Strategi Peningkatan Daya Saing PT Saung Mirwan dengan Pendekatan Analytic Network Process (ANP)

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi alam yang mendukung, hamparan lahan yang luas, keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis dimana sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun. Realita sumberdaya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara yang makmur, tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya. Meskipun belum terpenuhi, pertanian menjadi salah satu sektor riil yang memiliki peran sangat nyata dalam membantu penghasilan devisa negara. Di antaranya adalah hasil pertanian sayur, yang merupakan salah satu produk dari sub sektor pertanian, yaitu hortikultura. Sayuran merupakan produk yang sudah banyak diekspor ke luar negeri. Dengan diekspornya sayuran, secara tidak langsung berpengaruh pada penghasilan devisa negara, penyumbang dalam pertumbuhan dan peningkatan perekonomian negara.

Gambar 1. Produksi sayuran di Indonesia tahun 2006-2010 (www.bps.go.id, 2012)


(2)

Gambar 2. Nilai ekspor sayuran di Indonesia tahun 2006-2010 (www.kemendag.go.id, 2012)

Potensi sayuran yang cukup besar tersebut disadari oleh para pelaku usaha, sehingga saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis sayuran. Dengan semakin banyaknya para pelaku usaha dalam bidang ini mengakibatkan persaingan semakin ketat.

Paradigma yang berkembang saat ini adalah menentukan sektor usaha yang lebih menitikberatkan pada pemenuhan tuntutan konsumen atau memberikan pelayanan prima kepada konsumen. Paradigma tersebut mengubah cara pandang perusahaan dalam hal pengadaan produk di pasar, yaitu yang awalnya produsen aktif menawarkan produknya ke pasar (push system), selanjutnya berubah menjadi produsen yang harus lebih berfokus dalam memenuhi tuntutan dan kepuasan pasar (pull system). Perubahan paradigma tersebut menimbulkan permasalahan baru dalam bisnis, terutama berkaitan dengan upaya perusahaan dalam meningkatkan keunggulan kompetitif dan efisiensinya yang berfokus pada pelayanan kepada konsumen (Nugroho, 2004).

PT Saung Mirwan adalah perusahaan yang bertugas untuk mengolah sayuran dari petani sebelum sayuran dikirim ke pelanggan. Dalam pengolahan sayuran tersebut meliputi kegiatan sortasi, pemotongan, pengemasan dan pengepakan, serta pengiriman. PT Saung Mirwan


(3)

merupakan perusahaan yang telah lama bergerak dalam usaha sayuran. Namun, kini telah banyak bermunculan pesaing yang menawarkan harga lebih murah. Seperti perusahaan lain pada umumnya yang selalu berusaha untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya, PT Saung Mirwan juga perlu dengan cermat merumuskan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif agribisnis sayuran, serta merumuskan strategi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi keunggulan kompetitif pada agribisnis sayuran?

2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing PT Saung Mirwan?

3. Bagaimana rumusan strategi peningkatan daya saing berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan? 4. Apakah prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung

Mirwan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan keunggulan kompetitif agribisnis sayuran.

2. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing PT Saung Mirwan.

3. Merumuskan strategi berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan.

4. Membuat prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan.


(4)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian di bidang yang sama ataupun penelitian lanjutan.

2. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan di bidang manajemen strategi, khususnya mengenai perumusan strategi serta melatih kemampuan menulis untuk mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapatkan saat perkuliahan.

3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT Saung Mirwan dalam menerapkan strategi peningkatan daya saing.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada lingkup bahasan yang berfokus pada pengkajian keunggulan kompetitif dalam agribisnis sayuran. Penelitian ini juga berusaha untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal mencakup faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan analisis lingkungan eksternal mencakup peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup manajemen strategi, khususnya mengenai perumusan strategi.


(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Strategi

Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya (David, 2006).

Menurut Siagian (2008), manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai „kiat yang digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan suatu peperangan‟.

Manajemen strategik menurut Wheelen dan Hunger (2004) adalah penekanan pada pengambilan keputusan strategis. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang organisasi secara keseluruhan.

2.2. Keunggulan Kompetitif

Menurut Mulyadi dan Setiawan (2001), dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, daya saing perusahaan dapat dibangun jika perusahaan memiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan pesaing.

Keunggulan bersaing (competitive advantage) merupakan proses dinamis, karenanya harus dilakukan berkesinambungan. Untuk itu perlu

barrier agar sulit ditiru. Competitive advantage menggambarkan bahwa suatu perusahaan dapat bertindak lebih baik dibandingkan perusahaan lain walaupun mereka bergerak di lingkungan industri yang sama (Hasan, 2009).

David (2006) mengatakan bahwa keunggulan kompetitif dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan sangat baik oleh sebuah perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Ketika sebuah


(6)

perusahaan dapat melakukan sesuatu dan perusahaan lainnya tidak dapat, atau memiliki sesuatu yang diinginkan pesaingnya, hal tersebut menggambarkan keunggulan kompetitif. Memiliki dan menjaga keunggulan kompetitif sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang dari suatu organisasi.

Keunggulan kompetitif merupakan posisi yang terus berlaku untuk lebih superior dari para pesaing, yaitu dalam konteks lebih disukai oleh konsumen. Keunggulan kompetitif tidak dapat dipahami hanya dengan melihat perusahaan sebagai suatu bagian, tetapi juga harus dilihat dari segala aktivitas perusahaan, yaitu dalam perancangan, proses produksi, pemasaran, dan kegiatan lain yang berperan sebagai pendukung produknya. Aktivitas tersebutlah yang memberikan peran bagi perusahaan dalam memperoleh efisiensi dan diferensiasi dengan pesaingnya (Porter, 1994).

Sumber dari keunggulan kompetitif tersebut berasal dari dua hal. Pertama, kemampuan perusahaan untuk membedakan produknya dengan produk pesaing dan mampu memberikan layanan yang lebih baik dibandingkan pesaing, sehingga nilai tersebut disebut sebagai keunggulan nilai (value advantage). Kedua, cara bekerja perusahaan yang dapat menekan biaya sehingga menjadi seminimal mungkin dengan memperoleh laba yang tinggi, sehingga melahirkan keunggulan dalam produktivitas (productivity advantage).

Vollman, et al. (2005) memaparkan beberapa bentuk kebijakan perusahaan yang dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif, yaitu:

1. Outsourcing. Pengambilan sumber daya dari luar perusahaan, yang merupakan bentuk kebijakan dari perusahaan untuk menetapkan aktivitas apa yang perlu dilakukan sendiri oleh perusahaan dan mana yang lebih baik dilakukan oleh pihak lain. Kebijakan ini biasanya dimulai dengan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang dianggap tidak terlalu kritis dan lebih berkonsentrasi pada bisnis inti perusahaan. Pertanyaan yang paling utama muncul dalam hal outsourcing adalah


(7)

suatu perusahaan juga memerlukan strategi, kompetensi baru, cara kerja yang baru, serta infrastruktur pendukung yang baru.

