Hubungan Panjang Bobot HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil tangkapan cantrang mencapai puncaknya pada tahun 2005, rata-rata produksi ikan swangi dari tahun 2001-2011 mencapai 11.271.25 kg. sementara itu upaya tangkap berfluktuasi dengan pennagkapan terbanyak pada tahun 2005, rata- rata upaya tangkap ikan swanggi dari tahun 2001-2011 mencapai 353 trip. Fluktuasi ini disebabkan oleh menurunnya jumlah alat tangkap cantrang serta kenaikan bahan bakar dari tahun 2001 – 2011.

4.3. Hubungan Panjang Bobot

Hasil analisis hubungan panjang bobot ikan swanggi betina dan jantan selama Maret – Oktober 2011 adalah alometrik, seperti telihat pada Tabel 3 dan 4 dibawah ini. Tabel 3. Hubungan panjang bobot ikan swanggi P. tayenus betina Pengambilan contoh n a b R 2 t hitung t tabel keterangan Maret 54 0,0010 2,1820 79,3 11,1070 2,3069 Alometrik negatif April 24 0,0001 2,8280 91,4 35,3539 2,3979 Alometrik negatif Mei 42 0,0001 2,5490 89,6 7,9506 2,3267 Alometrik negatif Juni 38 0,0001 2,2860 57,2 16,6992 2,3363 Alometrik negatif Juli 16 0,0001 2,6090 86,9 38,4510 2,4899 Alometrik negatif Agustus 31 0,2810 1,0480 47,1 33,9001 2,3979 Alometrik negatif September 12 0,0050 1,8650 73,7 12,6561 2,5931 Alometrik negatif Oktober 35 0,0001 2,5070 83,9 39,7676 2,3451 Alometrik negatif Tabel 4. Hubungan panjang bobot ikan swanggi P. tayenus jantan Pengambilan contoh n a b R 2 t hitung t tabel keterangan Maret 11 1,2890 0,8130 22,20 12.0291 2,6338 Alometrik negatif April 36 0,0030 1,8760 68,30 14.2796 2,3420 Alometrik negatif Mei 29 0,0001 2,2210 95,90 66.1785 2,3685 Alometrik negatif Juni 25 0,0001 2,5350 91,40 29.6595 2,3909 Alometrik negatif Juli 49 0,0001 2,3410 76,40 58.6430 2,3139 Alometrik negatif Agustus 26 0,0100 1,7200 72,60 38.2053 2,3638 Alometrik negatif September 38 1,5700 0,7880 29,70 21.9397 2,3363 Alometrik negatif Oktober 15 0,0640 1,3330 19,30 8.8398 2,5096 Alometrik negatif Catatan : n = jumlah contoh ikan; a = intersept; b = kemiringanslope; R 2 = koefisien determinasi; T hitung = nilai t yang diperoleh dari perhitugan; t tabel = nilai t yang diperoleh dari tabel. Berdasarkan Tabel 3 dan 4, nilai b yang kurang dari 3 dan hasil uji-t menunjukan bahwa ikan jantan dan betina memiliki pola alometrik negatif, yaitu pertumbuhan panjang lebih dominan dari pertumbuhan bobot. Hal ini didukung oleh penelitian Sukamto 2010 di Pantai Utara Jawa Timur mengemukan bahwa ikan swanggi memiliki pertumbuhan allometrik negatif. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ikan swanggi di Perairan Sunda dan Pantai Utara Jawa Timur memiliki pola pertumbuhan yang sama.

4.4. Sebaran Frekuensi Panjang