4.4. Identifikasi Faktor Daya Saing Agribisnis Sayuran
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing agribisnis sayuran, terutama daya saing produk dari PT
Saung Mirwan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kondisi, faktor permintaan, industri terkait dan industri pendukung, persaingan industri,
serta pemerintah dan kesempatan. Atribut yang memiliki nilai tertinggi adalah sumberdaya alam dan lingkungan, teknologi, jumlah pembeli dan
tingkat pertumbuhan pembelian, serta petani mitra, yang masing-masing bernilai 4,00. Sementara atribut yang memiliki nilai paling rendah adalah
strategi pesaing yang bernilai 3,00. Nilai dari setiap faktoratribut daya saing dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Faktor yang berpengaruh terhadap daya saing agribisnis sayuran
No. Atribut
Nilai Responden
Rata- rata nilai
1 2
3 4
Faktor Kondisi
1. Infrastruktur
1 2
3 3.33
2. Sumberdaya manusia
1 2
3 3.33
3. Sumberdaya modal
1 2
3 3.67
4. SDA dan lingkungan
3 3
4.00
5. Teknologi
3 3
4.00 Kondisi Permintaan
6. Jumlah pembeli dan
tingkat pertumbuhan pembelian
3 3
4.00
7. Preferensi konsumen
1 2
3 3.67
Industri Terkait dan Industri Pendukung
8. Pemasok
2 1
3 3.33
9. Petani mitra
3 3
4.00 Persaingan Industri
10. Tingkat persaingan di industri sayuran
1 2
3 3.67
11. Strategi pesaing 3
3
3.00 Peran Pemerintah
12. Regulasi 2
1 3
3.33
Peran Kesempatan
13. Iklim bisnis 2
1 3
3.33
4.4.1 Faktor Kondisi
Faktor kondisi disini mengacu pada input yang digunakan oleh industri sayuran untuk menghasilkan produk yang berdaya saing.
Elemen-elemen penting yang menjadi faktor kondisi dalam industri sayuran antara lain infrastruktur, sumber daya alam, sumber daya
modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumber daya manusia.
1. Infrastruktur
Secara umum, kondisi infrastruktur berupa jalan raya, jalan tol, jembatan, airport, pasar, tanah perkebunan, pabrik-pabrik
pengolahan, dan sebagainya berbeda-beda di setiap lokasi. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh dukungan dari pemerintah daerah
setempat dalam peningkatan infrastruktur wilayahnya. Saat ini, saluran irigasi yang dibangun oleh pemerintah masih kurang
padahal pasokan air tersedia, yaitu sungai. Namun, tidak ada pembangunan irigasi ke sawah dan kebun milik petani dan juga
milik perusahaan agribisnis sayuran di dekat daerah aliran sungai DAS. Inilah yang terjadi di daerah sekitar PT Saung Mirwan,
padahal perusahaan beserta kebunnya terletak di daerah yang memiliki aliran sungai dan dekat dengan gunung. Hal ini sangat
disayangkan, karena jika saluran irigasi banyak tersedia, maka kebun tidak akan begitu mengalami kesulitan air dan sayuran yang
ditanam pun akan dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan pasokan air yang cukup.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang sangat memprihatinkan kondisi jalanannya. Kemacetan merupakan hal
yang dapat dengan mudah kita temui dan kita rasakan di Indonesia. Tidak hanya di jalan kota, namun di daerah-daerah pun kemacetan
ini tidak jarang terjadi. Selain macet, jalan-jalan di Indonesia pun banyak yang rusak. Begitu pula jalanan dari PT Saung Mirwan
menuju ke lokasi customer. Jalanan di Bogor tidak hanya cukup rusak, tetapi juga macet. Hal ini disebabkan karena banyaknya
angkutan umum dan juga kendaraan pribadi di jalanan. Begitu pula jalanan di Jakarta, lokasi mayoritas customer PT Saung Mirwan,
kemacetan dapat ditemukan dimana-mana, bahkan di jalan tol yang semestinya menjadi jalan bebas hambatan.
Jalan yang rusak dan juga kemacetan sangat berpengaruh pada agribisnis sayuran, khususnya pada proses distribusi. Sayuran
merupakan komoditi yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Jalanan yang macet akan membuat proses pendistribusian menjadi
lama. Hal ini akan sangat berdampak pada life-time dari sayuran. Jalanan yang rusak akan menyebabkan sayuran terguncang di
dalam mobil pengangkut. Meskipun sayuran disimpan dalam wadah tertentu, namun guncangan akan tetap terasa dan kemudian
akan berdampak pada kualitas dan bentuk dari sayuran tersebut. Listrik juga merupakan hal yang krusial dalam agribisnis
sayuran. Industri ini membutuhkan pasokan listrik yang stabil. Misalnya, untuk mejaga ketahanan dari sayuran diperlukan cold
refrigerator pendingin. Jika pasokan listrik tidak stabil, maka aliran listrik ke alat tersebut akan terputus sehingga suhu udara dan
kelembaban di dalam ruangan akan meningkat. Hal ini akan membuat life-time dari sayuran berkurang. Selain itu, pasokan
listrik juga diperlukan untuk dialirkan ke green house. Jika listrik tidak stabil, maka suhu dalam green house pun akan berubah dan
hal ini akan mempengaruhi kualitas dari sayuran yang dibudidayakan di dalam green house tersebut.
2. Sumberdaya Manusia
Mengingat bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang berkecimpung di dunia pertanian, maka pengalaman dan
pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pertanian, khususnya sayuran, sudah tidak dapat dipandang sebelah mata lagi.
Peran penting berada di tangan para petani, perusahaan yang bergerak
dalam bidang ini, juga para tenaga ahli yang berada di lembaga penelitian milik pemerintah dan swasta.