2. Regionalisasi/globalisasi, yaitu bila rantai pasok sudah keluar dari wilayah lokal ataupun wilayah global. Regionalisasi memerlukan beberapa perubahan dalam rantai pasokan, mencakup aktivitas, proses, dan sistem yang baru. Selain itu, regionalisasi akan membutuhkan standarisasi baru. Peluang dapat terbuka lebar jika beroperasi secara global. Dalam hal ini, pilihan pemasok menjadi terbatas, untuk pemasok yang dapat mendukung operasi global. Mereka mungkin perlu untuk menempatkan unit-unit perusahaan dalam lokasi yang sama, namun mereka juga perlu untuk sama-sama meningkatkan cara kerja, proses, dan sistem informasi.

3. Konsentrasi pada pelanggan tertentu, yaitu bila produsen mampu bekerja sama dan berkonsentrasi dengan perusahaan pengecer yang telah memiliki citra dan jaringan distribusi yang luas. Kerjasama tersebut akan menghadirkan keuntungan dari volume permintaan yang banyak dan produk dapat dipasarkan ke berbagai pasar atau segmen dan pengguna akhir (end user). Di sisi lain, perusahaan pengecer tersebut memiliki posisi tawar yang kuat dan akan selektif dalam memilih pemasok, sehingga akan memaksa pemasok untuk berkonsentrasi untuk memenuhi kriteria konsumen yang harus dipenuhi.

4. Penguncian, yaitu penguasaan terhadap posisi yang menguntungkan dengan pihak lain. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan pelayanan dan nilai tambah yang sulit untuk ditiru oleh pesaing. Penguncian juga dilakukan terhadap pemasok supaya terkonsentrasi dalam memenuhi kriteria yang diinginkan oleh perusahaan tersebut. Penguncian ini dapat terjadi hanya dengan melalui perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement).

Terdapat empat faktor utama yang menentukan dayasaing suatu industri yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, kondisi industri pendukung dan industri terkait serta kondisi struktur, persaingan dan strategi perusahaan. Keempat faktor utama tersebut didukung oleh


(8)

faktor pemerintah dan faktor kesempatan dalam meningkatkan dayasaing industri. Faktor-faktor tersebut menghasilkan suatu lingkungan dimana suatu perusahaan lahir dan belajar bagaimana bersaing. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu sistem, yaitu The Diamond of National Advantage. Setiap poin dalam berlian tersebut mempengaruhi keberhasilan suatu negara dalam mendapatkan keunggulan bersaing di pasar internasional (Porter, 1990).

2.3. Analisis Porter’s Diamond Model

Porter’s Diamond Model terdiri dari empat determinan (faktor-faktor yang menentukan) daya saing. Empat atribut ini adalah faktor kondisi, kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung, dan ketatnya persaingan. Peranan pemerintah dan peluang juga berperan penting dalam menentukan daya saing. Secara lengkap, model Porter’s Diamond disajikan dalam Gambar 3.

Keterangan:

Garis ( ) menunjukkan keterkaitan antara komponen utama yang saling mendukung

Garis ( ) menunjukkan keterkaitan antara komponen penunjang yang mendukung komponen utama

Gambar 3. Sistem Lengkap dari Keunggulan Kompetitif Nasional (Porter, 1990)

Lebih lanjut Porter (1990) menjelaskan bahwa faktor kondisi mengacu pada input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber daya alam, modal, dan infrastruktur. Variabel-variabel ini adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu industri.

Kondisi Faktor Sumberdaya

Kondisi Permintaan Domestik

Industri Terkait dan Industri

Pendukung Persaingan Struktur,

Strategi Perusahaan

Smart


(9)

Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas.

Kondisi permintaan mengacu pada tersedianya pasar domestik yang siap berperan menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya saing. Pasar seperti ini ditandai dengan kemampuan untuk menjual produk yang diproduksi. Hal ini didorong dengan adanya permintaan produk serta adanya kedekatan hubungan antara perusahaan dengan pelanggan. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal yang tinggi. Namun, dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.

Industri terkait dan industri pendukung mengacu pada tersedianya serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri pendukung dan perusahaan. Manfaat industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama dalam transaction cost, technology sharing, informasi, maupun

skills (keahlian dan keterampilan) tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Hubungan dan dukungan ini bersifat positif yang akan menyebabkan meningkatnya produktivitas dan berujung pada peningkatan daya saing perusahaan.

Pesaing mengacu pada strategi dan struktur yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas persaingan pada industri sayuran. Strategi perusahaan dan pesaing akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensinya. Pada akhirnya persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional.

Faktor peran pemerintah dan peluang juga ditambahkan dalam Porter’s Diamond. Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh


(10)

pada faktor-faktor penentu daya saing global. Peran pemerintah melalui kewenangan yang dimiliki, memberikan fasilitas, katalis, dan tantangan bagi industri. Pemerintah mengajukan dan mendorong industri agar mencapai level daya saing tertentu. Hal-hal tersebut dapat dilakukan pemerintah melalui kebijakan insentif berupa subsidi, perpajakan, pendidikan, fokus pada penciptaan, dan menegakkan standar industri. Pemerintah juga dapat memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga dapat berdaya guna secara efisien dan aktif.

Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan dan pemerintah. Beberapa kesempatan yang mampu meningkatkan naiknya daya saing global industri nasional adalah penemuan baru murni, biaya perusahaan yang konstan akibat perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang. Selain itu, dapat juga terjadi karena peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan daya saing.

2.4. Analisis SWOT

Wheelen dan Hunger (2004) berpendapat, analisis SWOT tidak hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi langka (distinctive competence) perusahaan, yaitu kapabilitas berupa keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki yang secara strategis membuat sebuah perusahaan berbeda, tetapi juga dapat mengidentifikasi ketidakmampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang yang ada karena keterbatasan sumber-sumber tertentu. Menurut Rangkuti (2011), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, barulah dapat ditentukan keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang ada. Analisis SWOT ini terbagi atas empat komponen dasar, yaitu:


(11)

1. Kekuatan atau Strengths (S), merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan kompetitif di dalam suatu industri yang berasal dari perusahaan. Kekuatan perusahaan akan mendukung perkembangan usaha dengan cara memperlihatkan sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok, serta faktor-faktor lainnya.

2. Kelemahan atau Weaknesses (W), merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan perusahaan. Fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajerial, keahlian pemasaran, dan pandangan orang terhadap merek dapat menjadi kelemahan.

3. Peluang atau Opportunities (O), merupakan situasi yang diinginkan perusahaan. Segmen pasar, perubahan dalam persaingan, perubahan teknologi, peraturan dalam persaingan, peraturan baru atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber peluang bagi perusahaan.

4. Ancaman atau Threats (T), merupakan situasi yang paling tidak disukai dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran pembeli dan pemasok, perubahan teknologi, peraturan baru yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber ancaman bagi perusahaan.

