Perlakuan pasca panen yang sudah dilakukan pada hasil-hasil pertanian di kampung Gunung Leutik, Lebak Tengah ataupun Desa Benteng adalah
pembersihan hasil pertanian dari pengotor dan pengemasan awal. Pengemasan produk masih produk massal belum dipisahkan menurut ukuran atau kualitasnya.
Hal ini terjadi karena penjualan produk dilakukan secara langsung di lapang ke pedagang atau dibawa langsung ke pasar terdekat pasar Ciampea atau pasar induk
Kemang. Pasca Panen lanjut seperti pengkelasan grading belum sepenuhnya dilakukan. Industri hilir berbahan baku singkong telah mulai dikembangkan oleh
kelompok wanita tani yaitu pembuatan keripik singkong. Ketersediaan bahan baku singkong cukup berlimpah di Gunung Leutik sehingga pengembangan
industri hilir berbahan baku singkong masih memungkinkan untuk dikembangkan. Infrastruktur pertanian yang sudah ada di desa Gunung Leutik adalah
saluran irigasi. Dengan ketersedian pasokan air dari irigasi petani dapat menerapkan pola tanamn padi-padi-palawija, atau padi-palawija-padi. Namun
demikian kapasitas irigasi masih terbatas, terutama pada musim kemarau, sehinga tidak semua sawah dapat ditanami padi.
Sarana jalan umum pada sebagian wilayah desa sudah tersedia. Dari jalan poros Bogor-Ciampea, wilayah Gunung Letik dapat dicapai melalui jalan desa
dari Desa Cibanteng, kemudian dari jalan desa ini terdapat jalan beton menuju kampung gunung Leutik. Namun demikian jalan desa dalam kondisi rusak pada
banayk bagian jalan. Sedang jalan beton, tidak lebar sehingga kendaraan mobil sulit menyalip. Infrastruktur lainnya yang tersedia seperti gudang sebagi tempat
pengumpulanpenyimpanan hasil panen, mesin penggilingan padi, sedang mesin untuk pengolah lanjut dari hasil-hasil pertanian lainnya yang belum ada.
4.3.2 View
Area Unit I II terletak di daerah yang relatif berbukit dan memiliki pemandangan yang baik dan potensial berupa view alam yang asri. Memiliki
background suasana alam yang kuat, ditunjang keberadaan sungai, kawasan
permukimanperkampungan agrosociety dan merupakan suatu miniatur penampang alam pergunungan. Keberadaan pemandangan scenery dan suasana
alam perdesaan merupakan suatu potensi tinggi sebagai objek wisata berbasis
pertanian disamping potensi lahan dari pengusahaan jasa pertanian agribisnis. Seperti diperlihatkan pada Gambar 18
4.3.3 Sirkulasi dalam Tapak
Jalan dalam tapak terdiri atas jalan aspal dan jalan beton. Jalan aspal terdapat dari jalan masuk ke lokasi di persimpangan dengan Jalan Raya Bogor-
Leuwiliang sampai dengan area peternakan pada Unit II. Pada Kampung Gunung Leutik terdapat Jalan beton yang menghubungkan Jalan Desa Benteng dengan
kampung. Jalan aspal pada Unit I dan Unit II memiliki ROW 5 meter dengan badan jalan dari aspal dengan lebar 3m, sedang jalan beton pada Unit III memiliki
ROW 3 m dengan badan jalan 2.5 m, seperti tampak dalam Tabel 14.
Tabel 14. Jenis dan Panjang Jalan dalam Tapak Perencanaan No
Jenis Jalan Letak
ROW m 1.
Aspal Unit I, II
5 2.
Beton Unit III
3 3.
Jalan tanah Unit II
2.5 4.
Jalan setapak Unit II
1-2 Sumber: Nasrullah 2010
4.3.4 Fasilitas Penunjang
Penggunaan lahan tata ruang existing pada tapak dapat dilihat pada Gambar 11. Pada Unit I digunakan area pendidikan dan pemukiman Pesantren.
Pada unit II digunakan untuk area produksi pesantren. Pada area pendidikan terdapat fasilitas pendidikan yang mencakup Taman Kanak-Kanak, MTSSMP,
Gambar 18. View dari arah kawasan
MASMA. Pada area pemukiman terdapat asrama santri laki-laki dan asrama santri perempuan, dan rumah guru dan tenaga kependidikan Tabel 15.
Selain itu terdapat fasilitas pendukung pendidikan dan pemukiman yang mencakup laboratorium umum, perpustakaan, bengkel kayu, bengkel besi, aula,
kantor yayasan, rumah kaca dan lapangan olahraga. Selain itu pada Unit I terdapat Guest House, Gedung Pelatihan, Toko dan Kantin Koperasi, dan Unit Simpan
Pinjam Syariah. Lahan pada Unit II digunakan pesantren sebagai lahan usaha yang mencakup usaha peternakan, tanaman kehutanan, perikanan, dan sawah.
Usaha peternakan terdiri atas peternakan sapi potong, sapi perah, kambing perah. Usaha perikanan terdiri atas kolam pembibitan ikan, dan kolam budidaya. namun
luasanya terbatas dan tersebar pada 2 lokasi. Pada Unit II terdapat unit pembuatan Yogurt yang menggunakan bahan baku susu sapi. Lahan pada unit III atau pada
Kampung Gunung Leutik yang masuk tapak perencanaan sebagian besar berupa lahan sawah, dan sebagian kecil tegalan dan perumahan Tabel 16.
Tabel 15. Penggunaan lahan pada tiap unit dalam tapak No. Area
Luasan ha
1. Unit 1. Pendidikan dan pemukiman pesantren
11.8 2.
Unit 2. Lahan usaha pesantren 15.09
3. Unit 3. Perkampungan Masy Gunung Leutik
14.5 Total 41.4
Sumber:
Nasrullah 2010 Tabel 16. Bangunan dalam tapak
No. Bangunan
Luasan m
2
1. Tower 77
2. TK 172.5
3. Rumah kayu
85.6 4. Simpan
pinjam syariah
291.1 5. Rumah
karyawan 818.86
6. Bengkel besi
375.5 7.
Ruang belajar sekolah Aliyah 204.6
8. Sekolah Aliyah
554.2 9. Lab.
Terpadu 343.1
10. Sekolah Tsanawiyah
452.1 11. Training
Center 811.3
12. Rumah Kaca
127.1 13. Toilet
50.6 14.
Kantor Yayasan dan aula 1205.4
15. Guest House
155 16. Warung
Koperasi 155.4
17. Asrama Putra
633.3 18. Pos
66.43 19. Rumah
Ustadz 153.8
20. Mesjid 598.1
21. Workshop Nata de coco
155.4
Tabel 16. lanjutan No.
Bangunan Luasan m
2
22. Asrama Putri
453.2 23. Ruang
makan 1169.5
24. Dapur 227.3
25. Lab. Kultur Jaringan
789.6 26. Pembibitan
1522 27.
Pabrik pupuk organik 567.3
28. Kantor pupuk
organik 170.8
29. Mushola I, dan II
49 + 58 dkt kampung 30. Rumah
Yoghurt 168.7
31. Kandang sapi
potong 768
32. Gudang Pupuk
166.7 33. Kandang
anak sapi
25 34. Biogas
28.36 35. Kandang
kambing 75
36. Kandang sapi
perah 201.6
37. Pengolahan susu
257.1 38. MCK
58 39. Hydran
7 40. Shelter
kolam 55.6
Sumber: Nasrullah 2010
4.4 Potensi Masyarakat