Karakteristik petani berpengaruh terhadap aktivitas produksi, yaitu terkait dengan pengetahuan dan kemampuan dalam
proses budidaya, sehingga mampu mencapai produksi yang optimal. Hal tersebut dapat ditingkatkan dengan dilakukan
penyuluhan dan evaluasi secara berkala dari perusahaan sebagai mitra kerja. Selain itu, perusahaan juga melakukan transfer ilmu
dan pengalaman untuk kemajuan bidang pertanian khususnya mengenai budidaya sayuran, baik budidaya secara hidroponik
maupun non hidroponik. Kemampuan melakukan proses budidaya merupakan hal
yang sangat penting dalam bisnis ini. Namun, tidak semua aspek dalam bisnis ini membutuhkan kemampuan tersebut. Ada juga
beberapa aspek yang lebih membutuhkan kemampuan manajerial. Sumberdaya
manusia juga
berperan penting
dalam mengoperasikan teknologi yang ada, untuk mengakses informasi
pasar, dan juga untuk mengakses modal. Melihat begitu pentingnya sumberdaya manusia, maka sumberdaya ini harus
dijaga agar tidak jenuh karena kejenuhan akan mengakibatkan kinerja sumberdaya manusia menurun yang pada akhirnya akan
berakibat pada menurunnya produktivitas perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia di PT
Saung Mirwan, pihak perusahaan merekrut penduduk setempat untuk dialokasikan di bidang yang kurang membutuhkan keahlian
khusus, misalnya bagian pengemasan, administrasi, ATK, dan resepsionis. Petani yang dijadikan mitra adalah para petani yang
berada di daerah sekitar kebun, tetapi juga tetap diberi penyuluhan. Untuk „pimpinan‟ bidang budidaya, perusahaan merekrut
karyawan yang sudah memiliki ilmu dasar mengenai pertanian dan pengolahannya, serta paham mengenai manajerial. Untuk bidang-
bidang lainnya, sumberdaya manusia yang direkrut disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Sumberdaya Modal
Sumberdaya modal merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan agribisnis sayuran. Untuk agribisnis sayuran,
belum banyak investor yang menanamkan modal maupun membiayai subsektor ini. Oleh karena itu, para pelaku usaha di
bidang agribisnis sayuran ini harus memiliki pasokan modal yang cukup kuat dari sendiri maupun pinjaman dari bank. Namun,
pinjaman dari bank ini masih memiliki bunga yang cukup tinggi. Sehingga, pelaku usaha harus meminimalisir pinjaman dari bank
tersebut dan benar-benar berusaha untuk memiliki modal sendiri yang cukup maupun dengan mencari sendiri investor yang tertarik
untuk berinvestasi pada perusahaan. PT Saung Mirwan mengoptimalkan ketersediaan modal
sendiri. Namun, mereka juga mendapatkan bantuan dari pemerintah Belanda melalui salah satu perusahaan agribisnis
mereka, Hessing Company, berupa modal dan teknologi.
4. Sumberdaya Alam dan Lingkungan
PT Saung Mirwan terletak di daerah pegunungan. Kondisi tanah mendukung dan ketersediaan air juga cukup, meskipun
saluran irigasi masih kurang. Iklim di daerah tersebut juga kondusif untuk penanaman sayuran.
Sayuran merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap perubahan alam. Kondisi alam yang berubah-ubah akan
berpengaruh terhadap kualitas sayuran yang dihasilkan. Karena itu, dibutuhkan perlakuan khusus untuk menjaga stabilitas mutu
sayuran. Pada musim hujan, pemupukan semestinya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi sering dilakukan. Sedangkan pada
musim kemarau, aktivitas pemupukan tidak terlalu sering dilakukan dan jumlah pupuknya agak banyak.
5. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menentukan kemajuan suatu industri. Ketersediaan sumber-sumber
pengetahuan dan teknologi juga ditunjang oleh lembaga lain seperti perguruan tinggi, lembaga riset swasta, literatur bisnis dan
ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi, balai penelitian, serta sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. PT Saung
Mirwan sering melakukan kerjasama dengan IPB untuk transfer ilmu mengenai pertanian. Bentuk kerjasama ini bisa dalam bentuk
seminar, penyuluhan, maupun diskusi. Selain itu, PT Saung Mirwan juga tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Hortikultura
Indonesia. Teknologi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
keberlangsungan usaha dalam bidang agribisnis sayuran. Green house merupakan teknologi yang penting dan bernilai tambah bagi
bisnis ini. Sayuran yang dibudidayakan di dalam green house akan memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran
yang dibudidayakan di lahan terbuka. Teknologi lain yang juga dibutuhkan dalam bisnis ini adalah adanya cold refrigerator
mesin pendingin untuk menjaga ketahanan life-time dari sayuran, baik saat proses pendistribusian, saat proses packing, maupun saat
penyimpanan di storage. Teknologi lain adalah adanya mesin pemotong otomatis untuk sayuran yang memang dipesan dalam
bentuk potongan. Mesin pencuci sayuran dan mesin pemberi label untuk pengemasan juga merupakan teknologi yang dibutuhkan
dalam bisnis sayuran ini. PT Saung Mirwan sudah menyadari urgensi dari teknologi-teknologi ini. Oleh karena itu, perusahaan
sudah memiliki berbagai teknologi yang dibutuhkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produknya.
4.4.2 Faktor Permintaan 1.
Jumlah Pembeli dan Tingkat Pertumbuhan Pembelian
Sayuran merupakan salah satu dari komposisi makanan yang wajib ada dalam menu makanan sejak zaman dahulu. Selain
karena menyehatkan dan bergizi, sayuran juga mudah untuk didapat, baik itu dengan membelinya, maupun dengan
menanamnya sendiri. Bahkan, ada daerah-daerah di Indonesia yang menjadikan sayuran sebagai ciri khas daerahnya. Misalnya,
daerah Sunda yang memiliki ciri khas lalapan di dalam menu makanan mereka, yang berisi sayuran-sayuran mentah yang
langsung bisa dimakan hanya ditemani dengan sambal ataupun dimakan sendiri. Namun, bila kita melihat secara keseluruhan,
tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Bahkan jika
dibandingkan dengan negara yang notabene bukan merupakan produsen sayuran.
Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih jauh dari standar konsumsi yang direkomendasikan oleh Food and
Agriculture Organization FAO. Konsumsi sayur masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 41,9 kg per kapita per tahun.
Sedangkan rekomendasi dari FAO adalah sebesar 73 kg per kapita per tahun dan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kg per
kapita per tahun. Angka yang sangat jauh sekali, bahkan kalah oleh negara tetangga kita yang notabene tidak memiliki potensi
alam yang lebih tinggi dari Indonesia. Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Singapura sudah 125 kg per kapita per tahun dan
Malaysia sudah 90 kg per kapita per tahun. Rendahnya konsumsi sayur ini sebenarnya bukan karena
produksi sayuran yang rendah, tetapi lebih kepada kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran yang masih rendah.