Selain empat komponen dasar ini, analisis SWOT dalam proses analisisnya akan berkembang menjadi beberapa sub komponen yang jumlahnya tergantung pada kondisi organisasi, dimana masing-masing sub komponen adalah penjabaran dari masing-masing komponen.

2.5. Analytic Network Process

Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan pendekatan kualitatif non parametrik non bayesian untuk proses pengambilan keputusan dengan kerangka kerja umum tanpa membuat asumsi-asumsi (Ascarya, 2006). ANP merupakan suatu metode yang mampu memperbaiki kelemahan dari metode Analytical Hierarchy Process (AHP) berupa kemampuan


(12)

mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty dalam

Suswono dkk, 2010).

Dengan kata lain, metode ini adalah pengembangan metode dari AHP itu sendiri. Pada metode ANP memiliki dua jenis keterkaitan, yaitu keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence) dan keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence) sehingga metode ANP ini menjadi lebih kompleks dibanding metode AHP. ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan yang memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusan-keputusan tanpa membuat asumsi-asumsi tentang independensi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi dari elemen-elemen dalam suatu level. Bahkan ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan dalam AHP, yang merupakan titik awal ANP. Konsep utama dalam ANP adalah pengaruh (influence), sementara konsep utama dalam AHP adalah preferensi (preference). AHP dengan asumsi dependensinya tentang klaster dan elemen merupakan kasus khusus dari ANP (Suswono dkk, 2010).

Perbedaan antara hierarki dan jaringan (network) dapat dilihat pada Gambar 4. Hierarki memiliki tujuan (goal) atau titik sumber (source node) serta kriteria dan sub kriteria atau titik tumpahan (sink node). Bentuknya berupa struktur linear dari atas ke bawah tanpa adanya timbal balik (feedback) dari level terendah ke level diatasnya. Selain itu, loop hanya terjadi pada level terendah. Jaringan (network) menyebar dalam segala arah dan memungkinkan terjadinya pengaruh (influence) dari suatu cluster

terhadap cluster lainnya maupun cluster itu sendiri dan timbal balik (feedback) yang membentuk siklus (Saaty dalam Nugroho, 2008).


(13)

Gambar 4. Perbedaan Hierarki dan Jaringan (Aziz dalam Ascarya, 2006)

Menurut Ascarya dalam Susilo (2008), terdapat dua jenis keterkaitan pada metode ANP, yaitu: (1) keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence), artinya elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster yang sama, dan (2) keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence), artinya elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster yang berbeda dengan memperhatikan setiap kriteria. Seperti halnya Analytical Hierarchy Process (AHP), ANP juga menggunakan skala rasio. Prioritas-prioritas dalam skala rasio merupakan angka fundamental yang memungkinkan untuk dilakukannya perhitungan operasi aritmetika dasar, seperti penambahan dan pengurangan dalam skala yang sama, perkalian dan pembagian dari skala yang berbeda, dan mengkombinasikan keduanya dengan pembobotan yang sesuai dan menambahkan skala yang berbeda untuk memperoleh skala satu dimensi. Perlu diingat bahwa skala rasio juga merupakan skala absolut. Kedua skala tersebut diperoleh dari pairwise comparison „pembandingan sepasang

-sepasang‟ dengan menggunakan judgements atau rasio dominasi pasangan

dengan menggunakan pengukuran aktual. Dalam hal penggunaan

judgements, dalam AHP seseorang bertanya: ”Mana yang lebih disukai atau

lebih penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya: “Mana yang mempunyai pengaruh lebih besar?”. Pertanyaan terakhir jelas memerlukan observasi faktual dan pengetahuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang valid, yang membuat pertanyaan kedua lebih obyektif daripada pertanyaan pertama.


(14)

2.6. Penelitian Terdahulu

Meidina Trijadi Lamadlauw (2006) meneliti mengenai Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Agroindustri di Kabupaten Bogor. Berdasarkan analisis internal eksternal, posisi UKM agroindusti di Kabupaten Bogor berkaitan dengan strategi pengembangan terletak pada koordinat (0,21; 0,13) dan menempati kuadran I cross impact matrix. Posisi tersebut mengindikasikan bahwa dalam pengembangan kebijakan UKM agroindustri dapat menggunakan strategi yang bersifat agresif. Berdasarkan hasil penilaian skor dengan menggunakan konsep AHP, strategi yang tepat untuk pengembangan UKM agroindustri di Kabupaten Bogor adalah memberikan perhatian yang lebih besar pada proses formulasi kebijakan. Strategi ini dimaksudkan agar berbagai kebijakan pemerintah Kabupaten Bogor yang dihasilkan, baik yang ditujukan khusus kepada usaha kecil, baik langsung dan atau tidak langsung berpengaruh terhadap usaha kecil, kiranya dapat lebih memihak kepada kepentingan usaha kecil atau minimal tidak menghambat pengembangan usaha kecil di wilayah ini, serta harus mampu menjawab kebutuhan atau mengakomodir kebutuhan stakeholder lain yang berhubungan dengan pengembangan UKM agroindustri di Kabupaten Bogor.

Joko Susilo (2008) meneliti Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan Pendekatan Analytic Network Process. Hasil yang diperoleh yaitu faktor internal (kelebihan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah. Didapat bahwa kekuatan utamanya adalah memiliki lokasi strategis yang dekat dengan konsumen (nasabah dan debitur), yaitu di areal pasar Leuwiliang Bogor. Sedangkan kelemahan utama adalah masih terbatasnya kualitas sumberdaya manusia. Peluang utamanya adalah potensi pangsa pasar umat Islam yang besar karena basis masyarakat di sekitar pesantren. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah banyaknya jumlah pesaing yang membidik segmen UMK. Rumusan strategi pengembangan berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan lima alternatif strategi pengembangan, yaitu strategi peningkatan Kualitas


(15)

Aktiva Produktif (KAP), strategi penghimpunan dana, strategi penyaluran dana, strategi efisiensi biaya (cost cutting), dan strategi hubungan antarlembaga keuangan. Prioritas strategi bagi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan menggunakan Analytic Network Process (ANP) didapat bahwa strategi utamanya adalah strategi peningkatan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dengan bobot normal sebesar 0,31352.

Komadin (2008) meneliti mengenai Strategi Peningkatan Investasi Kabupaten Indramayu. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu mengalami penurunan investasi. Investor lebih fokus pada industri pengolahan minyak dan gas serta pertanian dan belum pada sektor-sektor lainnya. Hasil analisis tentang daya saing investasi menunjukan bahwa prioritas elemen faktor kekuatan yang paling mempengaruhi daya saing yaitu potensi ekonomi (0,351), faktor kelemahan yang paling mempengaruhi yaitu kualitas infrastruktur rendah (0,378), faktor peluang yang paling mempengaruhi yaitu pengembangan transportasi darat Jakarta– Cirebon (0,498), faktor ancaman yang paling mempengaruhi yaitu adanya persaingan dengan daerah lain (0,443). Dari analisis daya saing tersebut, prioritas alternatif strategi dalam peningkatan investasi Kabupaten Indramayu secara berurutan yaitu mengembangkan zona dan kluster industri (0,551), mengembangkan agroindustri hulu sampai hilir (0,237), mengembangkan kelembagaan pelayanan perizinan dan investasi (0,138), dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (0,074).

