untuk meningkatkan konsumsi karena penerbitan obligasi negara. Individu akan menyimpan untuk mengantisipasi kenaikan beban pajak periode mendatang
sehingga hal itu tidak akan menaikkan permintaan terhadap barang dan jasa. Jika pemerintah meningkatkan pajak hari ini untuk membayar utang
obligasi negara maka individu akan memandang kebijakan ini sama dengan menggantikan pajak saat ini untuk pajak yang akan datang pada present value
yang sama. Kebijakan ini akan menggeser titik endowment tetapi nilai aliran pendapatan sekarang secara keseluruhan tidak mengalami perubahan. Individu
akan memilih berkonsumsi dan akan lebih banyak meminjam sekarang sampai terjadi kenaikan dalam present value pajak.
RE juga berpendapat bahwa perubahan dalam pajak dan pembiayaan defisit anggaran mempunyai dampak yang sama bagi variabel makro terutama
konsumsi swasta. RE dibangun dari premis bahwa penerbitan obligasi Negara pada saat ini selalu disertai dengan rencana kenaikan pajak di masa mendatang.
Pembiayaan utang pemerintah diasumsikan hanya mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perpajakan sehingga konsumsi agregat akan tetap. Dalam
kerangka pemikiran RE individu mengasumsikan pajak yang akan datang sama dengan besarnya beban utang pemerintah Barro, 1989.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai hubungan defisit anggaran dengan variabel moneter maupun makroekonomi telah diteliti secara luas di negara sedang berkembang
maupun negara maju dengan berbagai hasil yang berbeda. Berikut ini akan
dipaparkan penelitian terdahulu yang menganalisis dmapak defisit anggaran
terhadap perekonomian.
Penelitian Cevdet Akcay, et al. 1996, menggunakan data tahunan periode 1948 hingga 1994 dan data kuartalan periode 1987Q1 hingga 1995Q4
Turki. Cevdet Akcay, et al. 1996 menggunakan VAR dan VEC. Mereka meneliti adanya hubungan jangka panjang yang stabil antara defisit anggaran,
pertumbuhan uang dan inflasi. Penelitian ini menemukan vektor kointegrasi yang menyimpulkan bahwa pengaruh yang signifikan defisit anggaran terhadap inflasi
tidak dapat ditolak setelah kesesuaian data kuartalan menggambarkan periode pembiayaan surat obligasi sebagai acuan. Hasil tersebut memberi kesan bahwa
variabel lain mempunyai hubungan lemah terhadap inflasi. Lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan ARIMA bahwa hasil tersebut sesuai dan
menggambarkan kelembaman dalam proses inflasi terus meningkat. Adanya pembiayaan dengan surat obligasi sesudah 1986 mungkin menjadi catatan untuk
hubungan yang lemah defisit anggaran terhadap inflasi sampai pada tingkat tertentu.
Tekin-Koru dan Ozmen 2003 meneliti hubungan jangka panjang antara defisit anggaran, inflasi dan pertumbuhan uang di Turki dengan menggunakan dua
alternatif sistem trivariat secara bersamaan dan data kuartalan 1983 hingga 1999. Dimana definisi money supply yang digunakan adalah dalam arti sempit currency
in circulation, CC dan arti luas M2Y. Mereka menemukan bahwa pada studi kasus di Turki, uang dan inflasi bersifat endogenous sehingga menolak pandangan
kaum monetaris. Hubungan langsung yang lemah antara inflasi dan defisit
anggaran juga menyebabkan teori fiskal FTPL ditolak. Defisit anggaran yang ditetapkan bersifat eksogen terhadap pertumbuhan uang sesuai dengan pendapat
Sargent dan Wallace 1981. Meski demikian, agregat moneter yang tumbuh karena pembiayaan defisit bukanlah di luar uang seperti yang diteliti oleh SW,
akan tetapi oleh agregat yang lainnya, sebagian besar dapat dijelaskan seperti di dalam uang atau uang berjangka atau uang kuasi M2Y. Mengacu pada kebijakan
pembiayaan dengan utang domestik publik di luar sistem bank komersial, defisit anggaran di Turki menyebabkan tumbuhnya uang dalam arti luas dan bukan
penciptaan mata uang. Penelitian Lozano 2008 menganalisis fakta tentang hubungan sebab-
akibat jangka panjang antara defisit anggaran, pertumbuhan uang dan inflasi di Colombia. Data yang dipakai adalah data tahunan selama 53 tahun dan data
kuartalan selama 25 tahun periode 1982Q1 hingga 2007Q4 yaitu defisit anggaran, CPI dan pertumbuhan uang dimana definisi money supply yang dipakai
adalah standar M1, sempit M0-primer dan luas M3. Menggunakan VECM untuk pengujian beberapa hipotesis Monetarist Hypotheses MH, The Fiscal
Theory of the Price Level FTPL, New Keynesian NK, dan Sarget and Wallace Hypothesis SW-H. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Sargent and
Wallace Hypothesis SW-H merupakan hipotesis yang sesuai untuk menggambarkan hubungan ketiga variabel di Kolombia, yaitu defisit angaran,
pertumbuhan uang dan inflasi. Pendapat tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara inflasi dan pertumbuhan uang di satu sisi dan
antara pertumbuhan uang dan defisit anggaran di sisi yang lain.