Meskipun kini sudah banyak masyarakat yang peduli dengan kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat dengan banyak
mengkonsumsi sayuran, tapi tetap saja tidak menaikkan tingkat konsumsi sayuran secara signifikan. Karena berdasarkan hasil
survei yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian, sebanyak 27 persen dari jumlah penduduk Indonesia tidak menyajikan sayur
dalam makanan yang dikonsumsi setiap harinya.
Rendahnya konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran ini yang akhirnya mendasari Gerakan Makan Sayuran
Gemas yang diprakarsai oleh Departemen Pertanian. Tujuannya adalah
untuk memasyarakatkan
konsumsi sayuran
guna meningkatkan gizi keluargamasyarakat mulai dari anak-anak
hingga dewasa, memperbaiki pandangan terhadap sayuran produk petani Indonesia, dan membangun rasa bangga mengkonsumsi
produk pertanian
Indonesia. Mendorong
dan menghela
peningkatan produksi sayuran, meningkatkan hidup sehat bergizi dengan pangan, vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang
cukup, serta mendorong pengembangan keanekaragaman produk sayuran. Gerakan ini sudah dilakukan sejak enam tahun yang lalu.
Tahun 2006 di Indramayu, tahun 2007 di Majalengka, tahun 2008 di Aceh Besar, tahun 2009 di NTB, tahun 2010 di Pekanbaru, dan
tahun 2011 di Banten. Meskipun tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih
sedikit jika dibandingkan dengan standar FAO dan tingkat konsumsi di negara tetangga, tapi tetap saja menjadi pemicu
tersendiri dalam terjadinya kompetisi antar-perusahaan atau pelaku di industri agribisnis sayuran ini.
2. Preferensi Konsumen
Sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tidak hanya berupa ‟sayur‟. Beberapa persen masyarakat memilih untuk
mengkonsumsi sayuran yang sudah diolah ke dalam bentuk makanan lain, misalnya dalam burger, dalam bakmie, dalam salad,
dan sebagainya. Kondisi preferensi masyarakat terhadap sayuran yang
berbeda-beda ini juga menimbulkan persaingan di antara para perusahaan yang berkecimpung dalam dunia bisnis sayuran ini.
Terlebih untuk perusahaan yang menjual sayurannya kepada food industry, yang memesan sayuran sudah dalam bentuk potongan
dan sudah siap pakai. Untuk memenuhi keinginan konsumen ini,
perusahaan harus bersaing dalam hal kualitas dan kesesuaian dengan pesanan konsumen.
4.4.3 Faktor Industri Terkait dan Industri Pendukung
Industri terkait merupakan industri terdekat yang secara langsung berhubungan dengan industri inti. Industri-industri yang
secara langsung berkaitan dengan usaha agribisnis sayuran adalah pemasok input dan bahan baku, serta retail dan food industry.
Sementara industri pendukung terdiri dari lembaga-lembaga yang secara tidak langsung menyokong kelangsungan kegiatan usaha
industri inti. Dalam bisnis ini, industri pendukung terdiri dari lembaga-lembaga keuangan, lembaga penelitian, lembaga sosial,
asosiasi-asosiasi, lembaga pemerintahan, dan lembaga lainnya. Namun, dalam penelitian ini tidak akan membahas industri
pendukung karena kontribusinya yang sangat kecil terhadap bisnis sayuran.
Pemasok bibit dan bahan baku sayuran adalah petani yang berada di sekitar areal perkebunan milik perusahaan ataupun petani
yang berada cukup jauh dari perusahaan. Petani-petani ini bisa berdiri sendiri maupun menjalin kemitraan dengan perusahaan. Petani yang
melakukan kerjasama kemitraan dengan perusahaan akan mendapat penyuluhan dari perusahaan. Pemasok yang berdiri sendiri dapat
berupa para pengepul, kios, atau petani yang mampu memasok sayuran dalam jumlah besar kepada perusahaan. Ada juga pemasok
bahan baku non sayuran, yaitu bahan baku yang dibutuhkan mulai dari kebutuhan budidaya, pengemasan, sampai kebutuhan kantor.
Konsumen perusahaan terdiri dari ritel dan food industry. Ritel adalah customer yang menggunakan produk sayuran untuk dijual lagi
tanpa harus diolah terlebih dahulu. Ritel terdiri dari supermarket dan swalayan. Food industry adalah customer yang menggunakan produk
sayuran untuk dijual lagi tetapi diolah terlebih dahulu menjadi produk makanan. Industri terdiri dari hotel, restoran, dan kafe
horeka.
4.4.4 Faktor Persaingan Industri
Persaingan sayuran di Indonesia cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari cukup banyaknya pelaku dalam agribisnis sayuran saat
ini. Hal ini dapat menjadi pemicu tersendiri bagi setiap perusahaan untuk menjadi lebih baik dari pesaingnya. Strategi persaingan dari
setiap perusahaan berbeda-beda. Ada yang lebih mengutamakan untuk memberi harga yang lebih murah dibandingkan dengan
pesaing-pesaingnya meskipun mungkin kualitasnya di bawah pesaingnya. Ada juga perusahaan yang lebih mengutamakan kualitas
meskipun harga yang akan mereka tawarkan sangat mungkin untuk lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya. Namun ada juga
perusahaan yang lebih mementingkan layanan kepada customer dan juga relationship yang baik dengan pihak-pihak terkait. Semuanya ini
menjadi pilihan tersendiri bagi perusahan-perusahaan yang berkecimpung dalam agribisnis sayuran.
Beberapa kompetitor utama PT Saung Mirwan adalah CV Bimandiri, PT Lumbung Padi, dan Amazing Farm untuk customer
retail. Sedangkan untuk food industry yang menjadi kompetitor utama adalah PT Wiguna Makmur. Banyaknya pesaing ini menjadi
pemicu bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan kekuatan yang dimiliki.
4.4.5 Peranan Pemerintah
Pemerintah merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan kualitas daya saing suatu bangsa. Peranan pemerintah
tercermin melalui kebijakan, regulasi, maupun dukungan terhadap upaya-upaya pengembangan suatu bisnis.