Suswono, Arief Daryanto, Mohamad Husein Sawit, dan Bustanul Arifin (2010) melakukan penelitian mengenai Strategi Peningkatan Daya Saing Perum BULOG. Penelitian ini menganalisis bagaimana meningkatkan daya saing Perum BULOG setelah terjadi perubahan status dari LPND menjadi Perum. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa peran dan fungsi yang harus diprioritaskan oleh Perum BULOG setidaknya dalam lima tahun mendatang lebih bertumpu pada fungsi bisnis PSO dengan ditunjang aspek penguatan komitmen pemerintah. Di lain pihak, faktor internal yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan kinerja dan daya saing BULOG adalah aspek pembelajaran dan pertumbuhan (learning & growth) dan aspek


(16)

proses internal (internal process). Adapun strategi alternatif yang harus diprioritaskan adalah strategi value creation.

Surip Prayugo (2010) melakukan penelitian mengenai Analisis Rantai Nilai Ayam Ras Pedaging Untuk Meningkatkan Daya Saing (Studi Kasus di PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk). Dari hasil penelitian didapat bahwa atribut yang pengaruhnya paling tinggi terhadap daya saing adalah SDM dan Sumberdaya Modal dengan bobot (4,00). Sedangkan atribut yang pengaruhnya paling rendah terhadap daya saing adalah preferensi konsumen dengan bobot (2,57). Analisis ini dilakukan dengan Porter’s Diamond Model. Faktor kekuatan yang memiliki nilai bobot tertinggi pada analisis IFE yaitu layanan after sales (0,083), sedangkan nilai bobot paling rendah adalah keuntungan pabrik pengolah ayam tinggi (0,064). Faktor kelemahan yang paling rendah adalah sebagian besar peternak masih menggunakan kandang terbuka serta vaksin dan obat yang didistribusikan PT SHS International masih impor (nilainya sama, 0,041). Pada analisis EFE, faktor peluang yang memiliki nilai bobot paling tinggi adalah pertumbuhan industri perunggasan naik (0,152) sedangkan faktor peluang yang memiliki nilai bobot paling rendah adalah konsumsi ayam per kapita masih rendah (0,098). Faktor ancaman yang memiliki bobot paling tinggi adalah serangan wabah penyakit (0,112) dan yang bobotnya paling rendah adalah adanya produk substitusi ayam (0,083). Nilai matriks IFE adalah 2,739 dan nilai matriks EFE adalah 3,194 sehingga posisi rantai nilai berada pada kuadran II, yaitu tumbuh dan kembangkan. Strategi yang disarankan adalah product upgrading, process upgrading, functional upgrading, dan channel upgrading.

Venty Fitriany Nurunisa (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia. Dari hasil penelitian didapat bahwa komponen faktor sumberdaya dan komponen komposisi permintaan domestik, serta komponen faktor sumberdaya dengan komponen industri terkait dan industri telah saling mendukung, sementara komponen lainnya belum saling mendukung. Selain itu, apabila dilihat dari komponen pendukungnya, komponen peranan


(17)

pemerintah baru memiliki keterkaitan yang mendukung dengan komponen faktor sumberdaya saja, sementara komponen peranan kesempatan telah mampu mendukung semua komponen utama. Strategi peningkatan dayasaing yang dihasilkan melalui analisis Matriks SWOT lebih mengarah kepada strategi peningkatan kinerja petani teh rakyat, yaitu dengan meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelompok tani dan dukungan dari adanya asosiasi dan Dewan Teh Indonesia. Sementara untuk perkebunan besar negara dan swasta, strategi lebih mengarah kepada peningkatan produksi dan diversifikasi produk, khususnya untuk produk teh tujuan ekspor. Permasalahan lain yang menjadi fokus strategi adalah permasalahan yang terkait dengan konsumsi teh, strategi yang digunakan lebih diutamakan kepada peningkatan upaya promosi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai teh dan manfaatnya. Kemudian, strategi yang telah dihasilkan dipetakan ke dalam rancangan arsitektur strategik, sehingga dihasilkan rancangan arsitektur strategik agribisnis teh Indonesia.


(18)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sayuran sebagai salah satu produk dari salah satu sub sektor pertanian, yaitu hortikultura, merupakan produk yang sudah banyak diekspor ke luar negeri. Dengan diekspornya sayuran, secara tidak langsung berpengaruh pada penghasilan devisa negara, penyumbang dalam pertumbuhan dan peningkatan perekonomian negara. Dengan melihat potensi sumberdaya alam hayati negara kita ini, maka sayuran bisa menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan.

Tingginya potensi sayuran ini yang membuat PT Saung Mirwan tetap bertahan dalam bisnis ini. Dan hal ini pula yang memicu munculnya para pesaing dalam agribisnis sayuran. Munculnya para pesaing, ditambah dengan harga pesaing yang lebih murah, menuntut pihak PT Saung Mirwan untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya.

Perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif. Setiap perusahaan juga perlu melakukan analisis lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal sehingga mampu merumuskan strategi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Peranan strategi di perusahaan sangat penting, terutama dalam mengendalikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga mampu mencapai visi dan misi perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 5.

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian, yaitu tahapan pra penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian. Tahapan pertama dimulai dari pengidentifikasian minat penelitian, kemudian pemilihan topik yang disertai dengan diskusi dengan dosen pembimbing juga dengan melakukan studi pustaka untuk mencari literatur-literatur yang terkait dengan topik-topik yang akan dipilih. Hasilnya adalah berupa topik penelitian. Langkah selanjutnya adalah berupa perumusan masalah yang


(19)

nantinya menjadi tujuan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan membuat rancangan pengumpulan data.

Tahap kedua pada penelitian ini adalah dengan melakukan studi pendahuluan ke tempat penelitian untuk memastikan ketersediaan dari data-data yang dibutuhkan. Selain itu, data-data dari perusahaan juga didapat dari opini pakar yang diperoleh dengan cara kuesioner dan wawancara. Untuk mendukung data-data tersebut, juga dilakukan studi pustaka.

Data-data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis pada tahapan analisis data. Analisis data ini sesuai dengan perumusan masalah dan dilakukan dengan alat-alat analisis yang sesuai.

