satwa dalam melakukan aktivitas-
aktivitas rutin sedangkan teritori merupakan bagian dari wilayah jelajah yang sering dipergunakan secara lebih teratur dibanding bagian lainnya Chalmers
1980. Penggunaan ruang dalam penelitian ini mencakup penggunaan ruang secara vertikal dan horizontal, dalam hal ini adalah wilayah jelajah.
1. Penggunaan Ruang secara Horizontal
a. Monyet Ekor Panjang
Rata-rata wilayah jelajah monyet ekor panjang di CAP adalah 13,06 Ha. Luas wilayah jelajah tersebut berbeda dengan Rowe 1996 yaitu 113 ha dan
terjadi penurunan luas wilayah jelajah apabila dibandingkan Mukhtar 1982 yaitu sebesar 23,2 ha. Luas wilayah tersebut juga berbeda dengan Sularso 2004 bahwa
wilayah jelajah monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo pada Resor Rowobendo 27,71 ha, Trianggulasi 23,64 ha dan Pura Giri Salaka 20,84 ha.
Diantara 4 empat koloni yang diamati terdapat perbedaan luas wilayah jelajah yang kemungkinan dipengaruhi oleh ukuran koloni, kerapatan tumbuhan pakan
dan perilaku. Luas wilayah masing- masing koloni monyet ekor panjang di CAP seperti disajikan pada Tabel 1.
33
Tabel 1. Luas wilayah jelajah setiap koloni monyet ekor panjang di CAP No
Koloni luas Ha
Jumlah individu ekor 1
Pasir Putih Utara 8,13
44 2
Pasir Putih Selatan 20,48
19 3
Goa Rengganis 17,97
26 4
Cihaur 5,65
16 Jumlah
52,25 105
Rata-rata 13,06
26 Sistem kekerabatan primata berpengaruh pada perbedaan area pencarian
pakan yang dimonopoli dengan perilaku teritorial sebagai salah satu bentuk persaingan interfensi dan juga memungkinkan terjadinya pemisahan area
pencarian pakan Schoener 1993. Pemisahan area pencarian pakan dapat secara horizontal berupa wilayah jelajah dan secara vertikal berupa perbedaan
penggunaan strata tajuk. Tabel 2. Ukuran populasi masing-masing koloni monyet ekor panjang
No Koloni
Jumlah individu
ekor Kelasumurdanjeniskelamin
Keterangan 1 PasirPutihUtara
44 4A,14MJ,7MB,5DJ,4DB,6TB,4TJ A= Anak, J =Jantan
2 PasirPutihSelatan 19
2A,3MJ,2MB,4DJ,2DB,2TB,4TJ M=Muda, B=Betina
3 GoaRengganis 26
2A,6MJ,5MB,4DJ,4DB,3TB,2TJ D=Dewasa
4 Cihaur 16
2A,4MJ,3MB,2DJ,1DB,2TB,2TJ T =Jantan
Ukuran koloni monyet ekor panjang yang diamati rata-rata terdiri dari 26 ekor dan sebagian besar termasuk kelas umur muda dan anak dengan persentase
jantan lebih banyak. Jumlah individu anggota tersebut lebih kecil daripada Rowe 1996 yaitu rata-rata sebesar 29 ekor dan Sularso 2004 yaitu rata-rata 39 ekor.
Kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh perilaku, baik perilaku seksual Engelhardt 2004, startegi makan Purnama 1998, perilaku antipredator van
Schaik van Noordwijk 1985, perilaku sosial Mukhtar 1982, Watanabe et al. 1996, Ratna 2004 dimana dalam suatu koloni monyet ekor panjang terdapat strata
sosial antar individu anggotanya.