Selama ini pengembangan hortikultura masih kurang maksimal karena pemerintah masih fokus dengan menggenjot
produksi beras. Namun, kini pemerintah akan mendorong pengembangan hortikultura dengan menggunakan varietas unggul.
Salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap bisnis dan perkembangan sayuran di Indonesia adalah dengan adanya mandat
yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian yang menyebutkan bahwa ada 323 produk hortikultura yang harus dikembangkan.
Pemerintah juga sedang mengundang investor agar masuk ke sektor hortikultura karena prospeknya makin cerah. Hal ini terlihat
dari meningkatnya impor sayuran yang berarti menunjukkan bahwa daya beli sayuran dalam negeri naik. Sinyal naiknya daya beli
masyarakat ini harus ditangkap dengan baik oleh para pelaku bisnis sayuran untuk meningkatkan produktivitas dan nilai dari produknya.
Selain itu juga harus ditangkap dengan baik oleh para investor. Saat ini sudah ada sejumlah investor yang tertarik masuk ke bidang
hortikultura, diantaranya PTPN IX dan X serta beberapa anggota Asosiasi Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia Asibsindo.
Pemerintah banyak membantu para petani kecil, khususnya Gapoktan Gabungan Kelompok Tani. Meskipun sarat akan muatan
politis, namun dampak positifnya tetap terasa. Bentuk dukungan lain pemerintah
terhadap industri
sayuran terlihat
dari tidak
diberlakukannya PPn untuk industri sayuran sejak dahulu. Namun, ada juga beberapa regulasi yang diterapkan oleh pemerintah yang
merugikan perusahaan yang berkecimpung dalam dunia bisnis sayuran. Untuk melakukan eskpor, biaya yang dibayarkan kepada
Badan Karantina Pertanian cukup tinggi, sehingga hal ini akan membuat perusahaan akan berpikir-pikir lagi untuk melakukan
ekspor. Saat ini, ekspor hortikultura Indonesia kalah bersaing dengan
negara lain dari sisi harga karena mahalnya biaya angkut. Tarif kargo Indonesia memang terhitung mahal, lebih mahal dibandingkan
perusahaan penerbangan asing www.tempo.co. Biaya regulated agent RA Rp 450 per kg dari sebelumnya hanya Rp 60 per kg
bertentangan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor produk pertanian www.jurnas.com.
Tingginya biaya distribusi juga disebabkan oleh kondisi infrastruktur jalan di Indonesia yang masih sangat perlu untuk
dibenahi. Kemacetan dan kerusakan jalan menyebabkan bahan bakar yang dibutuhkan oleh angkutan menjadi lebih banyak. Hal ini
berakibat pada
tingginya biaya
yang dikeluarkan
untuk pendistribusian dan pada akhirnya menyebabkan harga jual yang
ditetapkan oleh perusahaan pun menjadi naik. Buruknya kondisi infrastruktur di Indonesia ini menjadi tanggung jawab pemerintah
dan sudah semestinya untuk segera dibenahi.
4.4.6 Peranan Kesempatan
Salah satu bentuk peluang atau kesempatan yang bisa mengangkat
posisi daya
saing sayuran
Indonesia adalah
meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kesehatan. Hal tersebut sedikit demi sedikit akan mengubah pola hidup masyarakat.
Akan semakin banyak masyarakat yang mengkonsumsi sayuran sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan.
Kondisi tersebut semakin didukung oleh mutu dan standar sayuran yang juga kian membaik. Perbaikan mutu ini tidak hanya
mengacu pada pengelolaan kebun dan proses budidaya, tetapi juga dalam pengelolaan pascapanen, pengemasan, hingga sampai ke
konsumen. Perbaikan mutu ini diperkuat dengan sertifikasi internasional, seperti HACCP dan Prima. Model Berlian Porter dari
agribisnis sayuran di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Analisis daya saing agribisnis sayuran di Indonesia
Faktor Kondisi: 1.
Infrastruktur 2.
SDM 3.
Modal 4.
SDA dan lingkungan
Kondisi Permintaan: 1.
Jumlah Pembeli dan tingkat pertumbuhan
pembelian 2.
Preferensi konsumen
Industri terkait dan pendukung:
1. Pemasok
2. Petani mitra
Persaingan industri: 1.
Tingkat persaingan 2.
Strategi pesaing
Peran Pemerintah
Peran Kesempatan
4.5. Analisis Faktor Strategis Internal dan Eksternal PT Saung Mirwan 4.5.1 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Analisis terhadap kondisi lingkungan internal PT Saung Mirwan melalui aspek fungsional yang meliputi aspek keuangan,
pemasaran, operasional, dan sumberdaya manusia menghasilkan beberapa faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari PT
Saung Mirwan. Untuk mengevaluasi faktor-faktor internal, tersebut digunakan metode analisis Evaluasi Faktor Internal Internal Factors
Evaluation-IFE. Dalam metode analisis IFE, masing-masing faktor internal tersebut diberikan bobot dan peringkat. Pembobotan masing-
masing faktor tersebut diperoleh dengan teknik pairwise comparison perbandingan
berpasangan. Sedangkan
dalam menentukan
peringkat dari masing-masing faktor digunakan skala 1-5 berdasarkan tingkat pengaruh atau peran strategis faktor terhadap
daya saing PT Saung Mirwan. Hasil analisis IFE tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT Saung Mirwan
No. Faktor Kunci
Bobot Rating Skor
Kekuatan Strengths 1
Teknologi tepat guna 0.062
4 0.246
2 Brand produk Saung Mirwan bagus
0.080 3.634
0.292 3
Fasilitas peralatan cukup lengkap 0.075 4
0.301 4
Masa bisnis lebih lama 0.067
3.302 0.220
5 Mendapatkan bantuan dari
pemerintah Belanda dalam hal operasional
0.091 4
0.365 6
Mutu produk sudah mencapai kualitas ekspor
0.170 3.634
0.618 Kelemahan Weaknesses
1 Karyawan kurang inisiatif dan
sudah jenuh 0.127
2.520 0.319
2 Jenis produk berkurang
0.136 1.587
0.216 3
Harga jual lebih tinggi dari pesaing 0.192
1.260 0.242
TOTAL 1.000
2.820 Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa kekuatan
utama dari PT Saung Mirwan adalah mutu produk yang sudah mencapai kualitas ekspor dengan skor 0.618. Sedangkan yang
menjadi kelemahan utama adalah karyawan yang kurang inisiatif dan sudah mulai jenuh dengan skor sebesar 0.319. Total skor sebesar
2.820 menunjukkan bahwa PT Saung Mirwan sudah memiliki kondisi internal yang cukup kuat.
