3.3.4. Analisis Dinamika Tingkat Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan
Pada tahapan ini dilakukan pemetaan zona kerentanan kebakaran hutan dan lahan tahun 2005 sampai 2012 menggunakan persamaan regresi terbaik
berdasarkan tahun dengan jumlah titik panas terbanyak tahun 2009. Kemudian menganalisis tingkat kerentanan mulai dari sangat rendah sampai sangat tinggi
pada masing-masing tahun 2005-2012. Dalam penelitian ini, pembagian kelas kerentanan dilakukan berdasarkan pada skor kerawanan yang diturunkan dari
persamaan model matematik terbaik tahun 2009 seperti berikut
y = 0,016e
0,042x.
...............................5 Dimana :
Y = skor kerentanan e = eksponensial
x = skor komposit jumlah perkalian antara skor aktual dengan bobot
masing-masing peubah yang membangun model
IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Lokasi
Kabupaten Kapuas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dengan ibukota kabupaten yang terletak di Kuala Kapuas. Secara
geografis Kabupaten Kapuas terletak di antara 0
o
848 sampai dengan 3
o
2700 Lintang Selatan dan 113
o
236 sampai 114
o
4400 Bujur Timur. Batas administrasi wilayah Kabupaten Kapuas berbatasan dengan kebupaten-kabupaten: sebelah
utara dengan Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, sebelah
barat dengan Kabupaten Pulang Pisau, Kota Palangkaraya, dan Gunung Mas, dan sebelah timur dengan Kabupaten Barito Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan.
Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Secara Administrasi Kabupaten Kapuas terbagi menjadi 17 kecamatan yaitu Basarang, Bataguh, Dadahup, Kapuas Barat, Kapuas Hilir, Kapuas Hulu, Kapuas
Kuala, Kapuas Murung, Kapuas Tengah, Kapuas Timur, Mandau Talawang, Mantangai, Pasak Talawang, Pulau Petak, Selat, Tamban Catur, dan Timpah.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
4.2 Topografi
Topografi daerah secara umum terbagi menjadi dua bagian kawasan besar, yaitu kawasan pasang surut sebelah selatan yang berpotensi untuk pertanian
tanaman pangan dan kawasan non pasang surut bagian utara yang berpotensi untuk perkebunan karet rakyat dan perkebunan besar swasta. Bagian selatan
merupakan daerah pesisir, dataran rendah, dan rawa-rawa dengan ketinggian antara 0-50 meter dari permukaan air laut dan kemiringan lereng 0-8. Sementara
bagian utara merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dengan ketinggian antara 50-500 meter dari permukaan air laut dan memiliki kemiringan lereng 8 -
15.
Kabupaten Kapuas umumnya termasuk daerah beriklim tropis dan lembab
dengan temperatur pada tahun 2010 berkisar antara 21-23
o
C dan maksimal mencapai 36
o
C. Intensitas penyinaran matahari selalu tinggi dan sumber daya air yang cukup banyak, sehingga menyebabkan tingginya penguapan yang
menimbulkan awan aktiftebal. Curah hujan terbanyak jatuh pada bulan April berkisar 491
–586 mm, sedangkan bulan keringkemarau jatuh pada bulan Juli sampai September.
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dinamika Sebaran Titik Panas MODIS di Kabupaten Kapuas Tahun
2005-2012
Titik panas adalah terminologi dari satu pixel yang memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan daerahlokasi lain yang tertangkap oleh sensor,
sehingga titik panas dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mendeteksi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah. Berdasarkan data titik
panas dari citra MODIS Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer dapat diketahui sebaran titik panas di wilayah Kabupaten Kapuas seperti yang terlihat
pada Gambar 3.
Gambar 3 Jumlah titik panas tahun 2005-2012 Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa jumlah titik panas dari tahun 2005
hingga tahun 2012 selalu mengalami perubahan. Jumlah titik panas terbanyak terjadi pada tahun 2009 2.561 titik, sedangkan jumlah terendah terjadi pada
tahun 2010 sebanyak 39 titik. Hal ini terjadi karena adanya anomali iklim pada tahun tersebut, dimana pada tahun 2009 terjadi “El-Nino” dan pada tahun 2010
t erjadi “La-Nina” Elida 2013. Berdasarkan informasi ini model spasial tingkat
kerentanan kebakaran hutan dan lahan dapat dibangun dengan menggunakan data titik panas dari citra MODIS tahun 2009.
Jumlah titik panas bulanan selama kurun waktu 8 tahun 2005-2012 pada Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah titik panas yang teridentifikasi setiap awal
tahun dari bulan Januari sampai Maret 2005-2012 masih rendah. Jumlah titik panas mulai meningkat pada bulan Mei dan mencapai puncaknya pada bulan
September, kemudian menurun pada Oktober. Hal ini berhubungan dengan puncak musim kemarau, pada bulan Agustus, September dan Oktober dimana
curah hujan pada bulan-bulan tersebut lebih rendah daripada bulan lainnya.
628 2110
340 151
2561
39 597
678 1000
2000 3000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Ju m
lah Ti
ti k
P an
as
Tahun
Gambar 4 Jumlah titik panas bulanan pada tahun 2005-2012 Menurut Wetland International 2006, kejadian kebakaran hutan dan lahan
lebih banyak terjadi pada saat curah hujan terendah karena pada saat itu kelembaban udara juga rendah yang menyebabkan bahan bakar potensial seperti
daun dan ranting kayu yang sudah kering akan lebih mudah terbakar. Selain itu, sebagian besar kegiatan pembakaran di Kalimantan Tengah dilakukan selama
musim ini. Petani dan pemilik lahan melakukan pembersihan lahan untuk pembukaan lahan baru maupun penyiapan lahan untuk pertanian dan perkebunan.
Secara umum titik panas di Kabupaten Kapuas banyak ditemukan di bagian selatan, dimana daerah tersebut merupakan dataran rendah, daerah pesisir, dan
rawa-rawa dengan ketinggian antara 0-50 meter dari permukaan air laut. Berdasarkan kemiringan lereng bagian selatan memiliki lereng 0-8. Wilayah ini
merupakan kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama perkebunan dan pertanian termasuk Eks Proyek Lahan Gambut 1 juta Ha pada waktu dulu, namun
sekarang sudah mulai dimanfaatkan kembali. Sebagian masyarakat Kapuas juga masih melakukan sistem pertanian lokal, dimana penyiapan lahan untuk pertanian
atau perkebunan cenderung dilakukan dengan pembakaran lahan karena dianggap lebih mudah, murah, dan cepat, sehingga pada lokasi ini banyak teridentifikasi
titik panas.
5.2 Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan di Kabupaten Kapuas Tahun 2005-2012
Berdasarkan hasil interpretasi, Kabupaten Kapuas memiliki 20 kelas penutupanpenggunaan lahan, yaitu air, belukar, belukar rawa, hutan lahan kering
primer, hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan tanaman, lahan terbuka,
perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, rawa, sawah, tambak, dan transmigrasi.
Selama kurun waktu 8 tahun 2005-2012, penutupanpenggunaan lahan di Kabupaten Kapuas didominasi oleh hutan lahan kering sekunder, hutan rawa
sekunder, belukar rawa, dan belukar. Hutan lahan kering sekunder dan hutan rawa
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Ags Sept Okt Nov Des
Ju m
lah Ti
ti k
P an
as
Bulan
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012