Tahapan terakhir yaitu interpretasi hasil dari analisis data. Dari tahapan akhir ini dapat dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan dan saran. Tahapan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Gambaran kerangka pemikiran penelitian

Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif

Menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal Potensi agribisnis sayuran

Ketatnya persaingan

Perusahaan harus mampu mempertahankan keunggulan kompetitif

Merumuskan strategi yang tepat


(20)

Gambar 6. Tahapan penelitian

Analisis data Analisis lingkungan

dan perumusan strategi

Hasil Identifikasi faktor

keunggulan kompetitif

Kesimpulan dan Saran Bobot prioritas tiap elemen

Prioritas Strategi

Porter’s Diamond

Model

Ya Tidak

Pairwise Comparison

Nilai Eigen Vektor

Hitung CI dan CR

ANP

Konsisten

Analisis Prioritas Strategi

IFE-EFE Matrix dan

SWOT Analysis

Pengumpulan data Studi pustaka dan diskusi

Penentuan topik penelitian Perumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi keunggulan kompetitif pada agribisnis sayuran? 2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing

PT Saung Mirwan?

3. Bagaimana rumusan strategi peningkatan daya saing berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan?

4. Apakah prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan?

Pra penelitian

Rancangan Pengumpulan Data

Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan analisis data Identifikasi minat penelitian

Pemilihan topik penelitian

Studi pendahuluan, Studi pustaka, Opini pakar


(21)

3.3. Metode Penelitian

3.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), hal ini dikarenakan PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang paling lama berkiprah dalam bisnis sayuran ini dibandingkan dengan pesaingnya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2012.

3.3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui faktor daya saing, faktor internal dan eksternal perusahaan, serta untuk perumusan strategi. Kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh pihak perusahaan. Selain itu, juga dilakukan studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan topik bahasan penelitian ini. Secara lebih terperinci, jenis data yang dikumpulkan sumbernya diperlihatkan Tabel 1.

Tabel 1. Jenis data dan sumber data yang dikumpulkan

Data Jenis Data Sifat Data Metode Pengumpulan Data Visi, misi, kondisi

umum perusahaan,

Sekunder Kualitatif Studi literatur

Strategi bersaing Primer Kualitatif Indepth Interview

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing

Primer Kualitatif dan

Kuantitatif

Indepth Interview

dan Kuesioner

Kondisi internal dan eksternal

Primer Kualitatif dan

Kuantitatif

Indepth Interview

dan Kuesioner

Perumusan Strategi Primer Kuantitatif Indepth Interview


(22)

3.3.3 Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan salah satu metode non probability sampling (pengambilan sampel non acak/disengaja), yaitu purposive sampling. Kriteria responden yang akan diteliti yaitu memiliki pengetahuan dan/atau memiliki pengalaman tentang obyek yang diteliti. Responden yang dipilih mewakili perusahaan yang dianggap memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi persaingan dan kondisi perusahaan secara keseluruhan. Dalam metode ANP, jumlah responden tidak penting, yang paling penting adalah responden yang dipilih merupakan orang yang menguasai dan kompeten di bidangnya. Penelitian ini mengambil tiga responden, yaitu Direktur Utama, Purchasing Manager, dan Kepala Divisi Kemitraan.

3.3.4 Pengolahan dan Analisis data

Penelitian ini menggunakan Porter’s Diamond Model untuk mengidentifikasi faktor daya saing sayuran. Untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan, digunakan metode SWOT Analysis. Data kuantitatif dari

Porter’s Diamond Model dan SWOT Analysis diolah dengan

menggunakan Microsoft Excel 2007. Kemudian untuk menyusun dan memetakan strategi peningkatan daya saing perusahaan yang telah diperoleh, digunakan Analytic Network Process (ANP) yang diolah dengan menggunakan Software Superdecisions 2.0.8.

1. Porter’s Diamond Model

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif Porter’s

Diamond Model (Model Berlian Porter) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif sayuran secara deskriptif atau menggunakan tiap komponen dalam Porter’s Diamond Model (Model Berlian Porter). Teori Berlian Porter dapat digunakan untuk mengetahui daya saing suatu komoditas berdasarkan kondisi dari komponen-komponen yang saling mendukung dan menguatkan di suatu negara terkait dengan


(23)

komoditas tersebut. Terdapat empat komponen utama dan dua komponen penunjang yang membentuk model seperti berlian. Komponen utama tersebut terdiri dari kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, serta struktur, persaingan, dan strategi perusahaan. Sedangkan komponen penunjang Berlian Porter merupakan faktor pemerintah dan faktor kesempatan. Berikut ini adalah penjelasan dari setiap komponen yang terdapat pada Teori Berlian Porter:

a. Kondisi Faktor Sumberdaya

Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu:

1) Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya aksesibilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi), ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan (termasuk sumberdaya pertanian laut lainnya), peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain.

2) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan etika kerja (termasuk moral).

3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, dan pengetahuan


(24)

ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologinya.

4) Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembayaran (sumber modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter dan fiskal, serta peraturan moneter dan fiskal.

5) Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari jenis, mutu, dan ketersediaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan. Hal tersebut termasuk ketersediaan sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain.

b. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu daya saing industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar global. Mutu permintaan (persaingan ketat) di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapan terhadap persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing nasional, yaitu:


(25)

1) Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi:

a) Struktur segmen permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan struktur segmen yang sempit. b) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan

meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk,

product features, dan pelayanan.

c) Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan bersaing.

2) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan penetrasi lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika industri dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi, dan peningkatan produktivitas. 3) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong daya saing industri nasional karena


(26)

dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya daya saing produk negara yang dikunjungi tersebut.

c. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan indutri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki daya saing global juga akan mempengaruhi daya saing industri utamanya. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang relatif murah, mutu lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki daya saing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh daya saing global.

d. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan

Struktur industri dan perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri bersaing. Struktur persaingan yang berada pada suatu industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan tersebut dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang bersangkutan.


(27)

1) Struktur Pasar

Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukkan tipe pasar. Degree of competition of market share (derajat persaingan struktur pasar) dipakai untuk menentukan sejauh mana perusahaan-perusahaan individual mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan, jumlah penjual dan keragaan produk (nature of the product) adalah dimensi-dimensi yang penting dari struktur pasar.

Dimensi lainnya adalah mudah atau sulitnya memasuki industri (hambatan masuk pasar), kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan, dan lain-lain. Beberapa struktur pasar yang ada, antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang dihadapi industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri.

2) Persaingan

Tingkat persaingan dalam suatu industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada perusahaan lain dalam meningkatkan daya saingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional


(28)

dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki daya saing yang tingkat persaingannya rendah. 3) Strategi Perusahaan

Dalam menjalankan suatu usaha, baik perusahaan berskala besar maupun perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dalam lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.

e. Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh pada faktor-faktor penentu daya saing global. Daya saing global akan dipengaruhi secara langsung oleh perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri tersebut. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi.

Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan daya saing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik baik secara langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya, maupun secara langsung melalui perannya


(29)

sebagi pembeli barang dan jasa. Kebijakan penetapan bea keluar dan bea masuk, tarif pajak, dan lain-lainnya juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan daya saing global.

Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing melalui kebijakan yang melemahkan faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan daya saing global. Peran pemerintah adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu daya saing, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara efektif dan efisien.

f. Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan dan pemerintah, tetapi dapat meningkatkan daya saing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang mampu meningkatkan naiknya daya saing global industri nasional adalah penemuan baru murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut (misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang), peningkatan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain, serta berbagai faktor kesempatan lainnya.

2. Analisis SWOT

Dalam kajian ini, pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis daya saing adalah dengan menggunakan analisis SWOT (strength – weakness – opportunity

– threat). Penentuan komponen SWOT dieliminir dari faktor-faktor daya saing berdasarkan hasil wawancara dan brainstorming

dengan responden. Analisis SWOT terdiri atas analisis kondisi internal dilakukan dengan melakukan mengidentifikasi


(30)

kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses) perusahaan. Sedangkan analisis kondisi eksternal adalah mengidentifikasi peluang-peluang (opportunities) dan ancaman-ancaman (threats) yang terkait daya saing agribisnis sayuran.

Dari analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dihasilkan empat jenis strategi, yakni strategi SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO merupakan gabungan antara kekuatan dan peluang, memanfaatkan kekuatan internal dari perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal, dikenal juga sebagai strategi agresif. Strategi ST merupakan gabungan kekuatan dan ancaman, menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal, dinamakan juga dengan strategi diversifikasi. Strategi WO merupakan gabungan antara kelemahan dan peluang, memperbaiki kelemahan perusahaan dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal, dinamakan strategi orientasi putar balik. Strategi WT merupakan gabungan antara kelemahan dan ancaman, mengurangi kelemahan perusahaan serta menghindari ancaman eksternal, disebut sebagai strategi defensif. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyusun Matriks SWOT:

a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan.

b. Tentukan faktor-faktor peluang dan ancaman eksternal perusahaan.

c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman strategis perusahaan.

d. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan SO Strategy.

e. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan ST Strategy.

f. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan WO Strategy.


(31)

g. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan WT Strategy.

3. Analytic Network Process (ANP)

Metode ANP digunakan untuk merumuskan strategi demi meningkatkan daya saing dengan memerhatikan tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster. Adapun tahapan yang dilakukan dalam ANP adalah:

a. Pembuatan Konstruksi Model

Langkah pertama adalah membuat model yang akan dievaluasi dan menentukan satu set lengkap jaringan kelompok (komponen) dan elemen-elemen yang relevan dengan tiap kriteria kontrol. Selanjutnya untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua elemen di tiap kelompok dan hubungkan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan dari luar dan dari dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan adanya aliran pengaruh antar elemen. Anak panah yang menghubungkan suatu kelompok dengan kelompok yang lain menunjukkan pengaruh elemen suatu kelompok terhadap elemen kelompok yang lain. Selain itu, kelompok dari elemen memiliki

loop di dalam diri mereka sendiri jika elemen-elemennya saling bergantung satu sama lain. Hubungan saling ketergantungan antar kriteria dapat ditentukan dengan membuat check list

seperti Tabel 2. di bawah ini dan selanjutnya meminta para pakar/ahli untuk mengisi check list tersebut.

Tabel 2. Check List Hubungan Saling Ketergantungan Antar Kriteria

A1 A2 ... An

A1 a11 a12 … a1n

A2 a21 a22 … a2n

: : : … :

Am am1 am2 … amn

Selanjutnya hasil kuesioner dari beberapa responden digabung untuk menentukan ada tidaknya hubungan saling


(32)

ketergantungan antar kriteria tersebut dengan menggunakan rumus berikut:

Q = N / 2 ... (1.1)

Jika Vij > Q, maka ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria

Vij < Q, maka tidak ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria

dimana: N = Jumlah responden atau pengambil keputusan Q = Nilai tengah dari jumlah responden atau

pengambil keputusan

Vij = Jumlah responden yang memilih adanya hubungan saling ketergantungan antar kriteria pada sel yang menghubungkan baris i dengan kolom j.

b. Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan antar Kelompok/Elemen

Pada tahap kedua ini, dipilih kelompok dan elemen-elemen yang akan dibandingkan sesuai dengan kriteria kontrol (apakah mereka mempengaruhi kelompok dan elemen lain yang berkaitan dengan kriteria kontrol atau dipengaruhi oleh kelompok dan elemen lainnya?). Pergunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan elemen dalam kelompok, yang berkaitan dengan elemen spesifik dalam suatu kelompok (kriteria kontrol); pasangan elemen mana yang berpengaruh lebih besar? Pergunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan kelompok. Kemudian, gunakan skala perbandingan fundamental pada Tabel 3, lakukan perbandingan berpasangan berikut matriks antara kelompok/elemen untuk menurunkan eigen vector dan untuk membentuk supermatriks.


(33)

Tabel 3. Skala Perbandingan Fundamental Intensitas

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama

Penting

Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya

3

Sedikit Lebih Penting

Pengalaman dan penilaian sedikit lebih baik dari yang lain

5 Lebih

Penting

Pengalaman dan penilaian lebih kuat dari yang lain

7

Sangat Lebih Penting

Kegiatan sangat disukai dan dominan dibanding yang lain

9

Mutlak Lebih Penting

Yang satu lebih penting dari yang lain dan berada pada posisi tertinggi

2, 4, 6, 8 Nilai tengahan

Dipakai untuk mengkompromikan nilai-nilai di antara nilai di atas

Perbandingan berpasangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan Kelompok

Melakukan perbandingan berpasangan pada kelompok yang mempengaruhi masing-masing kelompok yang saling terhubung, yang berkaitan dengan kriteria kontrol yang diberikan. Bobot yang diperoleh dari proses ini akan digunakan untuk memberikan bobot pada elemen-elemen yang sesuai dengan kolom blok dari supermatriks. Tetapkan nol bila tidak ada pengaruh.

2) Perbandingan Elemen

Melakukan perbandingan berpasangan pada elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri berdasarkan pengaruh mereka pada setiap elemen dalam kelompok lain yang saling terhubung (atau elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri).


(34)

3) Perbandingan untuk Alternatif

Membandingkan semua alternatif yang berkaitan dengan masing-masing elemen di dalam komponen. Perbandingan berpasangan dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan, dengan nilai aij merepresentasikan nilai kepentingan relatif dari elemen pada baris (i) terhadap elemen pada kolom (j); misalkan aij = wi / wj. Jika ada n elemen yang dibandingkan, maka matriks perbandingan A didefinisikan sebagai :

Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus:

Aw =

λ

max w ... (1.2)

dimana

λ

max adalah eigen value terbesar pada matriks A dan w adalah eigen vector.

