Ruang Lingkup Penelitian Analisis Struktur Pondasi dan Jembatan pada Proyek Jalan Tol Cimanggis-Cibitung

5

2.2 Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang, dan lain sebagainya. Selain menjadi penghubung, jembatan juga dijadikan icon suatu kota. Klasifikasi tipe struktur jembatan secara umum ada 6 tipe sebagai berikut. - Jembatan Gelagar - Jembatan Pelengkung - Jembatan rangka - Jembatan Portal - Jembatan Gantung - Jembatan Kabel Gambar 2 Tipe-tipe Jembatan Penentuan bentuk struktur jembatan ada di tahap perencanaan. Perencanaan jembatan harus sesuai peraturan yang berlaku. Berdasarkan perkembangan teknologi saat ini, peraturan perencanaan yang dapat digunakan perencana adalah peraturan perencanaan jembatan dari BMS 1992, SNI T-02-2005, SNI T-12-2004, dan SNI 2833:2008. Bagian- bagian utama jembatan adalah sebagai berikut: 1. Fondasi Jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistemnya, fondasi dibedakan menjadi beberapa macam : fondasi telapak spread footing, Fondasi Sumuran caisson, Fondasi tiang pile foundation. 2. Struktur Bawah jembatan berfungsi menerimamemikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi. Bangunan bawah terdiri dari Abutment, kepala pilar pier head, tubuh pilar pier, Tumpuan Bearing. 3. Struktur Atas jembatan berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kemudian menyalurkan ke bangunan bawah. Bangunan atas terdiri dari pelat, Box Girder, I Girder, T Girder, U Girder, bangunan pengaman Railing Pada perencanaan konstruksi jembatan diperlukan data-data yang digunakan sebagai dasar perencanaan. Survey perlu dilaksanakan dengan cermat sehingga akan diperoleh data yang akurat. Adapun data-data yang diperlukan dalam perencanaan konstruksi jembatan antara lain : a. Data tanah setempat dimana jembatan akan dibangun. Hal ini penting untuk menentukan tipe pondasi yang akan digunakan. b. Data banjir sungai, guna mengetahui tinggi muka air banjir yang akan digunakan untuk menentukan lantai jembatan. Sedangkan kecepatan aliran 6 sungai dan debit banjir digunakan sebagai dasar untuk merencanakan konstruksi abutment jembatan. c. Data tentang kepadatan lalu lintas serta tekanan gandar yang direncanakan akan melewatinya. d. Data topografi untuk memperoleh karakteristik topografi daerah perencanaan. Menurut RSNI T-12-2004, Perencanaan harus berdasarkan pada suatu prosedur yang memberikan jaminan keamanan pada tingkat yang wajar, berupa kemungkinan yang dapat diterima untuk mencapai suatu keadaan batas selama umur rencana jembatan. Perencanaan kekuatan balok, pelat, kolom beton bertulang sebagai komponen struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser, lentur dan aksial, geser dan puntir, harus didasarkan pada cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor PBKT. Untuk perencanaan komponen struktur jembatan yang mengutamakan suatu pembatasan tegangan kerja, seperti untuk perencanaan terhadap lentur dari komponen struktur beton prategang penuh, atau komponen struktur lain sesuai kebutuhan perilaku deformasinya, atau sebagai cara perhitungan alternatif, dapat digunakan cara Perencanaan berdasarkan Batas Layan PBL. Di samping itu, perencanaan harus memperhatikan faktor integriti komponen-komponen struktur maupun keseluruhan jembatan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1. Kontinuitas dan redundansi. 2. Semua komponen struktur jembatan harus mempunyai ketahanan yang terjamin terhadap kerusakan dan instabilitas sesuai umur jembatan yang direncanakan. 3. Aspek perlindungan eksternal terhadap kemungkinan adanya beban yang tidak direncanakan atau beban berlebih.

2.3 Uji Sondir Cone Penetration Test

Berdasarkan SNI 4153-2008, uji Sondir digunakan untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir. Parameter tersebut berupa perlawanan konus qc, perlawanan geser fs, angka banding geser Rf, dan geseran total tanah Tf, yang dapat digunakan untuk interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain fondasi. Peralatan uji penetrasi ini antara lain terdiri atas peralatan penetrasi konus, bidang geser, bahan baja, pipa dorong, batang dalam, mesin pembeban hidraulik, dan perlengkapan lainnya. Konus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Alat sondir yang umum digunakan dan telah diterima secara luas tercantum dalam ASTM D 3441-75T yaitu sondir yang mempunyai luas proyeksi ujung konus sebesar 10 cm 2 dan luas selimutnya sebesar 150 cm 2 , penetrasi yang dilakukan dengan manual atau hidrolik dengan kecepatan tidak lebih dari 2 cmdetik. Alat sondir terdiri dari konus atau bikonus yang dihubungkan dengan batang dalam penyanggah casing. Kemudian alat sondir ini ditekan kedalam tanah dengan bantuan mesin sondir hidraulik yang digerakkan secara manual. Berikut dimensi alat sondir menutur SNI 4153-2008 :