34
Dengan perilaku satwaliar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan, baik dari dalam maupun dari luar Tanudimadja 1978. Hal ini diperkuat
pernyataan Bailey 1984 bahwa populasi satwaliar mempertahankan nilai-nilai adaptif baik perilaku kompetitif dan kooperatif melalui sistem evolusi sosial,
yakni sistem hierarki dan teritorial. Sistem hierarki dan teritorialisme ini selanjutnya mengendalikan perilaku agresivitas intraspesifik secara terbatas yang
memungkinkan terbentuknya dan berfungsinya kelompok sosial. Keberadaan individu tua jantan dalam satu koloni monyet ekor panjang
berfungsi sebagai ketua koloni alpha male yaitu 1 individu, sedangkan individu tua jantan lainnya berfungsi sebagai subordinat alpha male. Dalam primata yang
berkoloni peran alpha male paling dominan dalam semua aktivitas dibandingkan individu jantan lainnya.
Koloni Pasir Putih Utara dengan anggota terbanyak yaitu 44 individu mempunyai luas wilayah jelajah 8,13 ha. Aktivitas pengunjung banyak terjadi
pada wilayah jelajah koloni Pasir Putih Utara dan Pasir Putih Selatan. Sebagian kebutuhan pakan koloni ini terpenuhi dari aktivitas pengunjung seperti pemberian
pakan oleh pengunjung dan sampah. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku makan sehingga menjadi tidak tergantung lagi pada stok pakan alami.
Oleh karena itu luas wilayah jelajah koloni Pasir Putih Utara terkecil diantara koloni lainnya, meskipun ukuran koloninya terbesar. Perubahan perilaku makan
akibat aktivitas pengunjung berimbas pada luas wilayah jelajah koloni monyet ekor panjang Pasir Putih Utara.
Koloni Pasir Putih Selatan beranggotakan 19 individu dan mempunyai wilayah jelajah terluas yaitu 20,48 ha. Aktivitas pengunjung pada wilayah jelajah
koloni ini relatif kurang intensif dibandingkan dengan koloni Pasir Putih Utara, namun lebih tinggi bila dibandingkan dengan koloni Goa Cirengganis dan Cihaur.
Mencermati ukuran populasi dan luas wilayah koloni ini diketahui bahwa intensitas pengunjung tidak begitu berpengaruh pada perilaku makannya, sehingga
masih tergantung pada ketersediaan sumber pakan alami. Berbeda dengan koloni monyet ekor panjang Pasir Putih Utara dan Selatan,
wilayah jelajah koloni Goa Cirengganis dan Cihaur intensitas pengunjung sangat kurang. Koloni Goa Cirengganis sekitar pukul 11.00 – 13.00 WIB hampir bisa
35
dipastikan selalu berada di sekitar Goa Cirengganis meskipun wilayah jelajah hariannya berubah-ubah. Hal ini terjadi karena “pengelola” Goa Cirengganis
biasanya memberi pakan koloni ini. Oleh karena itu wilayah sekitar Goa Cirengganis merupakan daerah teritori koloni monyet ekor panjang ini.
Wilayah jelajah koloni monyet ekor panjang Cihaur bebas dari pengaruh aktivitas pengunjung. Oleh karena itu koloni ini masih liar, perilaku tidak berubah
dan tingkat ketergantungan pada sumber pakan alami masih sangat tinggi. Sebaran koloni dan wilayah jelajah monyet ekor panjang di CAP yang diamati disajikan
pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta wilayah jelajah koloni monyet ekor panjang Vegetasi yang terdapat pada wilayah jelajah monyet ekor panjang dianalisis
dengan menggunakan metode uji petik pada 2 dua lokasi berbeda dengan setiap lokasi terdapat 5 petak ukur. Analisis vegetasi pada wilayah jelajah
menunjukkan bahwa jenis tumbuhan sumber pakan yang disukai monyet ekor panjang Lampiran 17 seperti kikores Psychotria valentonic, kirinyuh
36
Eupashorium odoratum , harendong Melastoma polyantum, popohan Buchanania
arborescens , jejerukan Acronychya laurifolia mempunyai kerapatan relatif tinggi.
hasil analisis vegetasi secara lengkap disajikan pada Lampiran 1.
b. Lutung