Preferensi Pengelola Pesantren dan Penduduk Kampung Leutik Kompetitor wisata di sekitar Kampung Wisata Gunung Leutik

Tabel 16. lanjutan No. Bangunan Luasan m 2 22. Asrama Putri 453.2 23. Ruang makan 1169.5 24. Dapur 227.3 25. Lab. Kultur Jaringan 789.6 26. Pembibitan 1522 27. Pabrik pupuk organik 567.3 28. Kantor pupuk organik 170.8 29. Mushola I, dan II 49 + 58 dkt kampung 30. Rumah Yoghurt 168.7 31. Kandang sapi potong 768 32. Gudang Pupuk 166.7 33. Kandang anak sapi 25 34. Biogas 28.36 35. Kandang kambing 75 36. Kandang sapi perah 201.6 37. Pengolahan susu 257.1 38. MCK 58 39. Hydran 7 40. Shelter kolam 55.6 Sumber: Nasrullah 2010

4.4 Potensi Masyarakat

Dalam rencana pengembangan Agrowisata berbasis masyarakat yang didapatkan di lokasi penelitian, didapatkan bahwa Lembaga Pendidikan Darul Falah sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi Agrowisata yang dengan nuansa pendidikan pertaniain. Program-program yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Darul Falah dapat menjadi obyek agrowisata yang menarik. Selain Pondok Pesantren Darul Falah, di Desa Benteng terdapat Gabungan kelompok Tani yang berpotensi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Salah satu faktor penting dalam perencanaan Agrowisata adalah aspek sosial ekonomi. Beberapa aspek sosial ekonomi yang akan diuraikan dalam laporan ini mencakup yang terdapat di Pondok Pesantren Darul Falah dan di Gabungan Kelompok Tani di Desa Benteng.

4.4.1 Preferensi Pengelola Pesantren dan Penduduk Kampung Leutik

Hasil survey dan wawancara dengan pengelola PPDF menunjukkan bahwa secara umum PPDF memandang positif terhadap perencanaan Agrowisata, bahkan PPDF sudah mempunyai program Agrowisata meskipun belum dikelola dengan intensif. Beberapa kelompok pengunjung yang mendatangi PPDF umumnya melihat unit Kultur Jaringan, Peternakan Terpadu, dan menikmati lanskap PPDF yang dipenuhi tanaman-tanaman yang cukup rindang. Komplek PPDF mempunyai sarana dan fasilitas berupa Gedung- gedungbangunan untuk unit perkantoran, kelas, laboratorium, tempat ibadah, tempat tinggal santri, unit usaha produktif, Green House, dan beberapa peruntukan lainnya. Kondisi lanskap kampus dan aktivitas yang dilakukan oleh PPDF cukup baik dan memadai untuk dimanfaatkan dalam rekreasi agrowisata untuk kelompok atau perorangan. Obyek yang akan dikunjungi oleh kelompok belajar tersebut adalah Unit Kultur Jaringan, Peternakan Terpadu, Pengolahan Hasil susu, yoghurt, dan beristirahat di Masjid dan menikmati kerindangan di area PPDF.

4.4.2 Kompetitor wisata di sekitar Kampung Wisata Gunung Leutik

Agrowisata sudah menjadi alternatif wisata yang disukai oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari lokasi kampung Wisata yang terdapat di dekat lokasi penelitian. Luas areal kampung wisata sekitar 1,6 ha, yang sudah dibangun mencapai 8000 m2 dengan fasilitas tempat menginap, kolam renang, tempat makan, area bermain, atraksi memandikan kerbau, latihan budidaya tanaman. Adapun program-program yang ditawarkan cukup bervarisi yaitu paket setengah hari dan paket menginap. Dalam program tersebut antara lain : 1 kunjungan ke lahan petani, 2 kunjungan ke tempat kerajinan bambu, tas, tahu, 3 belajcr musik Sunda, 4 belajar tari Sunda, 5 berenang, 6 belajar membuat minuman tradisional, 7 membuat mainanwayang dari daun singkong, 8 menanam bibit padi, 9 memandikan kerbau, 10 mencicipi oakanan setempat, 11 ronda bareng, 12 baoar jagung. Dalam program tersebut, pemandu adalah masyarakat setempat yang dibiná oleh provider, lahan-lahan yang dikunjungi adalah lahan petani, demikicn pula tempat-tempat kerajinan. Dengan demikian ada kerjasama antara provider dengan masyarakat setempat dan masyarakat turut merasakan manfaat dari program Kampung Wisata. Analisis pengolahan data dilakukan untuk mengidentifikasi potensi penggunaan tapak, serta masalah atau kendala dalam pengembangan tapak. Peta tematik seperti peta kemiringan lahan, peta kesuaian lahan untuk pertanian, peta drainase, dan peta vegetasi, perlu disiapkan. Dengan teknik superimpose peta tematik, dapat diketahui secara spasial kemungkinan peletakan blok-blok lahan pertanian, dan fasilitas terbangun. Analisis curah hujan harian bulanan, kualitas tanah, ketersediaan air, bentukan alami dalam tapak, dilakukan untuk menentukan jenis usaha tani yang dapat dikembangkan. Analisis view dilakukan untuk memanfaatkan view menarik dalam tapak atau di luar tapak sebagai sajian yang menarik. Konsentrasi pengunjung dapat ditempatkan menghadap view menarik. Analisis potensi pengunjung dan preferensinya membantu dalam penyiapan pengembangan lokasi. Analisis utilitas exisiting di dalam tapak atau di sekitar tapak, akan memberi gambaran tingkat ketersedian utilitas bagi lokasi yang akan dikembangkan.

4.5 Analisis Kondisi Ekologi