4.5.2 Identifikasi Peluang dan Ancaman
Analisis terhadap kondisi lingkungan eksternal PT Saung Mirwan meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis
menghasilkan beberapa faktor yang menjadi peluang dan ancaman. Faktor-faktor eksternal dianalisis dengan menggunakan metode
analisis Evaluasi Faktor Eksternal Eksternal Factors Evaluation- EFE. Hasil dari analisis EFE tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Identifikasi Peluang dan Ancaman PT Saung Mirwan
No. Faktor Kunci
Bobot Rating Skor
Peluang Opportunities 1
SDA tersedia 0.060
1.817 0.109
2 Pertumbuhan industri sayuran
positif 0.080
2.289 0.184
3 Tren gaya hidup konsumen pola
hidup sehat 0.180
3.634 0.653
4 Semakin banyaknya pesaing
0.176 3.302
0.581 Ancaman Threats
1 Serangan hama dan anomali iklim
0.243 3
0.728 2
Infrastruktur yang masih kurang baik di Indonesia
0.261 2.621
0.685 TOTAL
1.000 2.940
Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa faktor yang menjadi peluang utama bagi PT Saung Mirwan adalah tren gaya
hidup konsumen pola hidup sehat dengan skor 0.653. Sedangkan yang menjadi ancaman utama bagi PT Saung Mirwan adalah
serangan hama dan anomali iklim dengan skor 0.728. Total skor dari faktor-faktor eksternal adalah 2.940 yang berarti PT Saung
Mirwan sudah memiliki kemampuan yang baik dalam usahanya untuk merespon faktor-faktor eksternal dengan memanfaatkan
peluang dan menghindari atau menghadapi ancamantantangan yang ada.
4.6. Rumusan Strategi
Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal, yakni faktor kekuatan dan kelemahan serta identifikasi faktor eksternal, yakni
peluang dan ancaman, tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut. Matriks SWOT
digunakan dalam merumuskan strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan. Dengan menggunakan Matriks SWOT, strategi yang dihasilkan
terdiri dari strategi SO penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi WO memanfaatkan peluang untuk meminimalkan
kelemahan, strategi ST penggunaan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada dan strategi WT meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman dari lingkungan eksternal. Tabel 8 menunjukkan rumusan strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan.
Tabel 8. Matriks SWOT PT Saung Mirwan
KEKUATAN S
1. Teknologi tepat guna 2. Brand produk Saung
Mirwan bagus 3. Fasilitas peralatan
cukup lengkap 4. Masa bisnis lebih lama
5. Mendapatkan bantuan dari pemerintah
Belanda dalam hal operasional
6. Mutu produk sudah mencapai kualitas
ekspor
KELEMAHAN W
1. Karyawan kurang inisiatif dan sudah
jenuh 2. Jenis produk
berkurang 3. Harga jual lebih
tinggi dari pesaing
PELUANG O
1. SDA tersedia 2. Pertumbuhan industri
sayuran positif 3. Tren gaya hidup
konsumen pola hidup sehat
4. Semakin banyaknya pesaing
Strategi SO
Menyediakan produk sesuai demand S
1
, S
2
, S
3
, S
4
, S
5
, S
6
, O
1
, O
2
, O
3
, O
4
Strategi WO
1. Mengadakan
training dan gathering untuk
karyawan W
1
, W
2
, O
1
, O
2
, O
3
, O
4
2. Smart promotion
W
3
, O
2
, O
3
, O
4
ANCAMAN T
1. Serangan hama dan anomali iklim
2. Infrastruktur yang masih kurang baik di
Indonesia
Strategi ST
Melaksanakan produksi sesuai prosedur S
1
, S
3
, S
5
, T
1
Strategi WT
Strategi Efisiensi biaya W
3
, T
2
INTERNAL
EKSTERNAL
4.6.1 Strategi SO
Strategi SO merupakan strategi yang dirumuskan dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki PT Saung Mirwan untuk
memanfaatkan peluang-peluang yang ada seoptimal mungkin. Dengan menggunakan faktor kekuatan dan peluang yang telah
diperoleh dari analisis faktor strategis sebelumnya, maka rumusan strategi SO yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing PT
Saung Mirwan adalah menyediakan produk sesuai demand permintaan.
Menyediakan produk sesuai demand berarti menyediakan sayuran sesuai pesanan customer pelanggan, baik dari segi kualitas,
kuantitas, dan layanan. Kesesuaian dengan pesanan customer, dari kemasan, bentuk sayuran fresh-cut, whole, dsb., ketepatan waktu,
ketepatan jumlah, dan sebagainya.
4.6.2 Strategi WO
Strategi WO merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek yang muncul dari beberapa kelemahan pada PT
Saung Mirwan dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Strategi WO yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing
diantaranya adalah mengadakan training dan gathering untuk karyawan serta melakukan smart promotion.
Mengadakan training dan gathering untuk karyawan bertujuan untuk me-refresh kondisi karyawan agar kejenuhan hilang.
Gathering diadakan
dengan pemberian
motivasi ataupun
penyampaian kisah inspiratif juga kepemimpinan dari sosok yang disegani, baik dari pihak internal perusahaan maupun tokoh luar
perusahaan yang berkompeten. Selain itu juga diberikan pelatihan mengenai keterampilan terkait. Smart promotion adalah pemberian
edukasi kepada masyarakat mengenai sayuran dan pengolahannya sekaligus promosi produk perusahaan yang dilakukan bekerjasama
dengan pihak tertentu.
4.6.3. Strategi ST
Strategi ST adalah strategi yang digunakan untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan eksternal dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman serangan hama dan anomali iklim serta
infrastruktur yang masih kurang baik di Indonesia adalah dengan melaksanakan proses produksi sesuai prosedur. Pelaksanaan proses
produksi sesuai prosedur yang berlaku dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan dan kecacatan. Pelaksanaan proses produksi
sesuai prosedur juga dimaksudkan untuk menghindari serangan hama dan mengurangi dampak negatif dari ketidakstabilan perubahan
iklim.