Indeks Konsistensi/Consistency Index (CI) dan

Consistency Ratio (CR) dari matriks perbandingan berpasangan dapat dihitung dengan rumus :

... (1.3)

Jika CI < 0,1 maka penilaian dianggap konsisten. c. Pembuatan Supermatriks

Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster

diturunkan menjadi suatu supermatriks. Jika diasumsikan suatu sistem memiliki N cluster dimana elemen-elemen dalam tiap


(35)

beberapa atau seluruh cluster yang ada. Jika cluster dinotasikan dengan Ch, dimana h = 1, 2, …, N, dengan elemen sebanyak nh

yang dinotasikan dengan eh1, eh2, …, ehnh. Pengaruh dari satu set elemen dalam suatu cluster pada elemen yang lain dalam suatu sistem dapat direpresentasikan melalui vektor prioritas berskala rasio yang diambil dari perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang membentuk matriks W yang berukuran hxh. Misalkan apabila Ci dibandingkan dengan Cj, maka aij merupakan nilai matriks pendapat berpasangan yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan Ci terhadap Cj. Sedangkan nilai untuk wji = 1/wij yaitu nilai kebalikan dari nilai matriks wij. Untuk i = j menunjukkan nilai matriks wij = wji = 1, perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1.

Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks pada Gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Supermatriks dari hierarki (Saaty dalam Nugroho, 2008)


(36)

Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector

yang menunjukkan kepentingan dari elemen pada komponen ke-i darke-i jarke-ingan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan

eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang menghasilkan nilai kepentingan bukan nol (Saaty dalam Nugroho, 2008).

Ketika level paling bawah/dasar mempengaruhi level paling atas dari suatu hierarki, bentuk jaringan holarki terbentuk. Supermatriksnya akan seperti pada Gambar 9. Perhatikan bahwa komponen pada baris terakhir dan kolom dari supermatriks pada Gambar 8 adalah matriks identitas I yang sesuai dengan adanya

loop pada level dasar dari hierarki. Hal ini merupakan aspek „necessary‟ dari suatu hierarki dipandang dari konteks

supermatriks. Sementara itu, komponen dari baris pertama kolom terakhir suatu holarki pada Gambar 10 adalah tidak nol, yang menunjukkan bahwa level paling atas tergantung kepada level yang paling bawah. Secara umum, ketika ada pengaruh

feedback, supermatriksnya terbentuk dengan menata semua

cluster dan semua elemen dalam setiap cluster secara vertikal di kiri dan secara horisontal di atas, seperti pada Gambar 11 (Ascarya dalam Susilo, 2008).


(37)

Gambar 8. Supermatriks hierarki (Ascarya dalam Susilo, 2008)

Gambar 9. Supermatriks holarki (Ascarya dalam Susilo, 2008)

Gambar 10. Supermatriks dari jaringan (Ascarya dalam Susilo, 2008)


(38)

Gambar 11. Komponen supermatriks dari jaringan (Ascarya dalam Susilo, 2008)

Dimana i dan j menunjukkan cluster yang dipengaruhi dan mempengaruhi, dan n adalah elemen dari cluster yang bersangkutan. Komponen dari sub-matriks dalam Wij adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari pembandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada

cluster yang lain (outer dependence) atau elemen-elemen dalam

cluster yang sama (inner dependence). Hasilnya yang berupa

unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu (unity) untuk mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk membobot elemen-elemen pada blok-blok kolom (cluster) yang sesuai dari supermatriks, yang akan menghasilkan weighted supermatrix

yang juga stokastik. Sifat stokastik diperlukan dengan alasan-alasan yang akan dijelaskan di bawah ini.

Karena suatu elemen dapat mempengaruhi elemen kedua secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya pada elemen ketiga dan kemudian dengan pengaruh dari elemen ketiga pada elemen kedua, setiap kemungkinan dari elemen ketiga harus diperhitungkan. Hal ini tertangkap dengan mengalikan matriks terbobot pangkat dua.

Namun, elemen ketiga juga mempengaruhi elemen keempat, yang selanjutnya mempengaruhi elemen kedua.


(39)

Pengaruh-pengaruh ini bisa diperoleh dari pangkat tiga

weighted supermatrix. Selama proses berjalan secara berkesinambungan, akan didapatkan deret tak terbatas dari matriks pengaruh yang dinyatakan dengan Wk , k = 1, 2,…

Menurut Ascarya (2006), dalam ANP terdapat tiga jenis supermatriks: (1) unweighted supermatrix yang asli dari eigen vector-eigen vector kolom diperoleh dari matriks pembandingan pasangan dari elemen-elemen; (2) weighted supermatrix dimana setiap blok dari eigen vector kolom dari suatu cluster dibobot dengan prioritas dari pengaruh dari cluster

tersebut, yang membuat weighted supermatrix kolom stokastik; dan (3) limiting supermatrix diperoleh dengan memangkatkan

weighted supermatrix dengan pangkat yang besar. Hasil dari pengolahan ANP dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.


(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Saung Mirwan adalah perusahaan agribisnis yang memproduksi berbagai sayuran hidroponik maupun konvensional. Komoditi yang diproduksi diantaranya adalah paprika, tomat recento, timun jepang, berbagai jenis sayuran daun, berbagai jenis lettuce, dan masih banyak komoditi lain yang dapat disediakan. PT Saung Mirwan juga mempunyai unit kerja processing sayuran siap olah. Produk ini diantaranya adalah

lettuce, daun bawang, bawang bombay, seledri, dan lain-lain.

PT Saung Mirwan didirikan pada tahun 1983 terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor dengan ketinggian 670m dpl. Pada awalnya, perusahaan memulai usahanya dengan menanam melon di atas lahan terbuka. Pada tahun 1985 mulai dikembangkan usahanya dengan menanam bawang putih seluas 7 ha di daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur dan memperkerjakan karyawan sebanyak 100 orang. Karena banyak petani lain yang juga membudidayakan bawang putih, usaha tersebut kurang memberikan keuntungan sehingga kemudian diputuskan untuk mengembalikan usahanya di sekitar Desa Sukamanah dengan mencoba usaha tanaman di dalam green house, menggunakan sistem tetes irigasi. Hasil percobaan awal yang menunjukkan hasil sangat memuaskan membuat perusahaan memperbesar usaha ini dengan jenis tanaman melon, paprika, tomat, kyuuri dan shisito.

Banyaknya relasi dan kedekatan direktur perusahaan dengan pakar pertanian di negeri Belanda yang unggul dengan produk-produk pertaniannya, memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan, untuk memberikan konsultasi atas berbagai hal mulai dari masalah teknologi, informasi pasar, koperasi, dan juga kemitraan. Pada tahun 1992, PT Saung Mirwan melakukan diversifikasi dengan mengadakan percobaan untuk memproduksi stek krisan yang sudah berakar, yang kemudian dilanjutkan dengan percobaan produksi bunga pot dan potong. Karena tuntutan pasar akan kebutuhan sayur, maka PT Saung Mirwan secara tidak langsung harus


(41)

meningkatkan produksi sayurnya, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun jenisnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya manusia dan lahan, perusahaan mulai mencoba menerapkan sistem kemitraan. Mula-mula dimulai dengan petani-petani kecil di sekitar perusahaan, dan kemudian diperluas sampai daerah Bandung dan sekitarnya.

