dan studi iklim untuk kepentingan meteorologi yang mampu merekam tempat yang sama 2 kali per hari. Dengan kata lain perekaman dilakukan dalam 12 jam
sekali. Pada sensor AVHRR, CH 3 3,55-3,93 µm terletak dekat spektral untuk emisi radiatif suatu objek pada suhu ±800ºK suhu tipikal dari kebakaran alang-
alang. Sementara CH 4 10,3-11,3 dan CH 5 11,5-12,5 terletak dengan maksimum spektral untuk suhu lingkungan yang normal. Sebagai akibatnya
kebakaran alang-alang dengan suhu ±800ºK, CH 3 akan menerima energi yang lebih banyak dibandingkan CH 4. Suatu pixel yang mempunyai permukaan suhu
yang uniform 300ºK, rata-rata energi pada CH 3 dan 4 adalah 0,442 x 9,68 W m² µ m¹ sr¹ dengan asumsi emisifitas 1. Untuk pixel yang mempunyai suhu berbeda,
misal 800ºK dan 300ºK, energi pada CH 3 dan 4 adalah 670,0 dan 49,92 W m² µ m¹ sr¹ Purbowaseso 2004.
Satelit NOAA dibuat dan diluncurkan oleh NASA National Aeronautics And Space Administration
– USA yang bertujuan untuk pemantauan iklim dan cuaca serta untuk pendeteksian kebakaran yang terjadi. Satelit yang beroperasi
NOAA 12, 16, dan 17 mengunjungi tempat yang sama sebanyak dua kali dalam sehari yaitu siang dan malam. Dengan demikian data yang dihasilkan cukup
aktual near real time dan sangat bermanfaat bagi tim pemadam kebakaran untuk mengetahui informasi lokasi kebakaran sehingga tindakan pemadaman dapat
dilakukan dengan tepat dan segera Solichin 2004.
2.2.2 MODIS
MODIS Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer merupakan sensor yang dibuat untuk menyediakan data darat, laut, dan atmosfer secara
berkesinambungan. Satelit Terra diluncurkan pada 18 Desember 1999 dan satelit Aqua diluncurkan pada 4 Mei 2002. Satelit ini merupakan satelit dengan orbit
selaras dengan matahari, dengan tinggi orbit 705 km, lebar sapuan 2330 km. Lintasan orbit Satelit Terra adalah dari utara ke selatan memotong garis
khatulistiwa pada jam 10.30 dan 22.30 setiap hari. Satelit Aqua melintas dari selatan ke utara melewati garis khatulistiwa pada jam 13.30 dan 01.30, sehingga
dapat menghasilkan data tampilan secara global setiap 1 sampai 2 hari. Sensor MODIS memiliki 36 band 36 panjang gelombang. Satelit ini memiliki resolusi
radiometrik 12 bit coding dan memiliki resolusi spasial 250 m band 1-2, 500 m band 3-7, dan 1000 m band 8-36.
Sama halnya dengan NOAA-AVHRR, MODIS juga dapat mendeteksi suatu objek di permukaan bumi yang memilki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu sekitarnya. Nilai ambang batas untuk menentukan sebuah hotspot oleh satelit MODIS adalah suhu lebih dari 360K 87
o
C untuk siang hari dan suhu 320K 47
o
C untuk malam hari Kaufman et al. 1998 dalam Giglio et al. 2003. Titik panas MODIS terdeteksi pada ukuran 1 km x 1 km atau 1 km
2
, sehingga
setiap titik panas atau kebakaran yang terdeteksi diwakili oleh 1 pixel. Jika kondisi pengamatan optimal dekat nadir, asap sedikittidak ada, permukaan bumi
yang homogen kebakaran hutanlahan dengan kondisi 100 m
2
akan dapat dideteksi, bahkan dalam kondisi bebas awanasappolusi jarang sekali terjadi
kebakaran seluas 50 m
2
juga dapat terdeteksi FIRM 2002 dalam Purwanto 2012.
2.3 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dalam citra.
Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu definisi yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan
konteks yang berbeda Campbell 1983. Sedangkan Penutupan lahan merupakan gambaran konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan Burley
1961. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra pengideraan jauh. Tiga kelas data secara umum yang tercakup dalam penutupan
lahan yaitu : 1 struktur fisik yang dibangun oleh manusia 2 fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian, dan kehidupan binatang 3 tipe
pembangunan.
Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai peralihan fungsi lahan yang semula untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan tertentu pula
yang lain. Perubahan penggunaan lahan juga dapat diartikan sebagai bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan
yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun
waktu yang berbeda Martin 1993 dalam Wahyunto et al. 2001. Perubahan penggunaan lahan umumnya bersifat irreversible tidak dapat balik, karena untuk
mengembalikannya dibutuhkan modal yang sangat besar.
Perubahan tersebut akan terus berlangsung sejalan dengan meningkatnya jumlah dan aktifitas penduduk dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial,
dan budaya, yang pada akhirnya dapat berdampak positif maupun negatif. Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan misalnya, dapat
mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius
seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati, dan ketersediaan sumber daya air serta terjadinya erosi tanah Basyar 2009. Pada umumnya
perubahan-perubahan tersebut dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penutupanpenggunaan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data
penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat membantu dalam pengamatan perubahan penutupanpenggunaan lahan.
Pemetaan penutupanpenggunaan lahan sangat berkaitan dengan studi vegetasi, tanaman pertanian, dan tanah. Bagi seorang planner yang harus
membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan, data penutupanpenggunaan lahan merupakan data yang paling penting, sehingga
biasanya data dipresentasikan dalam bentuk peta dan bersifat ekonomi. Penggunaan citra pengindraan jauh sesuai untuk membuat peta-peta
penutupanpenggunaan lahan. Penafsiran citra visual dapat didefinisikan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi
yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai maknanya Ali dan Tesgaya 2010. Penafsiran citra merupakan kegiatan yang
didasarkan pada deteksi dan identifikasi obyek di permukaan bumi pada citra satelit Landsat dengan mengenali obyek-obyek tersebut melalui unsur-unsur
spektral dan spasial serta kondisi temporalnya.