Mortalitas dan laju eksploitasi Model Surplus Produksi

Persamaan 10 merupakan bentuk persamaan linier yang merupakan L t+1 sebagai peubah tak bebas y dan L t sebagai peubah bebas x sehingga diperoleh formula sebagai berikut : b = a = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah dengan menggunakan persamaan empiris Pauly 1984 sebagai berikut : – 11 Keterangan : L ∞ = Panjang ikan asimtotik mm k = Koefisien pertumbuhan Lt = Panjang ikan saat mencapai umur t mm t = umur ikan saat panjangnya 0 mm t = umur ikan pada panjang tertentu

3.4.5. Mortalitas dan laju eksploitasi

Laju mortalitas total Z diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang Sparre Venema 1999 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah 1 :Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan inverse persamaan von Bertalanffy.  L 12 Langkah 2 :Menghitung waktu rata-rata yang diperlukan oleh ikan untuk tumbuh dari panjang L 1 ke L 2 t  L 13 Langkah 3 : Menghitung t+ t2 yang diasumsikan sama dengan tL 1 +∆t2 sama dengan  L 14 Langkah 4 : Menurunkan kurva hasil tangkapan C yang dilinearkan yang dikonversikan ke panjang 15 Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan b sama dengan -Z. Untuk laju mortalitas alami M diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly 1980 in Sparre Venema 1999 sebagai berikut : 16 463 , 6543 , 279 , 0152 , exp LnT LnK LnL M       ฀ 17 Keterangan : T = rata-rata suhu permukaan air C. Laju mortalitas penangkapan F ditentukan dengan : – 18 Laju eksploitasi E ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan F terhadap mortaliatas total Z Pauly 1984 : 19 Laju mortalitas penangkapan F atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland 1971 in Pauly 1984 adalah: M F optimum  ฀ 5 ,  optimum E 20

3.4.6. Model Surplus Produksi

Pendugaan model produksi surplus dianalisi menggunakan model Gulland. Model Gulland 1961 mengasumsikan bahwa terdapat suatu hubungan antara kelimpahan stok dan upaya masa lalu. Bila rekruitmen tetap stabil dengan berkembangnya penangkapan besar-besaran, ukuran rata-rata individu yang ditangkap akan menurun. Sebaliknya bila ukuran rata-rata ikan ditangkap tetap tidak berubah sedangkan kelimpahan atau CPUE t menurun, terdapat beberapa indikasi bahwa rekruitmen berpengaruh Gulland 1961 in Pasisingi 2011. Sparre Venema 1999 menyatakan bahwa metode ini hanya cocok digunakan untuk mendunga populasi yang belum dieksploitasi atau virgin biomass, model ini juga digunakan pada penelitian jarang dilaksanakan dan pada stok yang tingkat eksploitasinya masih rendah. Hubungan yang diperoleh antara CPUE t dan upaya rata-rata berbentuk melengkung. Hubungan linear model Gulland dapat dinyatakan sebagai berikut: 21 Sehingga : Keterangan : : upaya rata-rata tahun sebelumnya ke t -1 dengan tahun ke-t yang merupakan rentang hidup rata-rata individu dalam stok yang dieksploitasi trip. CPUE t : Tangkapan kg per upaya tangkap trip a : perkiraan rentang hidup untuk q, parameter daya dukung lingkungan K dan pertumbuhan alami r, serta nilai koefisien regresi. b : perkiraan untuk hasil ekuilibrium maksimum. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch TAC dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi surplus dan berdasarkan prinsip kehati-hatian, sehingga : 22 Jumlah tangkapan yang diperbolehkan TAC adalah 80 dari potensi maksimum lestarinya FAO 2011. Agar kegiatan perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan maka jumlah hasil tangkap sebaiknya tidak melebihi TAC .

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum PPP Labuan

PPP Labuan berada pada wilayah perairan Selat Sunda yang merupakan Alur Kepulauan Indonesia 1 ALKI-1. Lokasi PPP Labuan berada pada titik koordinat 06°24’30’’LS dan 105°49’15’’BT Irhamni 2009. PPP Labuan mencakup dua Tempat Pelelangan Ikan yaitu TPI 1 lama dan TPI 2 baru. Maraknya kegiatan perikanan di Labuan ditandai dengan banyaknya jumlah armada yang melakukan kegiatan bongkar muat dan sentra produksi. Besarnya potensi yang ada memungkinkan PPP Labuan dapat dijadikan sentra pengembangan komoditas unggulan Rahardjo et al, 1999 in Sjafei 2001. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan sampai proses pendistribusiannya terjadi sepajang hari di PPP ini. Pada tahun 2005 jumlah armada penangkap ikan di PPP Labuan adalah 275-403 unit atau sekitar 35,4 dari total armada penangkap ikan di Kabupaten Pandeglang berada di PPP ini Rakmania 2008. Jenis alat tangkap yang beroperasi yaitu payang, purse seine, jaring rampus, gillnet, pancing, jaring arad, dan cantrang. Alat tangkap yang terbanyak yaitu jaring arad, pancing, dan gillnet masing-masing berjumlah 119 unit, 68 unit, dan 65 unit. Nelayan Labuan biasa melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun baik musim barat maupun musim timur. Kondisi daerah penangkapan yang terhalang oleh pulau-pulau memudahkan nelayan melakukan operasi penangkapan karena pengaruh gelombang tidak terlalu besar Kartika 2007. Pada tahun 2008, jumlah nelayan terbanyak di PPP Labuan berjumlah 2.284 atau sekitar 42,68 dari total keseluruhan jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang Irhamni 2009. Rakhmania 2008 menyebutkan volume produksi perikanan di PPP Labuan tahun 2001-2005 mencapai 1.644,1- 2.811,6 ton dan nilai produksi mencapai 8.041.700.000 - 13.336.800.000 rupiah.

4.2. Kondisi Perikanan Ikan Swanggi

PPP Labuan sebagai pelabuhan pendaratan ikan terbesar di Kabupaten Pandeglang. Ikan swanggi merupakan hasil tangkapan dominan kelima di Labuan