11 2.
Kuat Tarik Beton Kuat tarik langsung dari beton fci dapat diambil dari ketentuan:
a. 0,γγ√fc’ MPa pada umur β8 hari, dengan perawatan standar;
b. Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.
Sedangkan kuat tarik lentur dari beton fcf dapat diambil dari ketentuan: a 0,6√fc’ MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar; atau
b Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian. 3.
Tegangan Ijin Tekan pada Kondisi Batas Layan Tegangan tekan dalam penampang beton akibat dari semua kombinasi
beban tetap pada kondisi batas layan lentur danatau aksial tekan, tidak boleh melampaui nilai 0,45 fc’ dimana fc’ adalah kuat tekan beton yang
direncanakan pada umur 28 hari, dinyatakan dalam satuan MPa. 4.
Massa Jenis Massa jenis beton wc ditentukan dari nilai-nilai sebagai berikut:
a Untuk beton dengan berat normal, diambil tidak kurang dari 2400 kgm3;
b Ditentukan dari hasil pengujian.
5. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton Ec nilainya tergantung pada mutu beton yang terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun
untuk analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui 60 MPa, atau beton ringan dengan
berat jenis yang tidak kurang dari 2000 kgm3. Untuk beton normal dengan massa jenis
sekitar β400 kgmγ, Ec boleh diambil sebesar 4700√fc’ yang dinyatakan dalam satuan MPa.
2.9 Beton Bertulang
Peraturan yang digunakan untuk perhitungan beton bertulang adalah SNI T- 12-2004. Pengecekan kekuatan penampang dari struktur beton bertulang
digunakan metoda perhitungan ultimit ULS. Dengan demikian, gaya-gaya yang digunakan pada analisis kekuatan penampang adalah gaya-gaya terbesar hasil
kombinasi gaya-gaya terfaktor. Perhitungan tulangan dilakukan terhadap lentur, geser, dan torsi.
Pada tulangan lentur, luas yang diperlukan diturunkan dari keseimbangan gaya-gaya dalam yang bekerja pada penampang seperti dijelaskan pada
Gambar 4.
Gambar 5 Diagram tegangan-regangan pada penampang beton bertulang Perencanaan abutment, pilar dan pondasi tiang pada suatu jembatan
didasarkan pada konsep desain kolom pada bangunan bertingkat. Sementara itu perencanaan pile cap didasarkan pada konsep desain slab pada bangunan
12 bertingkat. Pada pondasi tiang dan abutment konsep perencanaan didasarkan pada
desain kolom. Penulangan kolom terdiri atas penulangan utammemanjang dan penulangan melintang sengkang dan spiral.
1 Penulangan utamamemanjang
Hampir semua kolom mengalami momen lentur dan gaya aksial. Karena itu, agar terjamin adanya daktilitas pada kolom, diisyaratkan
minimum ada penulangan sebanyak 1 pada kolom. Penulangan yang lazim adalah sebanyak 1,5 sampai 3 dari luas penampang kolom.
Khususnya untuk kolom pada bangunan bertingkat banyak, luas penulangan sebanyak 4 masih layak digunakan. Sekalipun beberapa peraturan
memberikan batas maksimum sebesar 8, disarankan untuk tidak menggunakan tulangan lebih dari 4 agar tulangan tersebut tidak
berdesakan dalam penampang beton, terutama pada pertemuan balok-kolom. Untuk kolom bersengkang harus ada paling sedikit empat batang tulangan
memanjang. Sedangkan untuk kolom berspiral paling sedikit 6 tulangan memanjang untuk mencegah adanya aksi simpai hoop action. Lihat
peraturan ACI untuk pembahasan lebih lanjut. Nawy 2010:351
2 Penulangan melintang sengkang dan spiral
Tulangan melintang diperlukan untuk mencegah terlepasnya selimut beton atau tekuk lokal tulangan memanjang. Tulangan lateral dapat berupa
sengkang yang didistribusikan merata seluruh tinggi kolom dengan jarak antara tertentu. Tulangan memanjang yang jaraknya dengan tulangan lain
lebih dari 6 inchi harus dipegang oleh tulangan lateral.
Bentuk lain tulangan melintang adalah spiral atau tulangan lateral helikal. Tulangan ini khususnya digunakan untuk meningkatkan daktilitas
kolom sehingga merupakan bentuk tulangan lateral yang sering digunakan pada daerah dengan resiko gempa tinggi. Biasanya bagian beton di luar inti
dapat dengan mudah terlepas apabila mengalami gaya lateral seperti gaya gempa. Kolom-kolom demikian harus mampu menahan beban-beban
tambahan meskipun bagian terluarnya tadi telah terlepas, agar tidak terjadi keambrukan collapse keseluruhan bangunannya.
2.10 Tinggi Ruang Bebas
Menurut BMS Bridge Design Code Vol 1 tahun 1992, Perkiraan volume banjir, kedalaman dan kecepatan didasarkan pada cara-cara yang sesuai dengan
kondisi setempat. Muka air tinggi yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan hidrolika haruslah muka air yang sesuai dengan aliran banjir rencana.
Apabila lokasi jembatan mengalami kondisi banjir tidak normal, muka air tinggi rencana juga harus memenuhi persyaratan berikut:
a
Untuk perhitungan gerusan, muka air merupakan paling rendah sesuai dengan banjir rencana.
b Untuk perhitungan arus balik, muka air merupakan paling tinggi sesuai
dengan banjir rencana. Jika kondisi rencana kritis terjadi pada muka air banjir yang menyebabkan
bangunan atas terendam, perkiraan jangka waktu pengulangan banjir demikian harus dibuat, dan jika sesuai, kondisi ini dipertimbangkan dalam perencanaan.
Jumlah sampah dan ukuran batang kayu perlu diperkirakan. Bangunan-bangunan