4.6.4 Strategi WT
Strategi WT adalah strategi yang sifatnya defensif, dimana strategi yang dilakukan harus mampu meminimalisasi kerugian
akibat dari kelemahan yang dimiliki sekaligus bagaimana menghindari ancaman-ancaman yang mungkin datang. Strategi WT
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan adalah dengan melaksanakan efisiensi biaya. Cara untuk
melaksanakan efisiensi biaya tersebut adalah dengan meminimalisasi biaya yang dikeluarkan agar laba yang didapat meningkat, namun
tetap mengedepankan kualitas. Proses efisiensi biaya ini dapat diterapkan pada proses distribusi, proses pengemasan, dan juga pada
proses manajerial.
4.7. Perumusan Prioritas Strategi
Setelah mendapatkan 5 lima alternatif strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan berdasarkan analisis SWOT, selanjutnya pemilihan
prioritas strategi peningkatan daya saing dilakukan dengan menggunakan teknik ANP. Penentuan prioritas strategi merupakan pendapat gabungan
dari 3 responden ahli dari pihak perusahaan, yaitu Direktur Utama, Purchasing Manager, dan Kepala Bagian Kemitraan.
Indikator-indikator yang digunakan untuk menentukan prioritas strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan dapat diklasifikasikan
dalam tiga buah klaster, yaitu faktor, masalah, dan strategi. Klaster “faktor”
terdiri dari faktor sumberdaya alam SDA dan lingkungan, teknologi, jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan pembelian, serta petani mitra.
Klaster “masalah” terdiri dari karyawan kurang inisiatif dan sudah jenuh, jenis produk berkurang, harga lebih tinggi dari pesaing, serangan hama dan
anomali iklim, serta infrastruktur yang kurang baik. K laster “alternative”
terdiri dari menyediakan produk sesuai demand, mengadakan training dan gathering untuk karyawan, smart promotion, melaksanakan produksi sesuai
prosedur, serta efisiensi biaya. Gambar 15 memperlihatkan kerangka umum untuk analisis.
Gambar 15. Kerangka strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan
SDA dan
lingkungan
Teknologi
Jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan
pembelian
Petani mitra
Faktor
Mencari alternatif strategi peningkatan dayasaing PT Saung Mirwan
Tujuan
Masalah
Strategi Jenis
produk berku-
rang
Karyawan kurang
inisiatif dan sudah
jenuh
Harga lebih
tinggi Serangan
hama dan
anomali iklim
Infra- struktur
yang kurang
baik
Melaksa- nakan
produksi sesuai
prosedur Efisiensi
Biaya Menga-
dakan training
dan gathering
Menye- diakan
produk sesuai
demand Smart
promo- tion
Kerangka strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan selanjutnya diolah dengan menggunakan Software Superdecisions. Adapun
perubahan bentuk kerangka tersebut dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Kerangka strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan pada Software Superdecisions
Penentuan prioritas strategi dalam meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan dilakukan melalui pairwise comparison yang melibatkan
para pakar dari perusahaan. Data hasil pairwise comparison yang dilakukan oleh para pakar ini diolah dengan Software Superdecisions menghasilkan
prioritas-prioritas node alternatif untuk setiap klaster. Data hasil yang telah diolah menggunakan Software Superdecisions terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Analytic Network Process
No. Keterangan
Nilai
Faktor 1
SDA dan lingkungan 0.10713
2 Teknologi
0.22366 3
Jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan pembelian 0.30235
4 Petani mitra
0.36687
Masalah 1
Karyawan kurang inisiatif dan sudah jenuh 0.16222
2 Jenis produk berkurang
0.22826 3
Harga jual lebih tinggi dari pesaing 0.21641
4 Serangan hama dan anomali iklim
0.24966
5 Infrastruktur yang masih kurang baik di Indonesia
0.14345 Alternatif Strategi
1 Menyediakan produk sesuai demand
0.18357 2
Mengadakan training dan gathering untuk karyawan 0.21204
3 Smart promotion
0.17579 4
Melaksanakan produksi sesuai prosedur
0.22169
5 Efisiensi biaya
0.20692
4.7.1 Prioritas Klaster Faktor
Hasil pada klaster faktor menunjukkan bahwa faktor petani mitra merupakan faktor yang paling penting dalam rangka
peningkatan daya saing oleh PT Saung Mirwan. Saat ini, PT Saung Mirwan sudah memiliki banyak petani mitra yang sangat membantu
perusahaan dalam pemenuhan pesanan customer. Bahkan sebagian besar sumber pasokan sayuran berasal dari kemitraan, yaitu sebesar
60. Sisanya sebesar 20 berasal dari „pembelian terputus‟, yaitu pembelian dari pengepul, pasar, maupun petani non-mitra yang
bersifat insidental. Sisanya lagi sebesar 20 berasal dari produksi perusahaan sendiri untuk beberapa jenis sayuran, seperti edamame
dan beef tomato. Selain itu, faktor jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan
pembelian, faktor teknologi, serta faktor SDA dan lingkungan juga merupakan faktor yang penting. Hal ini sangat wajar melihat semakin
meningkatnya konsumsi sayuran oleh masyarakat Indonesia sehingga akan berakibat pula pada semakin ketatnya persaingan dalam dunia
bisnis sayuran. Oleh sebab itu, pihak PT Saung Mirwan harus cermat dan teliti dalam mengelola SDA dan keadaan lingkungan dengan
menggunakan teknologi yang tepat.
Gambar 17. Prioritas klaster faktor
0,10713 0,22366
0,30235 0,36687
0,2 0,4
0,6 0,8
1 SDA dan lingkungan
Teknologi Jumlah pembeli dan tingkat
pertumbuhan pembelian Petani mitra
4.7.2 Prioritas Klaster Masalah
Hasil pada klaster masalah menunjukkan bahwa serangan hama dan anomali iklim merupakan masalah utama yang dianggap
paling penting. Serangan hama dan anomali iklim sangat berkaitan dalam hal
budidaya yang pada akhirnya berimbas pada hasil produksi. Serangan hama dan anomali iklim yang tidak dapat ditangani dengan baik akan
berakibat pada buruknya hasil yang didapat. Akan ada banyak produk yang cacat dan dibuang sehingga akan menurunkan penjualan.
