dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki daya saing yang tingkat persaingannya rendah.
3 Strategi Perusahaan
Dalam menjalankan suatu usaha, baik perusahaan berskala besar maupun perusahaan berskala kecil, dengan
berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dalam lingkup
yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi
pengembangan usaha. Penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan semua
faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.
e. Peran Pemerintah
Peran pemerintah
sebenarnya tidak
berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi
berpengaruh pada faktor-faktor penentu daya saing global. Daya saing global akan dipengaruhi secara langsung oleh perusahaan-
perusahaan yang berada dalam industri tersebut. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong
perusahaan-perusahaan dalam
industri agar
senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan daya saingnya.
Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya,
seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi.
Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan daya saing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah
tenaga kerja minimum dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik
baik secara langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya, maupun secara langsung melalui perannya
sebagi pembeli barang dan jasa. Kebijakan penetapan bea keluar dan bea masuk, tarif pajak, dan lain-lainnya juga menunjukkan
terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan daya saing global.
Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing melalui kebijakan yang melemahkan faktor penentu daya saing
industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan daya saing global. Peran pemerintah adalah
memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu daya saing, sehingga perusahaan-
perusahaan yang
berada dalam
industri mampu
mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara efektif dan efisien.
f. Peran Kesempatan
Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan dan pemerintah, tetapi dapat meningkatkan
daya saing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang mampu meningkatkan naiknya daya saing global industri
nasional adalah penemuan baru murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut misalnya terjadi perubahan harga minyak atau
depresiasi mata uang, peningkatan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik
yang diambil oleh negara lain, serta berbagai faktor kesempatan lainnya.
2. Analisis SWOT
Dalam kajian ini, pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis daya saing adalah dengan
menggunakan analisis SWOT strength – weakness – opportunity
– threat. Penentuan komponen SWOT dieliminir dari faktor- faktor daya saing berdasarkan hasil wawancara dan brainstorming
dengan responden. Analisis SWOT terdiri atas analisis kondisi internal dilakukan dengan melakukan mengidentifikasi kekuatan-
kekuatan strengths dan kelemahan-kelemahan weaknesses perusahaan. Sedangkan analisis kondisi eksternal adalah
mengidentifikasi peluang-peluang opportunities dan ancaman- ancaman threats yang terkait daya saing agribisnis sayuran.
Dari analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dihasilkan empat jenis strategi, yakni strategi SO, ST, WO, dan
WT. Strategi SO merupakan gabungan antara kekuatan dan peluang, memanfaatkan kekuatan internal dari perusahaan untuk
menarik keuntungan dari peluang eksternal, dikenal juga sebagai strategi agresif. Strategi ST merupakan gabungan kekuatan dan
ancaman, menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal, dinamakan juga dengan
strategi diversifikasi. Strategi WO merupakan gabungan antara kelemahan dan peluang, memperbaiki kelemahan perusahaan
dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal, dinamakan strategi orientasi putar balik. Strategi WT merupakan
gabungan antara kelemahan dan ancaman, mengurangi kelemahan perusahaan serta menghindari ancaman eksternal, disebut sebagai
strategi defensif. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyusun Matriks SWOT:
a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan.
b. Tentukan faktor-faktor peluang dan ancaman eksternal
perusahaan.
c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman strategis perusahaan.
d. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan SO Strategy.
e. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan ST Strategy.
f. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan WO Strategy.
g. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan WT Strategy. 3.
Analytic Network Process ANP
Metode ANP digunakan untuk merumuskan strategi demi meningkatkan
daya saing
dengan memerhatikan
tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster. Adapun tahapan yang
dilakukan dalam ANP adalah: a.
