Tabel 7 Sebaran harga pangan di perdesaan Provinsi Jawa Barat tahun 2015
Satuan Jumlah
RT Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
Beras Kg
7 969 2 428.57
36 890.00 9 660.68
1 818.21 Terigu
Kg 2 085
2 928.00 26 708.00
7 885.52 2 335.29
Singkong Kg
2 047 400.00
29 884.00 2 470.24
2 022.83 Mujair
Kg 1 882
5 151.33 44 544.00
18 041.99 5 076.08
Ikan Diawetkan Ons
4 347 36.00
105 560.00 4 655.91
5 540.35 Daging Sapi
Kg 196
29 200.00 166 188.00
101 287.16 23 670.99
Daging Ayam Ras
Kg 3 265
5 800.00 68 816.00
27 738.28 5 957.97
Daging Diawetkan
Kg 113
2 100.00 138 800.00
43 243.58 27 797.93
Susu Kental Manis
397 Gram
1 427 524.19
30 870.00 9 280.46
2 847.87 Telur Ayam
Ras Butir
6 733 106.82
26 896.00 1 461.13
1 070.77 Sayur
SopCapcay Bungku
s 3 139
400.00 15 858.00
2 038.88 1 085.72
Cabe Merah Kg
3 420 270.00
158 150.00 19 933.94
14 167.07 Tahu
Kg 6 306
1 500.00 33 064.00
9 172.59 3 375.73
Tempe Kg
6 039 1 500.00
40 071.00 9 216.88
3 548.30 Jeruk
Kg 1 780
2 371.43 65 093.67
13 920.22 4 983.27
Pepaya Kg
570 833.33
25 988.00 4 901.65
2 562.57 Mie Instan
80 Gram
6 274 600.00
10 011.50 1 910.77
458.46 Rokok Kretek
Filter Batang
2 072 202.93
14 465.29 943.80
746.38
6.
HASIL PEMBAHASAN
6.1. Pola Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat
Rata-rata pengeluaran per bulan rumah tangga di Provinsi Jawa Barat secara umum pada tahun 2013 dan 2014 lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata nasional,
yaitu sebesar Rp 703 561 dan Rp 776 032. Namun jika dibedakan berdasarkan tipe daerahnya diketahui bahwa rata-rata pengeluaran per bulan rumah tangga perkotaan
dan perdesaan di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 dan 2014 lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata pengeluaran per bulan rumah tangga perkotaan dan
perdesaan nasional BPS 2016. Berdasarkan data SUSENAS Provinsi Jawa Barat tahun 2015, diketahui bahwa secara umum rata-rata pengeluaran rumah tangga per
bulan di Jawa Barat diestimasi berdasarkan pengeluaran sebesar Rp 860 258, dan rata-rata share pengeluaran untuk pangan food share rumah tangga sebesar 0.56
atau 56.45 persen dari keseluruhan pengeluaran rumah tangga. Nilai food share yang dibawah 60.00 persen ini menunjukkan bahwa secara umum rumah tangga di
Provinsi Jawa Barat tidak rentan pangan dan merupakan rumah tangga yang sejahtera.
Namun, ketika pengamatan dilakukan dengan membandingkan rumah tangga perkotaan dan perdesaan diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengeluaran
rumah tangga per bulan dan food share yang cukup besar. Rata-rata pengeluaran per bulan rumah tangga di perkotaan sebesar Rp 956 607, lebih tinggi daripada rata-
rata rumah tangga di perdesaan, yaitu sebesar Rp 690 251
Tabel 8. Peningkatan pengeluaran rumah tangga per bulan di Provinsi Jawa Barat yang besar pada tahun
2015 turut dipengaruhi oleh jumlah responden rumah tangga yang jauh lebih besar daripada jumlah responden SUSENAS tahun 2013 dan 2014.
Tabel 8 Rata-rata pengeluaran per bulan rumah tangga di Provinsi Jawa
Barat Tahun 2013-2015 Rupiah
2013 2014
2015
Perkotaan 861 629
911 736 956 607
Perdesaan 469 119
560 782 690 251
Perkotaan + Perdesaan 726 828
793 816 860 258
hasil olahan data SUSENAS 2015 Sumber: BPS 2016b
Meskipun berdasarkan rata-rata pengeluaran per bulan menunjukkan rumah tangga di perkotaan lebih sejahtera dibandingkan rumah tangga di perdesaan namun
hal tersebut tidak menggambarkan baiknya perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan kesejahteraan rumah tangga yang tidak diikuti dengan
pemerataan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Ketimpangan ekonomi tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai Gini ratio-nya.
Tabel 9 Gini ratio Provinsi Jawa Barat Indonesia tahun 2013-2015
Daerah Jawa Barat
a
Indonesia
b
2013 2014
2015 2013
2014 2015
Perkotaan n.a
n.a 0.46
0.43 0.43
n.a Perdesaan
n.a n.a
0.33 0.32
0.32 n.a
Perkotaan + Perdesaan 0.40
0.40 0.43
0.41 0.41
0.41
hasil olahan data SUSENAS 2015; n.a = data tidak tersedia Sumber:
a
BPS Jawa Barat 2016,
b
BPS 2016b
Ketimpangan ekonomi di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat dari nilai Gini
ratio-nya, dimana nilai Gini ratio di perkotaan, sebesar 0.46, jauh lebih tinggi daripada nilai Gini ratio perdesaan, yaitu sebesar 0.32 Tabel 9. Hal ini
menggambarkan bahwa perekonomian di perkotaan jauh lebih timpang dibandingkan di perdesaan. Nilai Gini ratio tahun 2015 meningkat dari tahun 2014,
yaitu dari sebesar 0.40 menjadi 0.43, menunjukkan semakin buruknya pemerataan ekonomi di masyarakat Provinsi Jawa Barat. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi
dibandingkan nilai Gini ratio Indonesia tahun 2015, sebesar 0.41. Hal ini menunjukkan bahwa program pemerataan ekonomi di Provinsi Jawa Barat
merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan. Tabel 10 Rata-rata
food share rumah tangga sebulan di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2015
Wilayah Jawa Barat
Indonesia 2013
2014 2015
2013 2014
Perkotaan 48.02
44.59 53.41
45.86 44.93
Perdesaan 62.20
58.53 61.82
59.18 58.81
Perkotaan + Perdesaan 51.17
47.90 56.45
50.66 50.04
hasil olahan data SUSENAS 2015 Sumber: BPS 2016
Rata-rata food share rumah tangga sebulan di perkotaan sebesar 53.41 persen, lebih rendah daripada rata-rata rumah tangga di perdesaan, yaitu sebesar 61.82
persen Tabel 10. Rata-rata food share secara umum dan di perkotaan mengalami peningkatan dengan laju rata-rata 6.32 persen per tahun, yang berarti porsi
pengeluaran untuk pangan rumah tangga semakin meningkat setiap tahunnya. Meski demikian, rata-rata food share rumah tangga di perkotaan Provinsi Jawa
Barat masih di bawah 60.00 persen sehingga tidak termasuk rumah tangga yang rentan pangan. Peningkatan food share di rumah tangga perkotaan yang disertai
dengan peningkatan share pengeluaran pangan untuk kelompok makanan minuman jadi menunjukkan telah terjadi perubahan pola hidup masyarakat di
perkotaan, yaitu bergantung pada industri makanan minuman jadi akibat kesibukan mereka tidak sempat memasak dan adanya hedonitas terhadap pangan.
Berbeda dengan rumah tangga di perkotaan, rumah tangga di perdesaan Provinsi Jawa Barat memiliki laju penurunan rata-rata food share sebesar 0.14