Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat
merupakan model yang telah mengalami transformasi akibat adanya heteroskedastisitas pada model level. Transformasi yang digunakan adalah
pembobotan satu per harga beras.
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa sebagian besar variabel independent yang digunakan memiliki nilai uji-t yang signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya variabel independent yang memiliki nilai p-value lebih kecil daripada nilai α = 0.05. Variabel independent yang tidak signifikan hanyalah
variabel harga cabe merah per harga beras dan harga tahu per harga beras, yang memiliki nilai p-value
lebih besar dari α = 0.05.
Tabel 20 Hasil regresi model pengaruh pengeluaran dan harga pangan terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga di Provinsi
Jawa Barat variabel tidak bebas adalah BI
Variabel Parameter
Estimasi Standard Error
P-value
Konstanta -5.043
0.043 0.000
ln_ekpb -0.157
0.003 0.000
ln_tr1b 0.063
0.006 0.000
ln_skb 0.041
0.004 0.000
ln_mjb 0.094
0.006 0.000
ln_ia1b 0.018
0.002 0.000
ln_sp1b 0.252
0.009 0.000
ln_ay1b 0.090
0.006 0.000
ln_dab 0.046
0.005 0.000
ln_skmb 0.049
0.005 0.000
ln_ta1b 0.020
0.003 0.000
ln_so1b 0.024
0.003 0.000
ln_cab 0.002
0.002 0.194
ln_th1b 0.003
0.004 0.507
ln_tpb 0.010
0.004 0.011
ln_jr1b 0.022
0.004 0.000
ln_pyb 0.030
0.005 0.000
ln_mi1b 0.075
0.006 0.000
ln_rk1b 0.071
0.005 0.000
ln_art -0.029
0.003 0.000
D_Wil 0.052
0.003 0.000
Keterangan: = Signifikan pada taraf nyata 95 persen lbib
: ln dari nilai BI dalam persentase dibagi harga beras lekpb : ln dari pengeluaran per kapita didekati dengan data pengeluaran dibagi harga beras
ltrb : ln dari harga terigu per harga beras
lskb : ln dari harga singkong per harga beras
lmjb : ln dari harga mujair per harga beras liab
: ln dari harga ikan diawetkan per harga beras lspb
: ln dari harga daging sapi per harga beras layb : ln dari harga daging ayam ras per harga beras
ldab : ln dari harga daging diawetkan per harga beras lskmb : ln dari harga susu kental manis per harga beras
ltab : ln dari harga telur ayam ras per harga beras
lsob : ln dari harga sayur sopcapcay per harga beras
lcab : ln dari harga cabe merah per harga beras
lthb : ln dari harga tahu per harga beras
ltpb : ln dari harga tempe per harga beras
ljrb : ln dari harga jeruk per harga beras
lpyb : ln dari harga pepaya per harga beras lmib : ln dari harga mie instan per harga beras
lrkb : ln dari harga rokok kretek filter per harga beras
lart : ln dari jumlah anggota rumah tangga
d_wil : dummy tipe wilayah 0 = perdesaan, 1= perkotaan
Variabel pengeluaran per kapita per harga beras memiliki parameter estimasi
sebesar -0.157. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran per kapita sebesar 10.00 persen akan menyebabkan turunnya tingkat diversifikasi pangan
rumah tangga sebesar 1.57 persen. Nilai parameter yang negatif ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa pengeluaran berpengaruh positif
terhadap tingkat diversfikasi pangan. Kesimpulan yang berbeda dari hipotesis ini didukung oleh data yang ada. Nilai negatif ini terjadi karena pola konsumsi pangan
masyarakat Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 15 dan Tabel 16 dapat diketahui bahwa seiring dengan peningkatan pengeluaran per kapita terjadi peningkatan konsumsi
kelompok pangan makanan minuman jadi yang signifikan, sehingga kelompok pangan ini memiliki share pengeluaran pangan yang paling besar bagi rumah
tangga berpengeluaran per kapita Rp
. 300 000. Data kelompok makanan
minuman jadi yang tidak membedakan lagi pangan yang bersumber dari kelompok padi-padian, umbi, daging, dan lainnya menyebabkan peningkatan pengeluaran per
kapita akan menurunkan tingkat diversifikasi pangan rumah tangga di Provinsi Jawa Barat. Meskipun pada prakteknya rumah tangga mengonsumsi lebih banyak
jenis pangan selain sumber karbohidrat, namun karena terbatasnya data pada kelompok makanan minuman jadi menyebabkan tanda variabel pengeluaran per
kapita tidak sesuai dengan hipotesis.
Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa variabel rasio harga memiliki nilai positif sebesar 0 parameter 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan harga pangan selain beras atau penurunan harga beras sehingga rasio harga keduanya meningkat sebesar 10.00 persen akan meningkatkan tingkat
diversifikasi pangan maksimal sebesar 2.52 persen komoditas daging sapi. Komoditas daging sapi merupakan komoditas pangan dengan harga yang paling
tinggi dibandingkan dengan harga komoditas lainnya. Rata-rata harga daging sapi di perkotaan mencapai Rp 103 310 dan di perdesaan Rp 101 287. Perubahan harga
daging sapi akan memengaruhi permintaan terhadap komoditas pangan lainnya, yang hampir semuanya cenderung berperan sebagai barang substitusi Tabel 23.
Selain itu, berdasarkan interpretasi variabel harga komoditas pangan dapat disimpulkan bahwa kunci peningkatan tingkat diversifikasi pangan rumah tangga
adalah dengan menurunkan harga beras. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Torlesse et al. 2003 pada rumah tangga di Bangladesh, yaitu penurunan harga
beras akan menyebabkan alokasi pengeluaran pangan untuk beras menurun sehingga rumah tangga dapat mengalokasikan pengeluaran pangannya untuk jenis
pangan lain. Hal ini akan meningkatkan diversifikasi pangan rumah tangga.
Adapun variabel jumlah anggota rumah tangga memiliki koefisien bernilai negatif. Nilai ini sesuai dengan hipotesis yang diduga sebelumnya. Koefisien
bernilai -0.029 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah anggota rumah tangga sebesar 10.00 persen akan menurunkan tingkat diversifikasi pangan rumah tangga
di Provinsi Jawa Barat sebesar 0.29 persen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ogundari 2013 dan Putranto Taofik 2014. Hal ini dikarenakan semakin
banyak anggota rumah tangga-nya, suatu rumah tangga akan meningkatkan konsumsinya pada satu atau beberapa jenis pangan tertentu saja untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggotanya, sebagai gantinya rumah tangga tersebut tidak akan mengonsumsi pangan yang memiliki harga tinggi.
Variabel dummy tipe wilayah memiliki parameter estimasi sebesar 0.052. Nilai tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga di perkotaan memiliki rata-rata
tingkat diversifikasi pangan lebih tinggi 0.05 persen dibandingkan rumah tangga di perdesaan. Keadaan ini terjadi akibat pengeluaran konsumsi rumah tangga
perkotaan yang relatif lebih menyebar dan tidak terpusat pada beberapa kelompok pangan tertentu, sehingga ketika dimasukkan ke dalam rumus Berry index
menyebabkan rumah tangga perkotaan memiliki tingkat diversifikasi pangan yang lebih tinggi.
Model dengan Modified Berry index MBI juga merupakan model yang baik, sebab memiliki nilai signifikansi uji-F sebesar 0.000, adj R
2
sebesar 0.83 dan standard error sebesar 0.113. Regresi model ini dengan variabel dependent MBI
manghasilkan kesimpulan yang hampir sama dengan model dengan BI. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Hasil regresi model pengaruh pengeluaran dan harga pangan terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga di Provinsi
Jawa Barat variabel tidak bebas adalah MBI
Variabel Parameter
Estimasi Standard Error
P-value
Konstanta -5.391
0.054 0.000
ln_ekpb -0.155
0.004 0.000
ln_tr1b 0.038
0.007 0.000
ln_skb 0.024
0.004 0.000
ln_mjb 0.101
0.008 0.000
ln_ia1b 0.020
0.003 0.000
ln_sp1b 0.258
0.012 0.000
ln_ay1b 0.058
0.008 0.000
ln_dab 0.060
0.006 0.000
ln_skmb 0.066
0.006 0.000
ln_ta1b 0.015
0.004 0.000
ln_so1b 0.028
0.004 0.000
ln_cab -0.002
0.002 0.337
ln_th1b 0.009
0.005 0.074
ln_tpb 0.017
0.005 0.001
ln_jr1b 0.009
0.005 0.095
ln_pyb 0.031
0.006 0.000
ln_mi1b 0.082
0.008 0.000
ln_rk1b 0.092
0.007 0.000
ln_art -0.038
0.004 0.000
D_Wil 0.069
0.004 0.000