Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Pemodelan dan Pemetaan Kerentanan Kebakaran

Gambar 1 Diagram tahap penelitian Pemodelan Tahun 2009 Faktor Yang Berpengaruh Analisis Hubungan antara Kerapatan Titik Panas dengan Faktor yang Berpengaruh Distribusi Spasial Citra Landsat Tahun 2012 Mozaic Data Titik Panas Satelit MODIS Tahun 2005-2012 Mengubah data tabular menjadi vektor Peta Kerapatan Titik Panas Tahun 2005-2012 Peta PenutupanPenggunaan Lahan Tahun 2005-2012 Peta PenutupanPenggunaan lahan Tahun 2012 PenutupanPenggunaan Lahan Th.2009 Jarak dari Pusat Desa Jarak dari Sungai Jarak dari Jalan Kedalaman Gambut Penentuan Skor dan Bobot Peubah Pembuatan Persamaan Matematik CMA Uji Signifikansi Uji Validasi Model Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan Th.2009 Pemodelan Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 Peta Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan 2005-2012 Citra Landsat Tahun 2005-2012 Faktor Yang Berpengaruh PenutupanPenggunaan Lahan Th.2005,2006,2007,2008,2010,2011, 2012 Jarak dari Pusat Desa Jarak dari Sungai Jarak dari Jalan Kedalaman Gambut Analisis Hubungan antara Kerapatan Titik Panas dengan Faktor yang Berpengaruh Penentuan Skor dan Bobot Peubah Persamaan Matematik CMA Mengacu Tahun 2009 Interpretasi Citra Reinterpretasi Citra Landsat Th. 2005-2012 Interpretasi citra bertujuan untuk menghasilkan peta penutupanpenggunaan lahan tahun 2012 menggunakan citra Landsat 7 ETM+ tahun 2012. Kemudian dilakukan pemutakhiran peta penutupanpenggunaan lahan tahun 2005-2012 melalui reinterpretasi citra Landsat 7 ETM+ tahun 2005-2012 dengan menggunakan batas administrasi yang baru. Interpretasi citra dilakukan secara visual dengan kombinasi band yang digunakan adalah 5-4-3 RGB, dengan menggunakan pendekatan unsur interpretasi: rona berkaitan dengan derajat keabuan suatu obyek, warna, tekstur frekuensi perubahan rona, pola susunan keruangan obyek, ukuran, bentuk berkaitan langsung terhadap bentuk umum, konfigurasi atau kerangka dari obyek tunggal, bayangan dan situs lokasi suatu obyek terhadap obyek-obyek yang lain. Selanjutnya dilakukan identifikasi, sebagai upaya mencirikan objek yang kemudian dikumpulkan keterangannya lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur interpretasi. Tahap selanjutnya yaitu klasifikasi melalui proses deleniasi untuk membatasi dan membagi kelas penutupanpenggunaan lahan. Tahapan ini dilakukan dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Penafsiran Citra Resolusi Sedang untuk Menghasilkan Data Penutupan Lahan Tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Planologi Kementerian Kehutanan sesuai pada Lampiran 1. b. Pengolahan Data Titik Panas MODIS Data titik panas berupa data tabular hasil pantauan satelit MODIS dikonversi ke dalam bentuk vektor sehingga dapat ditampilkan dan dianalisis secara spasial. Selanjutnya dilakukan transformasi koordinat dari geografis menjadi koordinat UTM zone 49S dengan referensi ellipsoid WGS 84. Peta sebaran titik panas pada tiap komponen fisik wilayah penelitian tersebut kemudian diolah menjadi peta kerapatan titik panas, yang digunakan sebagai parameter pada pendekatan metode CMA untuk membangun model spasial tingkat kerentanan. Model tersebut dibangun berdasarkan hubungan antara kerapatan titik panas dan masing-masing peubahnya diantaranya, kedalaman gambut, jarak terhadap pusat desa, jarak terhadap jalan, jarak terhadap sungai, dan penutupanpenggunaan lahan.

3.3.3 Pemodelan Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan

Pemodelan kerentanan kebakaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif CMA melalui beberapa tahap. Tahap awal dimulai dengan menentukan peubah yang berpengaruh kedalaman gambut, penutupanpenggunaan lahan, jarak dari jalan, jarak dari sungai dan jarak dari desakampung dan tahap selanjutnya menganalisis hubungan antara peubah yang berpengaruh dengan kerapatan titik panas. a. PersiapanPengolahan Data Peubah Model Kerentanan Faktorpeubah yang digunakan dalam penyusunan model, dibagi ke dalam beberapa kelas sebagai berikut ;  Kedalaman gambut X1 dibedakan kedalam kelas non gambut tanah mineral, sangat dangkal 50 cm, dangkaltipis 50-100 cm, sedang 100-200 cm, dalamtebal 200-400 cm, sangat dalamsangat tebal 400- 800 cm dan sangat dalam sekalisangat tebal sekali 800 cm.  Penutupanpenggunaan lahan X2. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat diperoleh 20 kelas penutupanpenggunaan lahan yang terbagi atas