Geologi dan Tanah Iklim Hidrologi Aksesibilitas

22 tahun 1934 dilakukan penunjukan kawasan Pananjung Pangandaran seluas 457 ha menjadi Suaka Margasatwa berdasarkan GB No. 19 Stbl 669 yang dikeluarkan oleh Director Van Scomishe Zoken, tanggal 7 Desember 1934. Pada tahun 1961 dilakukan perubahan status dari Suaka Margasatwa menjadi CAP seluas ± 457 ha berdasarkan SK Mentan No.34KMP1961, tanggal 20 April 1961 dengan ditemukannya bunga Rafflesia padma. Pada tahun 1978 terjadi perubahan fungsi sebagian kawasan CAP menjadi TWA seluas 37,7 ha, sehingga luas CAP menjadi 419,3 ha, berdasarkan SK Mentan No. 170KptsUm1978 tanggal 10 Maret 1978. Pada tahun 1990 dilakukan Penunjukkan Perairan Pantai di sekitar CA dan TWAP seluas 470 ha menjadi Cagar Alam Laut. Berdasarkan SK Menhut No.225Kpts-II1990 tanggal 8 Mei 1990 BKSDA 2006.

B. Kondisi Fisik Kawasan 1.

Topografi Topografi kawasan CAP mulai dari landai sampai berbukit kecil dengan ketinggian tempat antara 0 sampai dengan 139 m dari permukaan laut. Keadaan fisiografi berbukit di temukan dibagian utara CAP, memanjang di sepanjang perbatasan wilayah tersebut mulai dari Ciborok Barat sampai Cirengganis Timur, keadaan bukit tersebut dalam bentuk tonjolan–tonjolan batu karang terjal dan terpisah-pisah.

2. Geologi dan Tanah

Pembentukan Semenanjung Pangandaran bersamaan dengan terbentuknya dataran Pulau Jawa, yakni pada periode miocene. Kondisi ini ditandai dengan batuan breccia dan susunan kapur yang terdapat pada bagian pantai. Susunan miocene ini tertutup oleh karang dan endapan aluvial yang berasal dari laut, endapan tersebut terdiri dari pasir dan tanah yang kondisinya hampir menutupi seluruh areal pantai CAP. Jenis tanah, yang berada dikawasan ini antara lain: podsolik merah kuning, podsolik kuning, latosol coklat, dan litosol, sedangkan yang berbentuk endapan 23 aluvial terdapat di antara pantai sebelah utara semenanjung yang berbentuk karang-karang terjal.

3. Iklim

Kawasan CAP berdasarkan klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk ke dalam Type A dan mempunyai curah hujan rata–rata 3.196 mmtahun dengan suhu berkisar 25 ° –30 ° C dan kelembaban udara antara 80–90. Musim basah atau hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Maret bersamaan dengan bertiupnya angin barat barat laut, sedangkan musim kering terjadi pada bulan Juli sampai dengan September selama periode musim angin tenggara.

4. Hidrologi

Dalam Kawasan CAP terdapat 2 dua buah sungai yang panjangnya tidak lebih dari 500 m – 2 km. Sungai terbesar adalah Sungai Cikamal yang mempunyai muara di pantai barat dan Sungai Cirengganis yang bermuara di pantai timur. Selain itu dalam kawasan CAP juga terdapat air terjun.

5. Aksesibilitas

CAP relatif mudah dicapai lewat jalan raya dari beberapa kota, antara lain dari: a Jakarta 400 km Bandung 223 km, Tasikmalaya 108 km dan dari Ciamis 92 km Jalan tersebut secara umum sudah memadai dan juga terdapat trayek angkutan, namun untuk kelancaran arus wisata perlu beberapa pengembangan. b Cirebon 291 km dengan rute: Cirebon – Kuningan – Panawangan – Kawali – Ciamis – Banjar – Banjarsari – Pangandaran. c Jawa Tengah: PurwokertoCilacap – Majenang – Karang Pucung - Banjar – Banjarsari – Pangandaran atau PurwokertoCilacap – Karang Pucung – Sidareja – Kali Pucang – Pangandaran. d Lapangan terbang yang khusus untuk komersil telah dibangun di Nusawiru, Cijulang ± 26 km dari Pangandaran yang sudah dapat didarati pesawat jenis CN 250, dan sampai sekarang sudah digunakan untuk kegiatan olahraga dirgantara, namun belum dibuka untuk penerbangan komersil. 24

C. Ekosistem dan Kondisi Biologis Kawasan 1.