Pembuatan Konstruksi Model Langkah pertama adalah membuat model yang akan
dievaluasi dan menentukan satu set lengkap jaringan kelompok komponen dan elemen-elemen yang relevan dengan tiap
kriteria kontrol. Selanjutnya untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua elemen di tiap kelompok dan
hubungkan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan dari luar dan dari dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan
adanya aliran pengaruh antar elemen. Anak panah yang menghubungkan suatu kelompok dengan kelompok yang lain
menunjukkan pengaruh elemen suatu kelompok terhadap elemen kelompok yang lain. Selain itu, kelompok dari elemen memiliki
loop di dalam diri mereka sendiri jika elemen-elemennya saling bergantung satu sama lain. Hubungan saling ketergantungan
antar kriteria dapat ditentukan dengan membuat check list seperti Tabel 2. di bawah ini dan selanjutnya meminta para
pakarahli untuk mengisi check list tersebut. Tabel 2. Check List Hubungan Saling Ketergantungan Antar
Kriteria
A
1
A
2
... A
n
A
1
a
11
a
12
… a
1n
A
2
a
21
a
22
… a
2n
: :
: …
: A
m
a
m1
a
m2
… a
mn
Selanjutnya hasil kuesioner dari beberapa responden digabung untuk menentukan ada tidaknya hubungan saling
ketergantungan antar kriteria tersebut dengan menggunakan rumus berikut:
Q = N 2 .............................. 1.1
Jika V
ij
Q, maka ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria
V
ij
Q, maka tidak
ada hubungan
saling ketergantungan antar kriteria
dimana: N = Jumlah responden atau pengambil keputusan Q = Nilai tengah dari jumlah responden atau
pengambil keputusan V
ij
= Jumlah responden yang memilih adanya hubungan saling ketergantungan antar kriteria
pada sel yang menghubungkan baris i dengan kolom j.
b. Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan antar
KelompokElemen Pada tahap kedua ini, dipilih kelompok dan elemen-
elemen yang akan dibandingkan sesuai dengan kriteria kontrol apakah mereka mempengaruhi kelompok dan elemen lain yang
berkaitan dengan kriteria kontrol atau dipengaruhi oleh kelompok dan elemen lainnya?. Pergunakan jenis pertanyaan
yang sama untuk membandingkan elemen dalam kelompok, yang berkaitan dengan elemen spesifik dalam suatu kelompok
kriteria kontrol; pasangan elemen mana yang berpengaruh lebih besar? Pergunakan jenis pertanyaan yang sama untuk
membandingkan kelompok.
Kemudian, gunakan
skala perbandingan fundamental pada Tabel 3, lakukan perbandingan
berpasangan berikut matriks antara kelompokelemen untuk menurunkan eigen vector dan untuk membentuk supermatriks.
Tabel 3. Skala Perbandingan Fundamental Intensitas
Kepentingan Definisi
Keterangan 1
Sama Penting
Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya
3 Sedikit
Lebih Penting
Pengalaman dan penilaian sedikit lebih baik dari yang lain
5 Lebih
Penting Pengalaman dan penilaian lebih kuat
dari yang lain
7 Sangat
Lebih Penting
Kegiatan sangat disukai dan dominan dibanding yang lain
9 Mutlak
Lebih Penting
Yang satu lebih penting dari yang lain dan berada pada posisi tertinggi
2, 4, 6, 8 Nilai
tengahan Dipakai untuk mengkompromikan
nilai-nilai di antara nilai di atas Perbandingan berpasangan yang dilakukan adalah
sebagai berikut: 1
Perbandingan Kelompok Melakukan
perbandingan berpasangan
pada kelompok yang mempengaruhi masing-masing kelompok
yang saling terhubung, yang berkaitan dengan kriteria kontrol yang diberikan. Bobot yang diperoleh dari proses ini
akan digunakan untuk memberikan bobot pada elemen- elemen yang sesuai dengan kolom blok dari supermatriks.
Tetapkan nol bila tidak ada pengaruh. 2
Perbandingan Elemen Melakukan perbandingan berpasangan pada elemen-
elemen dalam kelompok mereka sendiri berdasarkan pengaruh mereka pada setiap elemen dalam kelompok lain
yang saling terhubung atau elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri.
