dari nilai riil dari portofolio swasta yang diinvestasikan dalam surat berharga pemerintah. Penurunan nilai riil dari aset swasta tersebut menyebabkan efek yang
negatif terhadap tingkat kekayaan yang juga direfleksikan sebagai penurunan pada permintaan barang output. Berdasarkan FTPL, ekspektasi dari pelaku agen
mengenai kebijakan fiskal yang berkelanjutan akan menghasilkan efek yang sama pada tingkat kekayaan.
Dalam kondisi pasar yang memiliki persepsi negatif terhadap ketahanan keuangan publik seperti jika discounted value dari surplus primer pemerintah
tidak dapat menutupi nilai nominal dari kewajibannya, persepsi tersebut akan mendorong naiknya tingkat harga yang diperlukan untuk mengembalikan kondisi
keseimbangan GBC. Tingkat harga yang tinggi akan menurunkan nilai riil dari portofolio swasta dan akan berdampak negatif terhadap kekayaan yang akhirnya
akan mencerminkan permintaan barang dan jasa yang menurun. Kewajiban pemerintah nominal utang nominal yang tinggi membutuhkan penyesuaian yang
besar terhadap tingkat harga sehingga FTPL dikenal juga sebagai teori kuantitas dari utang publik. Sebagai hasilnya, persamaan jangka panjang inflasi disebabkan
adannya defisit anggaran dimana pertumbuhan uang tidak berperan mungkin merupakan hal yang kuat mendukung FTPL.
2.5.3. Kelompok Keynesian
Kelompok Keynesian memiliki tiga ciri yang berbeda dengan aliran yang lain. Pertama, kelompok Keynesian mengasumsikan bahwa ada kemungkinan
sumber daya tidak digunakan secara penuh. Kedua, pelaku ekonomi mempunyai
pandangan yang bersifat myopic. Sifat ini menggambarkan adanya hubungan antar generasi yang erat. Ketiga, aliran Keynesian lebih memfokuskan diri pada efek
defisit anggaran temporer yang disebabkan oleh fluktuasi perekonomian. Pengeluaran pemerintah yang meningkat secara berkelanjutan merupakan
kebijakan yang tidak mungkin dilakukan, ada suatu batas jumlah total yang mungkin dikeluarkan pemerintah yaitu tidak bisa mengeluarkan lebih dari 100
persen dari gross domestic product GDP. Faktanya, sebelum batas tersebut dicapai, proses politik akan menghentikan pengeluaran pemerintah yang
meningkat tersebut. Seperti saat terjadinya penyusunan anggaran pemerintah, dimana antara publik, politikus dan pemerintah pasti akan berdebat tentang
keseimbangan anggaran dan belanja pemerintah agar memiliki target yang tepat bagi perekonomian. Tentu saja persepsi publik dan politikus sedikit banyak
menentukan batas yang wajar untuk pengeluaran pemerintah dapat naik. Sehingga kelompok Keynesian menganggap bahwa inflasi yang tinggi tidak disebabkan
oleh kebijakan fiskal semata.
2.5.4. Teori Ricardian Equivalence RE
Berdasarkan teori Ricardian Equivalence RE yang berpendapat bahwa defisit anggaran tidak akan berpengaruh terhadap perekonomiaan. Teori yang
berasal dari David Ricardo’s Funding System dan dikemukakan kembali oleh Robbert Barro 1974 sehingga dapat dikenal juga sebagai Ricardo-Barro
Preposition. Ricardo-Barro Preposition berlandaskan pada asumsi:
intergenerational altruism atau immortality, perfect capital markets, lump sum
taxation, dan kondisi bahwa tingkat utang lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi. RE mengajukan hipotesis bahwa kebijakan pemerintah yang diterapkan
tidak selalu akan membawa dampak yang penting bagi perekonomiaan neutrality preposition. RE menggabungkan dua pendekatan fundamental, yaitu kendala
anggaran pemerintah GBC dan Permanent Income Hypothesis PIH. Kendala anggaran pemerintah menyatakan jika pengeluaran pemerintah tidak mengalami
perubahan maka tingkat pajak yang rendah pada periode sekarang akan diimbangi oleh kenaikan tingkat pajak pada periode mendatang. Sedangkan PIH menyatakan
bahwa rumah tangga akan merespon melalui keputusan konsumsi berdasarkan pada permanent income yang besarnya sangat tergantung oleh nilai pendapatan
setelah pajak pada periode sekarang. Pembiayaan defisit anggaran dengan memotong pajak sekarang akan berpengaruh pada beban pajak periode
mendatang, tetapi tidak dalam nilai periode sekarang sehingga pemotongan pajak tidak akan mengubah permanent income atau konsumsi Waluyo, 2006.
Neutrality preposition harus di tanggapi dengan sangat hati-hati, walaupun suku bunga tak berubah karena penerbitan obligasi negara, tetapi suku bunga dapat
mengalami perubahan karena adanya tambahan pengeluaran pemerintah. Menurut Barro 1974, pembiayaan defisit anggaran dengan penerbitan
obligasi negara akan diimbangi oleh kenaikan pajak pada periode mendatang. Kenaikan tingkat pajak tidak perlu membuat masyarakat takut terhadap
kemakmurannya wealth karena kenaikan pajak pada periode mendatang akan diantisipasi dengan meningkatkan tabungan dan mengurangi konsumsi pada
periode sekarang. Implikasinya, individu tidak menggunakan semua pendapatan
untuk meningkatkan konsumsi karena penerbitan obligasi negara. Individu akan menyimpan untuk mengantisipasi kenaikan beban pajak periode mendatang
sehingga hal itu tidak akan menaikkan permintaan terhadap barang dan jasa. Jika pemerintah meningkatkan pajak hari ini untuk membayar utang
obligasi negara maka individu akan memandang kebijakan ini sama dengan menggantikan pajak saat ini untuk pajak yang akan datang pada present value
yang sama. Kebijakan ini akan menggeser titik endowment tetapi nilai aliran pendapatan sekarang secara keseluruhan tidak mengalami perubahan. Individu
akan memilih berkonsumsi dan akan lebih banyak meminjam sekarang sampai terjadi kenaikan dalam present value pajak.
RE juga berpendapat bahwa perubahan dalam pajak dan pembiayaan defisit anggaran mempunyai dampak yang sama bagi variabel makro terutama
konsumsi swasta. RE dibangun dari premis bahwa penerbitan obligasi Negara pada saat ini selalu disertai dengan rencana kenaikan pajak di masa mendatang.
Pembiayaan utang pemerintah diasumsikan hanya mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perpajakan sehingga konsumsi agregat akan tetap. Dalam
kerangka pemikiran RE individu mengasumsikan pajak yang akan datang sama dengan besarnya beban utang pemerintah Barro, 1989.
2.6. Penelitian Terdahulu