Gambar 18. Prioritas klaster masalah
4.7.3 Prioritas Klaster Alternative
Gambar 19. Prioritas klaster alternative
0,16222 0,22826
0,21641 0,24966
0,14345
0,1 0,2
0,3 0,4
Karyawan kurang inisiatif dan sudah jenuh
Jenis produk berkurang Harga jual lebih tinggi dari pesaing
Serangan hama dan anomali iklim Infrastruktur yang masih kurang baik di
Indonesia
0,18357 0,21204
0,17579 0,22169
0,20692
0,1 0,2
0,3 0,4
Menyediakan produk sesuai demand Mengadakan training dan gathering
untuk karyawan Smart promotion
Melaksanakan produksi sesuai prosedur Efisiensi biaya
Hasil pada klaster alternative menunjukkan bahwa alternatif strategi yang prioritasnya paling tinggi untuk dilakukan adalah
strategi melaksanakan produksi sesuai prosedur Gambar 19. Hal ini menunjukkan bahwa strategi melaksanakan produksi sesuai prosedur
dipercaya mampu meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan. Meskipun begitu, strategi mengadakan training dan gathering bagi
karyawan dapat menjadi secondary strategy yang dapat mendukung secara simultan dengan strategi melaksanakan produksi sesuai
prosedur. Strategi efisiensi biaya merupakan strategi dengan prioritas
berikutnya disusul dengan strategi menyediakan produk sesuai demand. Strategi selanjutnya adalah melakukan smart promotion.
Meskipun prioritasnya paling kecil dibandingkan dengan alternatif strategi yang lain, namun strategi ini tetap merupakan strategi yang
penting.
4.8. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil analisis SWOT, didapatkan 5 lima alternatif strategi yang dapat diimplementasikan oleh PT Saung Mirwan untuk dapat
meningkatkan daya saing perusahaan. Strategi melaksanakan produksi sesuai prosedur merupakan strategi yang dapat diimplementasikan oleh
perusahaan. Dengan terlaksananya produksi sesuai prosedur akan dapat mengurangi atau bahkan menghindari kerusakan dan kecacatan yang
disebabkan oleh serangan hama dan juga iklim yang berubah-ubah. Sehingga pada akhirnya akan berdampak positif pada terhindarnya
pengeluaran biaya karena kegagalan proses danatau karena produk dibuang.
Strategi lain yang dapat diimplementasikan adalah dengan mengadakan training dan gathering bagi karyawan. Dengan adanya
gathering bagi karyawan, akan me-refresh kembali semangat dan motivasi dari karyawan. Karena semangat dan motivasi yang tinggi akan berbanding
lurus dengan produktivitas karyawan. Dan dengan produktivitas karyawan yang tinggi akan berdampak positif pada produktivitas perusahaan.
Pemberian training dimaksudkan untuk karyawan yang pekerjaannya membutuhkan skill tertentu. Terlebih jika pekerjaannya menyangkut
pengoperasian teknologi yang terus menerus berkembang. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah pemberian training bagi karyawan dan para
petani yang berada di bidang budidaya atau produksi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan mereka bekerja sesuai prosedur.
Efisiensi biaya
merupakan strategi
lain yang
dapat diimplementasikan. Strategi efisiensi biaya harus dimulai dengan
meminimalisir biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan produksi dan operasional. Tingginya biaya yang dikeluarkan oleh PT Saung
Mirwan disebabkan oleh adanya teknologi, yaitu mesin dan alat, yang membutuhkan biaya pemeliharaan dan overhead yang cukup tinggi.
Meskipun teknologi merupakan hal yang penting dalam kelangsungan bisnis ini, namun biaya pemeliharaannya pun harus ditekan seminimal dan
seefisien mungkin agar biaya total yang dikeluarkan pun menjadi lebih efisien.
Strategi menyediakan produk sesuai demand menjadi alternatif strategi selanjutnya. Menyediakan produk sesuai demand berarti
menyediakan sayuran sesuai pesanan customer, baik dari segi kualitas, kuantitas, layanan, tepat waktu, dan sebagainya. Dengan selalu
menyediakan produk sesuai demand, maka akan menjaga hubungan yang baik dengan para customer. Hubungan yang baik ini selaras dengan
tumbuhnya kepercayaan yang tinggi dari para customer terhadap perusahaan. Dan hal ini dapat menjadi nilai tambah yang nantinya akan
membuat posisi PT Saung Mirwan menjadi lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain, di mata customer tersebut.
Strategi selanjutnya yang dapat diimplementasikan adalah melakukan smart promotion. Smart promotion dilakukan dengan cara
bekerjasama dengan horeka hotel, restoran, kafe untuk mengadakan program edukasi, baik dalam bentuk demo masak maupun dalam bentuk
pelatihan atau seminar mengenai sayuran dan pengolahannya. Hal ini selain dimaksudkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
sayuran, juga untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai keunggulan yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan. Harga jual dari produk PT Saung
Mirwan memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan para pesaingnya, namun harga ini berbanding lurus dengan kualitas dari produk. Teknologi
dan proses yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan lebih baik dan lebih terjamin mutunya dibandingkan dengan beberapa perusahaan lain. Hal ini
dikarenakan PT Saung Mirwan sudah menerapkan sistem HACCP dari proses budidaya, post-harvest handling, processing, hingga sampai ke
consumer sehingga mutu produknya terjamin.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dalan rangka mencari strategi peningkatan daya saing PT Saung Mirwan, dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing agribisnis sayuran
adalah faktor kondisi, faktor permintaan, industri terkait dan industri pendukung, persaingan industri, serta pemerintah. Yang paling
berpengaruh adalah sumberdaya alam dan lingkungan, teknologi, jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan pembelian, serta petani mitra, yang
masing-masing bernilai 4,00. Sementara atribut yang memiliki pengaruh paling rendah adalah strategi pesaing yang bernilai 3,00.
b. Kekuatan utama dari PT Saung Mirwan adalah mutu produk yang sudah
mencapai kualitas ekspor dengan skor 0,618. Sedangkan kelemahan utama dari PT Saung Mirwan adalah karyawan yang kurang inisiatif dan
sudah mulai jenuh dengan skor sebesar 0,319. Total skor sebesar 2,820 menunjukkan bahwa PT Saung Mirwan sudah memiliki kondisi internal
yang cukup kuat. Faktor yang menjadi peluang utama bagi PT Saung Mirwan adalah tren gaya hidup konsumen pola hidup sehat dengan skor
0,653. Sedangkan yang menjadi ancaman utama bagi PT Saung Mirwan adalah serangan hama dan anomali iklim dengan skor 0,728. Total skor
dari faktor-faktor eksternal adalah 2,940 yang berarti PT Saung Mirwan sudah memiliki kemampuan yang baik dalam usahanya untuk merespon
faktor-faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang dan menghindari atau menghadapi ancamantantangan yang ada.