3 Perbandingan untuk Alternatif
Membandingkan semua alternatif yang berkaitan dengan masing-masing elemen di dalam komponen.
Perbandingan berpasangan dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan, dengan nilai a
ij
merepresentasikan nilai kepentingan relatif dari elemen pada baris i terhadap elemen pada kolom j; misalkan a
ij =
w
i
w
j.
Jika ada n elemen yang dibandingkan, maka matriks perbandingan A didefinisikan sebagai :
Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas w dihitung dengan
rumus:
A
w =
λ
max
w
.................................... 1.2
dimana
λ
max adalah eigen value terbesar pada matriks A dan w adalah eigen vector.
Indeks KonsistensiConsistency Index CI dan Consistency Ratio CR dari matriks perbandingan
berpasangan dapat dihitung dengan rumus :
............................ 1.3
Jika CI 0,1 maka penilaian dianggap konsisten. c.
Pembuatan Supermatriks Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner
masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster
diturunkan menjadi suatu supermatriks. Jika diasumsikan suatu sistem memiliki N cluster dimana elemen-elemen dalam tiap
cluster saling berinteraksi atau memiliki pengaruh terhadap
beberapa atau seluruh cluster yang ada. Jika cluster dinotasikan dengan Ch,
dimana h = 1, 2, …, N, dengan elemen sebanyak nh yang dinotasikan dengan eh
1
, eh
2
, …, eh
nh
. Pengaruh dari satu set elemen dalam suatu cluster pada elemen yang lain dalam
suatu sistem dapat direpresentasikan melalui vektor prioritas berskala rasio yang diambil dari perbandingan berpasangan
pairwise comparison yang membentuk matriks W yang berukuran hxh. Misalkan apabila C
i
dibandingkan dengan C
j
, maka a
ij
merupakan nilai matriks pendapat berpasangan yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan C
i
terhadap C
j
. Sedangkan nilai untuk w
ji
= 1w
ij
yaitu nilai kebalikan dari nilai matriks w
ij
. Untuk i = j menunjukkan nilai matriks w
ij
= w
ji
= 1, perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1.
Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat
digambarkan mengikuti supermatriks pada Gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7. Supermatriks dari hierarki Saaty dalam Nugroho, 2008
Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector yang menunjukkan kepentingan dari elemen pada komponen ke-
i dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada
elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak
digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang
menghasilkan nilai kepentingan bukan nol Saaty dalam Nugroho, 2008.
Ketika level paling bawahdasar mempengaruhi level paling atas dari suatu hierarki, bentuk jaringan holarki terbentuk.
Supermatriksnya akan seperti pada Gambar 9. Perhatikan bahwa komponen pada baris terakhir dan kolom dari supermatriks pada
Gambar 8 adalah matriks identitas I yang sesuai dengan adanya loop pada level dasar dari hierarki. Hal ini merupakan aspek
„necessary‟ dari suatu hierarki dipandang dari konteks supermatriks. Sementara itu, komponen dari baris pertama
kolom terakhir suatu holarki pada Gambar 10 adalah tidak nol, yang menunjukkan bahwa level paling atas tergantung kepada
level yang paling bawah. Secara umum, ketika ada pengaruh feedback, supermatriksnya terbentuk dengan menata semua
cluster dan semua elemen dalam setiap cluster secara vertikal di kiri dan secara horisontal di atas, seperti pada Gambar 11
Ascarya dalam Susilo, 2008.
Gambar 8. Supermatriks hierarki Ascarya dalam Susilo, 2008
Gambar 9. Supermatriks holarki Ascarya dalam Susilo, 2008
Gambar 10. Supermatriks dari jaringan Ascarya dalam Susilo, 2008
Gambar 11. Komponen supermatriks dari jaringan Ascarya dalam Susilo, 2008
Dimana i dan j menunjukkan cluster yang dipengaruhi dan mempengaruhi, dan n adalah elemen dari cluster yang
bersangkutan. Komponen dari sub-matriks dalam W
ij
adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari pembandingan
pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada
cluster yang lain outer dependence atau elemen-elemen dalam cluster yang sama inner dependence. Hasilnya yang berupa
unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan
angka satu unity untuk mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk membobot elemen-
elemen pada blok-blok kolom cluster yang sesuai dari supermatriks, yang akan menghasilkan weighted supermatrix
yang juga stokastik. Sifat stokastik diperlukan dengan alasan- alasan yang akan dijelaskan di bawah ini.