Saad dan Kalacech 2009 menguji pengaruh dari defisit anggaran terhadap permintaan uang di Lebanon. Variabel makroekonomi yang lainnya
PDB riil, IHK, pengeluaran pemerintah dan tingkat suku bunga juga digunakan di dalam penelitian tersebut untuk menganalisis pengaruhnya terhadap permintaan
uang riil M1 saat defisit anggaran terjadi secara terus-menerus. Menggunakan kointegrasi ECM dan data tahunan dari tahun 1973 hingga 2007, mereka
menemukan bahwa terdapat hubungan jangka panjang yang terjadi antara permintaan uang dalam arti sempit riil dan PDB, pengeluaran pemerintah,
tingkat suku bunga, dan IHK. Walaupun defisit anggaran tidak berpengaruh pada permintaan uang di jangka panjang atau seperti pandangan Ricardian, VECM
menggambarkan bahwa 52 persen ketidakseimbangan selalu disesuaikan setiap tahun. Koefisien defisit anggaran yang secara statistik signifikan dan positif di
jangka pendek sesuai dengan pandangan Keynesian-Neoklasik. Kemudian hasil penelitian juga menggambarkan bahwa IHK tidak signifikan terhadap M1 di
jangka pendek dan PDB riil berdampak negatif terhadap permintaan uang riil selama periode tersebut atau sering disebut crowding-out effect. Analisis yang lain
memperlihatkan defisit anggaran memiliki efek positif terhadap permintaan uang di jangka pendek, namun tidak berpengaruh terhadap M1 di jangka panjang.
Penelitian Adji 1995 menggunakan model persamaan tunggal dan data tahun 1971-92. Aplikasi Error Correction Model ECM digunakan untuk melihat
proses keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek antara tingkat inflasi dan defisit anggaran. Hasil penelitian membuktikan bahwa Ricardian Equivalence
berlaku di dalam perekonomian Indonesia. Dalam jangka panjang, pembiayaan
anggaran pemerintah dengan utang publik tidak mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.
Maryatmo 2004 melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengamati dampak dari kebijakan defisit anggaran yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
variabel makro ekonomi secara umum dan khususnya variabel moneter dalam jangka panjang dan jangka pendek di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
spesifikasi model asa nalar Rational Expectation yang memungkinkan pengambil keputusan untuk mencegah efek-efek yang lain. Model tersebut
mengkonstruksi delapan persamaan jangka panjang, delapan persamaan jangka pendek dan 12 persamaan identitas. Pengestimasian menggunakan metode Two
Stage Least Square 2SLS dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran mempengaruhi tingkat suku bunga dalam jangka panjang dan jangka
pendek. Defisit anggaran juga berpengaruh terhadap nilai tukar dan tingkat harga dalam jangka panjang hasil uji kausalitas memperlihatkan bahwa nilai tukar dan
tingkat harga mempunyai efek yang berkebalikan dengan defisit anggaran. Penelitian Waluyo 2006 mengenai dampak pembiayaan defisit anggaran
dengan utang luar negeri terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1970-2003. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan dan metode
Two Stage Least Squares 2SLS. Model dari penelitian ini terdiri dari 17 persamaan perilaku dan 18 persamaan identitas dengan 6 blok. Berdasarkan
penelitian Waluyo 2005 dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan defisit anggaran dengan menggunakan utang luar negeri akan berdampak meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan bersifat inflationary. Kesimpulan ini didukung pula
dengan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan penarikan utang luar negeri baru maka menambah cadangan devisa. Penambahan
cadangan devisa akan menyebabkan terjadinya peningkatan uang primer. Setelah uang primer dengan angka pengganda uang maka akan berdampak terhadap
peningkatan tingkat harga. Tambahan capital inflow dari utang luar negeri akan meningkatkan pengeluaran pemerintah sehingga investasi pemerintah juga ikut
mengalami kenaikan. Selanjutnya peningkatan investasi pemerintah akan berdampak terhadap peningkatan kapital stok pemerintah, sehingga pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan pula.
2.7. Kerangka Pemikiran