untuk ikan swanggi jantan. Hasil penelitian menunjukkan koefisien pertumbuhan K ikan swanggi betina sebesar 0,3, umur teoritis saat panjang nol t
sebesar - 0,32 tahun, dan panjang asimtotik L
∞
sebesar 233,62 mm sehingga hasil analisis menunjukkan bahwa ikan betina mencapai panjang asimtotik
L∞ ketika berumur 37,5 bulan. Ikan jantan menunjukkan koefisien pertumbuhan alami K sebesar
0,15, umur teoritis saat panjang nol t sebesar -0,60 tahun, dan panjang asimtotik
L
∞
319,09 sehingga hasil analisis menunjukkan bahwa ikan jantan mencapai panjang asimtotik L
∞
ketika berumur 89,5 bulan.
4.7. Mortalitas dan laju eksploitasi
Sparre Venema 1999 menyatakan bahwa, mortalitas dapat terjadi karena adanya aktifitas penangkapan yang dilakukan manusia dan alami yang
terjadi karena kematian karena predasi, penyakit, dan umur. Pendugaan konstanta laju mortalitas total Z ikan kurisi dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang
dilinearkan berbasis data panjang Gambar 11.
.
Gambar 11. Kurva hasil tangkapan ikan swanggi yang dilinearkan berbasis data panjang
: titik yang digunakan dalam analisis regresi untuk menduga Z
1 2
3 4
5
2 4
6 8
Ln fi
∆ t
tL1L22
Betina
1 2
3 4
5 6
5 10
15 20
Ln fi
∆ t
tL1L22
Jantan
Hasil regresi kurva hasil tangkapan pada Gambar 11 menunjukan terjadi penurunan jumlah ikan atau mortalitas total. Pendugaan laju mortalitas alami ikan
swanggi digunakan rumus empiris Pauly Sparre Venema 1999. Amri 2008 menyatakan bahwa suhu rata-rata permukaan perairan Selat Sunda pada musim
timur sebesar 29,75
o
C 29,0 – 30,5
o
C. Dugaan mortalitas dan laju eksploitasi seperti disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan swanggi
Laju Nilai per tahun
Betina Jantan
Total
Mortalitas Total Z 0,49
0,55 0,39
Mortalitas Alami M 0,37
0,22 0,23
Mortalitas Penangkapan F 0,12
0,33 0,16
Eksploitasi E 0,24
0,61 0,42
Laju eksploitasi penting untuk diketahui sehingga dapat menduga kondisi dari perikanan dalam pengkajian stok ikan King 1995. Berdasarkan Tabel 9,
Ikan jantan lebih terkesploitasi dibanding ikan betina. Laju mortalitas total Z ikan swanggi jantan mencapai 0,55 dan laju eksploitasi E sebesar 0,61 serta laju
penangkapan F sebesar 0,33, sementara ikan betina belum mengalami eksploitasi, laju mortalitas total Z ikan swanggi betina mencapai 0,49 dan laju
eksploitasi E sebesar 0,24 serta laju penangkapan F sebesar 0,12. Secara total, mortalitas akibat ekspoiltasi sebesar 42,00 berarti jumlah ikan yang ditangkap
dibandingkan dengan jumlah ikan total yang mati karena faktor alam maupun faktor penangkapan sebesar 42,00.
Angka tersebut menunjukan bahwa berdasarkan analisis mortalitas dan Laju eksploitasi, ikan swanggi belum mengalami overeksploitasi sesuai
pernyataan Gulland 1971 in Pauly 1984 angka eksploitasi optimal hanya sebesar 50 E
optimum
= 0,5. Walaupun ikan swanggi ditangkap setiap hari sepanjang tahun, kondisi ini menunjukan ikan masih bisa ditangkap dan dikelola
dengan efektif.
4.8. Model produksi Surplus