Karena suatu elemen dapat mempengaruhi elemen kedua secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya
pada elemen ketiga dan kemudian dengan pengaruh dari elemen ketiga pada elemen kedua, setiap kemungkinan dari elemen
ketiga harus diperhitungkan. Hal ini tertangkap dengan mengalikan matriks terbobot pangkat dua.
Namun, elemen ketiga juga mempengaruhi elemen keempat, yang selanjutnya mempengaruhi elemen kedua.
Pengaruh-pengaruh ini bisa diperoleh dari pangkat tiga weighted
supermatrix. Selama
proses berjalan
secara berkesinambungan, akan didapatkan deret tak terbatas dari
matriks pengaruh yang dinyatakan dengan W
k
, k = 1 , 2,…
Menurut Ascarya 2006, dalam ANP terdapat tiga jenis supermatriks: 1 unweighted supermatrix yang asli dari eigen
vector-eigen vector
kolom diperoleh
dari matriks
pembandingan pasangan dari elemen-elemen; 2 weighted supermatrix dimana setiap blok dari eigen vector kolom dari
suatu cluster dibobot dengan prioritas dari pengaruh dari cluster tersebut, yang membuat weighted supermatrix kolom stokastik;
dan 3 limiting supermatrix diperoleh dengan memangkatkan weighted supermatrix dengan pangkat yang besar. Hasil dari
pengolahan ANP dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Saung Mirwan adalah perusahaan agribisnis yang memproduksi berbagai sayuran hidroponik maupun konvensional. Komoditi yang
diproduksi diantaranya adalah paprika, tomat recento, timun jepang, berbagai jenis sayuran daun, berbagai jenis lettuce, dan masih banyak
komoditi lain yang dapat disediakan. PT Saung Mirwan juga mempunyai unit kerja processing sayuran siap olah. Produk ini diantaranya adalah
lettuce, daun bawang, bawang bombay, seledri, dan lain-lain. PT Saung Mirwan didirikan pada tahun 1983 terletak di Desa
Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor dengan ketinggian 670m dpl. Pada awalnya, perusahaan memulai usahanya
dengan menanam melon di atas lahan terbuka. Pada tahun 1985 mulai dikembangkan usahanya dengan menanam bawang putih seluas 7 ha di
daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur dan memperkerjakan karyawan sebanyak 100 orang. Karena banyak petani lain yang juga membudidayakan
bawang putih, usaha tersebut kurang memberikan keuntungan sehingga kemudian diputuskan untuk mengembalikan usahanya di sekitar Desa
Sukamanah dengan mencoba usaha tanaman di dalam green house, menggunakan sistem tetes irigasi. Hasil percobaan awal yang menunjukkan
hasil sangat memuaskan membuat perusahaan memperbesar usaha ini dengan jenis tanaman melon, paprika, tomat, kyuuri dan shisito.
Banyaknya relasi dan kedekatan direktur perusahaan dengan pakar pertanian di negeri Belanda yang unggul dengan produk-produk
pertaniannya, memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan, untuk memberikan konsultasi atas berbagai hal mulai dari masalah teknologi,
informasi pasar, koperasi, dan juga kemitraan. Pada tahun 1992, PT Saung Mirwan melakukan diversifikasi dengan mengadakan percobaan untuk
memproduksi stek krisan yang sudah berakar, yang kemudian dilanjutkan dengan percobaan produksi bunga pot dan potong. Karena tuntutan pasar
akan kebutuhan sayur, maka PT Saung Mirwan secara tidak langsung harus