Gambar 4 Jumlah titik panas bulanan pada tahun 2005-2012 Menurut Wetland International 2006, kejadian kebakaran hutan dan lahan
lebih banyak terjadi pada saat curah hujan terendah karena pada saat itu kelembaban udara juga rendah yang menyebabkan bahan bakar potensial seperti
daun dan ranting kayu yang sudah kering akan lebih mudah terbakar. Selain itu, sebagian besar kegiatan pembakaran di Kalimantan Tengah dilakukan selama
musim ini. Petani dan pemilik lahan melakukan pembersihan lahan untuk pembukaan lahan baru maupun penyiapan lahan untuk pertanian dan perkebunan.
Secara umum titik panas di Kabupaten Kapuas banyak ditemukan di bagian selatan, dimana daerah tersebut merupakan dataran rendah, daerah pesisir, dan
rawa-rawa dengan ketinggian antara 0-50 meter dari permukaan air laut. Berdasarkan kemiringan lereng bagian selatan memiliki lereng 0-8. Wilayah ini
merupakan kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama perkebunan dan pertanian termasuk Eks Proyek Lahan Gambut 1 juta Ha pada waktu dulu, namun
sekarang sudah mulai dimanfaatkan kembali. Sebagian masyarakat Kapuas juga masih melakukan sistem pertanian lokal, dimana penyiapan lahan untuk pertanian
atau perkebunan cenderung dilakukan dengan pembakaran lahan karena dianggap lebih mudah, murah, dan cepat, sehingga pada lokasi ini banyak teridentifikasi
titik panas.
5.2 Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan di Kabupaten Kapuas Tahun 2005-2012
Berdasarkan hasil interpretasi, Kabupaten Kapuas memiliki 20 kelas penutupanpenggunaan lahan, yaitu air, belukar, belukar rawa, hutan lahan kering
primer, hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan tanaman, lahan terbuka,
perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, rawa, sawah, tambak, dan transmigrasi.
Selama kurun waktu 8 tahun 2005-2012, penutupanpenggunaan lahan di Kabupaten Kapuas didominasi oleh hutan lahan kering sekunder, hutan rawa
sekunder, belukar rawa, dan belukar. Hutan lahan kering sekunder dan hutan rawa
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Ags Sept Okt Nov Des
Ju m
lah Ti
ti k
P an
as
Bulan
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
sekunder mengalami penurunan berturut-turut dari 37.73 tahun 2005 menjadi 35 tahun 2012 dan dari 23.84 tahun 2005 menjadi 20.41 tahun 2012.
Sementara luas belukar rawa berubah secara fluktuatif dengan persentase luasan terendah pada tahun 2005 11.74 meningkat sampai tahun 2008 12.81, dan
menurun hingga tahun 2012 12.27. Luas belukar juga mengalami perubahan secara fluktuatif dengan luasan tertinggi pada tahun 2011-2012 11.06 dan
terendah pada tahun 2007 10.26, sedangkan untuk luas penutupanpenggunaan lahan lainnya memiliki luasan yang kurang dari 10 dari total luas Kabupaten
Kapuas.
Perubahan penutupanpenggunaan lahan dalam rentang waktu 2005 –2012
disajikan pada Gambar 5. Luas perkebunan mengalami peningkatan sebanyak 64 155 ha 48.9, sedangkan hutan rawa sekunder dan hutan lahan kering sekunder
menurun berturut-turut sebesar 56 614 ha 15.69 dan 45 102 ha 7.53. Peningkatan penggunaan lahan perkebunan dalam jumlah besar tersebut terjadi,
karena perkebunan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penutupanpenggunaan lahan lainnya. Sementara penurunan luas pada
hutan lahan kering sekunder dan hutan rawa sekunder yang besar disebabkan oleh konversi lahan hutan menjadi non-hutan lahan pertanian dan perkebunan.
Keterangan kode penutupanpenggunaanlahan:
A : Air
HRP : Hutan Rawa Primer PLK : Pertanian Lahan Kering
B : Belukar
HRS : Hutan Rawa Sekunder PLKC : Pertanian Lahan KeringCampur
BR : Belukar Rawa
HT : Hutan Tanaman
Rw : Rawa
HLKP : Hutan Lahan Kering Primer LT
: Lahan Terbuka Sw
: Sawah HLKS : Hutan Lahan Kering Sekunder
Pk : Perkebunan
Tm : Tambak
HMP : Hutan Mangrove Primer Pmk : Permukiman
Tr : Transmigrasi
HMS : Hutan Mangrove Sekunder Pt
: Pertambangan
Gambar 5 Perubahan Penutupanpenggunaan lahan selama rentang waktu 8 tahun 2005-2012
Belukar dan belukar rawa merupakan lahan yang tidak dikelola atau tidak diusahakan dalam waktu yang lama karena kendala air rawa. Lahan ini juga
merupakan lahan transisi dari hutan sekunder yang dikonversi menjadi lahan pertanian dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan demikian bertambah
luasnya belukar dan belukar rawa terkait dengan pembukaan lahan hutan menjadi non-hutan. Sementara peningkatan pertambangan cukup pesat disebabkan sektor
pertambangan di Kapuas secara ekonomi cukup menjanjikan. Kabupaten ini di kenal kaya dengan intan, emas, batubara, batu kapur, dan pasir kuarsa
-60000 -40000
-20000 20000
40000 60000
80000
A B
BR H
LK P
HL K
S H
MP H
MS H
R P
H R
S HT
LT Pk
P m
k Pt
PLK P
LK C
Rw Sw
Tm Tr
20 1
2 .6
6 2
8 .8
3 7
-4 5
.1 2
-482 -2
.8 -1
.0 6
-5 6
.6 1
4 1
.4 3
6 .3
8 9
6 4
.1 5
5
774 3
.4 4
2 376
2 .9
8 2
1 .2
6 1
Lu a
s H
a
Jenis PenutupanPenggunaan Lahan