c. Rumusan strategi yang dihasilkan dari Matriks SWOT dengan melihat
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, didapat lima alternatif strategi peningkatan daya saing, yaitu menyediakan produk sesuai
demand, mengadakan training dan gathering untuk karyawan, smart promotion, melaksanakan produksi sesuai prosedur, dan efisiensi biaya.
d. Alternatif strategi yang prioritasnya paling tinggi untuk dipilih adalah
strategi melaksanakan produksi sesuai prosedur untuk peningkatan daya saing PT Saung Mirwan. Strategi ini memiliki bobot normal 0,22169.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil analisis yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Dalam mengambil keputusan strategis, pihak manajemen PT Saung
Mirwan sebaiknya memperhatikan semua aspek, baik aspek internal maupun aspek eksternal. Aspek internal yang perlu diperhatikan, misalnya
kondisi finansial dan sumberdaya manusia karyawan. Untuk aspek eksternal yang perlu diperhatikan misalnya adalah tren konsumsi
masyarakat dan serangan hama serta anomali iklim. b.
Diperlukan suatu revised research penelitian lanjutan agar PT Saung Mirwan secara berkelanjutan mampu meningkatkan daya saing dalam
situasi dan kondisi apapun. Penelitian lanjutan ini dapat difokuskan pada bidang pemasaran maupun pada bidang manajemen mutu.
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya. 2006. Analytic Network Process: Pendekatan Baru dalam Penelitian Kualitatif. Bahan Lecture Series Metodologi Penelitian Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan. Jakarta: Bank Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010.
http:www.bps.go.idtab_subview.php?tabel=1daftar=1id_subyek=55 notab=20. [25 Januari 2012]
Berita Satu. 2011. Pemerintah Ajak Investor Masuk Sektor Hortikultura. http:www.beritasatu.commakro30125-pemerintah-ajak-investor-masuk-
sektor-hortikultura.html. [08 Februari 2012] David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi 10 Terjemahan. Budi,
Ichsan Setiyo, penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten. 2011. GEMA Sayuran Untuk
Tingkatkan Konsumsi Sayuran. http:www.distanak.bantenprov.go.id berita-137-gema-sayuran-untuk-tingkatkan-konsumsi-sayuran-.html.
[08 Februari 2012]
Hasan, Ali. 2009. Marketing. Yogyakarta: Media Pressindo. Jurnal Nasional. 2011. Eksportir Sayuran dan Buah Keluhkan Pemberlakukan
Tarif Kargo. http:www.jurnas.comnews47314Eksportir_Sayuran_dan_ Buah_Keluhkan_Pemberlakukan_Tarif_Kargo8EkonomiEkonomi. [29
Maret 2012]
Kementerian Perdagangan Indonesia. 2011. Nilai Ekspor Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010. http:www.kemendag.go.idstatistik_perkembangan_
ekspor_nonmigas_sektor. [25 Januari 2012] Komadin. 2008. Strategi Peningkatan Investasi Kabupaten Indramayu. Tesis pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lamadlauw, Meidina Trijadi. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Agroindustri Di Kabupaten Bogor. Tesis pada Departemen
Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulyadi dan Setiawan, J. 2001. Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Nurunisa, Venty F. 2011. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia. Skripsi pada Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Porter, Michael
E. 1994.
Keunggulan Bersaing:
Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara. Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: The
Free Pass. Prayugo, Surip. 2010. Analisis Rantai Nilai Ayam Ras Pedaging Untuk
Meningkatkan Daya Saing Studi Kasus di PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. Tesis pada Program Magister Manajemen dan Bisnis
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Republika. 2011. Masih Rendah Tingkat Konsumsi Sayuran di Indonesia.
http:republika.co.idberitanasionalumum110930lsc2q1-masih- rendah-tingkat-konsumsi-sayuran-di-indonesia. [08 Februari 2012]
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Supari, Dh. 2001. Manajemen Produksi dan Operasi Agribisnis Hortikultura.
Jakarta: Elex Media Komputindo. Susilo, Joko. 2008. Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah Ummah
Dengan Pendekatan Analytic Network Process. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Suswono, dkk. 2010. Strategi Peningkatan Daya Saing Perum BULOG. Jakarta. Tempo. 2011. Pemerintah Minta Diskon Angkutan Sayur dan Buah.
http:www.tempo.coreadnews20111125090368442Pemerintah- Minta-Diskon-Angkutan-Sayur-dan-Buah. [29 Maret 2012]
Vollman, Thomas E, et al. 2005. Manufacturing Planning and Control For Supply Chain Management. New York: McGraww-HillIrwin.
Wheelen, Thomas L. dan Hunger, J. David. 2004. Strategic Management and Business Policy, Ninth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PT SAUNG MIRWAN DENGAN PENDEKATAN
ANALYTIC NETWORK PROCESS ANP
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………………………..
Jabatan : …………………………………..
Lama Bekerja : …………………………………..
No. Telp : …………………………………..
Email : …………………………………..
Oleh: Yuti Arlan
H24080013
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2012
Lanjutan Lampiran 1 I.
Pengantar
Narasumber Yth.
Nama saya Yuti Arlan, mahasiswa S1 Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang sedang mengadakan
penelitian tentang STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PT SAUNG MIRWAN DENGAN PENDEKATAN
ANALYTIC NETWORK PROCESS ANP
di bawah bimbingan Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Alim Setiawan, S.TP, M.Si
. Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang sedang saya selesaikan. Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon
kesediaan waktu BapakIbu untuk mengisi kuesioner ini. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk
kepentingan akademis. Atas kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
II. Petunjuk Umum
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu
secara tuntas, untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban. 3.
Jawaban merupakan pendapat pribadi masing-masing responden, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dengan
responden lain.
III. Contact Person
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Yuti Arlan NRP H24080013, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, dengan nomor handphone 08561852956.