1.4.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1.
Sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah maupun Pengelola Kawasan wisata pertanian agrowisata Gunung Leutik dalam
merencanakan secara fisik kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memperhatikan keindahan bentang alam atau lanskapnya.
2. Sebagai dasar untuk menerapkan sistem perencanaan lanskap
agrowisata yang berkelanjutan. 3.
Menjadi bahan kajian ilmiah lanjutan dalam penelitian, perencanaan dan penataan lanskap kawasan agrowisata.
1.5. Kerangka Pikir Penelitian
Karakteristik lanskap perdesaan yang ditunjang dengan kondisi sosial budaya masyarakat pertanian di Kawasan Wisata Gunung Leutik merupakan suatu
potensi pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata berbasis pertanian. Kondisi fisik, keindahan panorama, keberadaan kegiatan pertanian dan pendidikan
serta keberadaan masyarakat berbasis pertanian dapat dijadikan sebagai daya tarik yang potensial di Kawasan Gunung Leutik.
Permasalahan yang ditemukenali pada kawasan sehubungan dengan pengembangan kawasan sebagai agrowisata adalah suboptimal nya penataan
kawasan pertanian yang menunjang kegiatan wisata. Permasalahan tersebut dianalisis untuk mendapatkan zona integratif pengembangan kawasan. Diperlukan
perencanaan berdasarkan kesesuaian kawasan yang merupakan dasar pengembangan dan perencanaan fisik kawasan sebagai aktivitas wisata pertanian
agrowisata. Perencanaan fisik tersebut meliputi program wisata, pengembangan objek dan atraksi, pengembangan fasilitas dan sirkulasi serta pengembangan zona
konservasi sebagai penunjang kawasan. Integrasi perencanaan fisik tersebut diharapkan dapat menghasilkan lanskap wisata pertanian yang berkelanjutan
.
Alur pikir penelitian tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Kawasan Gunung Leutik
Rencana Fisik Pengembangan Aktifitas Agrowisata
Lanskap Kawasan Agrowisata Berkelanjutan
Aspek Potensi Lahan Pertanian
Potensi Objek dan Atraksi
Zona Integratif Pengembangan Lanskap Kawasan Agrowisata
Aspek Masyarakat
Aspek Potensi Wisata
Pertanian
Peruntukan Agrowisata
Potensi lahan untuk pengembangan
pertanian • Keberagaman objek
• Potensi panorama Akseptibilitas
Masyarakat
Kendala Masalah
Zona Kesesuaian Lahan Pertanian
Zona Kesesuaian Wisata Pertanian
Zona Akseptibilitas Masyarakat
Program Wiata Objek Atraksi
Fasilitas Sirkulasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Kawasan Wisata
Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan
atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan pembangunan. Perencanaan berorientasi kepada kepentingan masa depan terutama untuk
mendapatkan suatu bentuk social good, dan umumnya dikategorikan sebagai pengelolaan Nurisjah, 2001. Perencanaan bukanlah sekedar persiapan akan
tetapi merupakan proses kegiatan yang secara terus menerus mewarnai dan mengikuti kegiatan sampai pada pencapaian tujuan. Knudson 1980
mengemukakan perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan
memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan merupakan proses yang rasional untuk mencapai tujuan dan
sasaran di masa mendatang berdasarkan kemampuan sumberdaya alam yang ada serta pemanfaatannya secara efektif dan efisien. Yoeti 2008 mengemukakan,
dalam perkembangan industri sebuah kawasan wisata, sebuah perencanaan yang baik sangat penting dibutuhkan agar pengembangan wisata tersebut sesuai dengan
apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup.
Kegiatan wisata alam selain memberikan dampak positif juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, baik dampak negatif
terhadap lingkungan objek wisata alam itu sendiri maupun terhadap lingkungan sosial budaya setempat. Dampak negatif terhadap alam umumnya terjadi sebagai
akibat dari perencanaan dan pengelolaan yang kurang baik, misalnya perencanaan pengembangan kegiatan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan dan kurangnya pengetahuan kesadaran serta pendidikan masyarakat dan wisatawan terhadap kelestarian lingkungan Soeriaatmaja, 2000.
Perkembangan pariwisata tanpa perencanaan dan pengelolaan yang baik akan mengakibatkan kehilangan dan penurunan mutu kawasan yang tidak diharapkan,
sebagai akibatnya adalah hilangnya kawasan yang menarik bagi wisatawan. Gunn
1994 mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu :
1 Mempertahankan kelestarian lingkungannya
2 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut
3 Menjamin kepuasan pengunjung
4 Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di
sekitar kawasan dan zone pengembangannya. Oleh karena itu sumberdaya pertanian untuk agrowisata dapat
dikembangkan menjadi suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persyaratan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Komponen Fungsi dari Sisi Persediaan Gunn, 1994
2.2.1 Pariwisata
Pariwisata adalah kegiatan perjalanan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata
semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Sebagai suatu aktifitas manusia, pariwisata adalah fenomena
pergerakan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Yoeti 2008 menyatakan bahwa pariwisata merupakan sebuah perjalanan untuk bersenang-
senang. Perjalanan tersebut baru dapat dikatakan sebagai perjalan wisata jika telah memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu:
1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan dilakukan
di luar tempat kediaman dimana orang itu biasanya tinggal.
Atraksi
Service
Promosi Informasi
Transportasi
2. Perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih kecuali bagi excursionist
kurang dari 24 jam. 3.
Tujuan perjalanan hanya untuk bersenang-senang to pleasure tanpa mencari nafkah di negara, kota atau DTW Daerah Tujuan Wisata yang
dikunjungi. 4.
Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya dimana dia tinggal atau berdiam dan bukan diperoleh karena hasil usaha
selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan. Pariwisata di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah
ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Sebagai kegiatan
rekreatif, pariwisata merupakan sarana pemenuhan hasrat manusia untuk bereksplorasi guna mengalami berbagai perbedaan. Perbedaan tersebut mencakup
perbedaan fisik, seperti bangunan, lingkungan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan dan manusia. Perbedaan non-fisik yang membuat sensasi beda, seperti
perbedaan suhu dan kelembaban udara, suara, rasa makanan dan minuman serta suasana, dan juga perbedaan-perbedaan lain yang mengarah pada perilaku
manusia termasuk adat-istiadat, kesenian, cara berpakaian dan lain sebagainya.
2.2.2 Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata
Menurut Simonds 1983, proses perencanaan lanskap secara umum dibagi menjadi commision, riset, analisis, sintesis, konstruksi dan pelaksanaan.
Sedangkan konsep perencanaan wisata dibagi menjadi tiga skala yaitu, perencanaan tapak siteplan, perencanaan daerah tujuan destination plan dan
perencaaan regional regional plan Gunn 1994. Dalam perencanaan pengembangan pariwisata dikenal berbagai konsep, salah satunya adalah konsep
market driven dan product driven. Konsep market driven lebih menitikberatkan
pada keinginan wisatawan dan perilaku pasar sebagai landasan pengembangan. Sedangkan konsep product driven lebih menitikberatkan pada pengembangan
produk wisata. Kondisi dan keunggulan produk atau obyek dan daya tarik wisata ODTW sebagai landasan utama dalam pengembangan Chafid Fandeli, 2000
dalam Khopsun 2007. Adapun aspek-aspek yang perlu diketahui dalam
perencanaan pariwisata menurut Yoeti 2005 adalah sebagai berikut: 1
Wisatawan Hal yang perlu diketahui dari aspek ini adalah mengenai wisatawan yang
diharapkan datang ke lokasi obyek wisata. 2
Transportasi Aspek ini berkaitan dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang dapat
digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata. Atraksi dan fasilitas pariwisata tidak dapat dinikmati oleh wisatawan secara penuh
apabila infrastruktur tidak dibangun. 3
AtraksiObyek Wisata Seluruh komponen yang ada dalam suatu ODTW diharapkan dapat
menjadi atraksi. Dalam suatu daerah tujuan wisata, terdapat beberapa atraksi dari kekayaan alam dan sebagian atraksi buatan. Atraksi buatan ini
daya tariknya sengaja dibuat untuk memenuhi keinginan wisatawan. Menurut Yoeti 2005, obyekatraksi wisata yang akan dijual kepada
wisatawan setidaknya memenuhi tiga syarat berikut: a
Apa yang dapat dilihat Something to See, b
Apa yang dapat dilakukan Something to Do, c
Apa yang dapat dibeli Something to Buy. 4
Fasilitas Pelayanan Fandeli 2001 menyebutkan ada tiga macam fasilitas yang dibutuhkan
oleh wisatawan. Ketiga fasilitas tersebut adalah tempat penginapan, makan dan minum, dan pelayanan terhadap keinginan wisatawan berkait dengan
cinderamata atau souvenir. 5
Informasi dan Promosi Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara-cara memberikan informasi,
publikasi atau promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan agar datang kesuatu lokasi obyek wisata.
2.2 Pembangunan Pariwisata Berwawasan Lingkungan
Perencanaan pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan selain harus menjamin keberlanjutannya juga harus terkait dengan aspek pendidikan dan
partisipasi masyarakat lokal. Jaminan keberlanjutan ini tidak hanya sustainable dari aspek lingkungan saja namun juga sosial, budaya dan ekonomi. Dalam
melakukan pembangunan pariwisata perlu adanya pengembangan produk dalam suatu kawasan wisata untuk mewujudkan pariwisata berawasan lingkungan.
Mengutip pendapat Fandeli 2000 dapat dirinci terdiri atas: 1.
Atraksi. Atraksi-atraksi yang dikembangkan dipilih yang memiliki nilai jual tinggi
baik atraksi alam, heritage, budaya dan buatan. 2.
Infrastruktur fasilitas, utilitas. Pembangunan fasilitas dan utilitas dibangun sesuai dengan budaya dan
tradisi lokal serta terpadu dengan lingkungannya. 3.
Kelembagaan. Kelembagaan lokal diperkuat dan diberikan peranan yang lebih besar.
4. SDM Sumberdaya Manusia
Pariwisata pada dasarnya menjual keindahan maka kualitas SDM sangat menentukan keberhasilan sesuai dengan sasarannya.
5. Aspek ekonomi.
Ekonomi yang dikembangkan adalah ekonomi kerakyatan. Penghasilan kawasan dimaksud untuk dapat mempertahankan atau mengkonservasi
kawasan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. 6.
Lingkungan. Kawasan dikaji kelayakannya utamanya dampak positif dan dampak
negatif yang akan muncul. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan instrumen untuk mengkaji dampak lingkungan dan bagaimana
menanganinya. Sementara daya dukung dipergunakan untuk mempertahankan kualitas atraksinya.
2.3 Agrowisata