Pasar lokal yang menjadi sasaran utama perusahaan adalah mencakup Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Tetapi untuk memperluas target pasar lokal, PT Saung Mirwan juga telah mempunyai pelanggan di Bandung, Surabaya, sampai Bali. Sedangkan untuk pasar ekspor, mulai tahun 1998 PT Saung Mirwan memasok kebutuhan sayuran ke Hongkong, Taiwan, Korea, Malaysia, dan Jepang. Komoditi ekspor perusahaan ini misalnya, kol untuk Taiwan, paprika untuk Korea, baby leaves atau yang lebih dikenal dengan rukola untuk Malaysia. Pada tahun 1999, PT Saung Mirwan bekerja sama dengan sebuah perusahaan dari negeri Belanda, Deliflor Chrysanten B.V. melakukan percobaan stek krisan yang sudah berakar dengan membuka lahan produksi tambahan. Selain memperluas pasaran, perusahaan juga mengadakan penelitian yang dimaksudkan untuk perbaikan kualitas.

Visi PT Saung Mirwan adalah menjadi salah satu leader di bidang agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Adapun misi PT Saung Mirwan adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar.

2. Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia, dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan. 3. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan.

4. Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis.

4.2. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan

PT Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut) yang merupakan pendiri dan sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan


(42)

yang bertanggung jawab atas segala aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

Dirut dibantu oleh Sekretaris Direktur dalam menjalankan tugasnya mengurus segala keperluan direktur. Dirut memiliki beberapa staf ahli, yaitu bagian Information Technology (IT), Quality Assurance (QA), dan Research and Development (R&D). Bagian IT bertugas memberikan informasi serta masukan yang penting bagi Dirut dalam pengambilan keputusan, bagian QA bertugas memberikan masukan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi standar, serta bagian R&D bertugas untuk mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap inovasi dan penelitian untuk produksi.

Dirut PT Saung Mirwan membawahi tiga orang direktur, yaitu Direktur Bidang Produksi, Direktur Bidang Komersial, dan Direktur Bidang Umum. Bidang Umum terbagi atas Divisi Keuangan dan Accounting,

Human Resources, General Affairs, dan Divisi Teknik. Divisi Keuangan bertugas untuk mencatat semua pengeluaran dan pemasukan serta segala hal lain yang berhubungan dengan keuangan. Divisi General Affairs dan Divisi

Human Resource bertugas untuk mencatat absen karyawan dan menentukan insentif untuk karyawan. Selain itu divisi ini juga bertugas untuk menilai kinerja karyawan. Divisi Teknik bertugas untuk mengurus masalah teknik, misalnya jika terjadi kerusakan pada mobil pengangkutan, maka melaporkan ke divisi teknik.

Bidang Komersil terdiri dari Divisi Penjualan Sayur, Penjualan Bunga, Pengadaan, dan Pengemasan. Bagian Pengadaan bertugas untuk menyediakan segala macam kebutuhan operasional produksi, baik untuk produksi sayur dan bunga maupun produksi non sayur, misalnya plastik untuk mengemas. Bagian Penjualan bertugas melakukan hubungan kepada para konsumen dan calon konsumen. Bagian Pengemasan bertugas untuk mengemas dan menyimpan sayur.

Bidang Produksi terdiri dari Divisi Kebun Gadog dan Kemitraan. Dulunya bidang ini membawahi beberapa wilayah kebun, diantaranya adalah Kebun Garut, Kebun Lembang, dan Kebun Lemah Neundeut.


(43)

Namun, sekarang hanya ada Kebun Gadog saja. Hal ini dikarenakan faktor yang tidak menguntungkan, yaitu biaya produksi yang tinggi terutama untuk biaya pengangkutan produk dari Garut, Lembang, dan Lemah Neundeut menuju PT Saung Mirwan karena semua produk akan diproses di PT Saung Mirwan. Untuk saat ini, di wilayah Lembang hanya ada gudang penyimpanan saja. Gudang penyimpanan tersebut digunakan untuk menyimpan sayur yang didapatkan dari mitra beli di sana. Bagian Kemitraan bertugas untuk mengawasi produksi sayur, menjalin hubungan yang baik dengan para petani, dan pengawasan di lapangan.

Gambar 12. Struktur organisasi PT Saung Mirwan (PT Saung Mirwan, 2012)

4.3. Kegiatan Usaha PT Saung Mirwan

PT Saung Mirwan adalah perusahaan yang bertugas untuk mengolah sayuran dari petani dan hasil produksi sendiri sebelum sayuran dikirim ke pelanggan. Pemasok PT Saung Mirwan adalah petani yang berada di sekitar areal perkebunan milik perusahaan. Petani yang menjual hasil panennya ke perusahaan atau petani yang terikat kerjasama dengan perusahaan disebut mitra tani dan mitra beli. Selain itu, perusahaan juga melakukan produksi sendiri untuk beberapa komoditi sayuran yang memang butuh perlakuan yang ekstra dan berbeda.

Div. Kemitraan

Div. General Affairs Direktur Utama PT Saung Mirwan

Staf Ahli

Bidang Umum

Div. Teknik

Div. Keuangan dan Accounting

Div. Human Resources Bidang Komersial

Div. Penjualan Sayur

Div. Penjualan Bunga

Div. Pengadaan

Div. Pengemasan Kebun Gadog


(44)

Permintaan sayuran pada PT Saung Mirwan semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal tersebut menyebabkan PT Saung Mirwan tidak bisa memproduksi sayuran dalam jumlah yang besar sendiri. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan kerjasama dengan petani yang lebih dikenal dengan kemitraan dengan petani. Syarat keberhasilan dalam suatu sistem jaringan kemitraan yaitu saling menguntungkan, saling membutuhkan, jujur, dan keterbukaan. Kemitraan adalah salah satu divisi perusahaan yang merupakan bagian dari Bidang Produksi yang bertugas melakukan pengadaan sayuran untuk memenuhi pesanan pelanggan. Kemitraan terdiri dari mitra tani dan mitra beli.

Mitra tani merupakan salah satu bentuk kerjasama antara PT. Saung Mirwan dengan petani-petani yang berlokasi di sekitar perusahaan hingga merambah sampai dengan daerah Sukabumi, Cianjur, dan Cipanas dengan mengembangkan produk-produk eksklusif yang ditanam di areal lahan luar. Petani yang melakukan kerjasama dengan PT Saung Mirwan akan mendapat penyuluhan dari perusahaan. Apabila petani tidak mempunyai modal untuk melaksanakan kegiatan produksi, pihak PT Saung Mirwan akan memberikan bantuan pinjaman berupa bibit atau benih sayuran yang akan ditanam dan beberapa bahan yang dibutuhkan. Sedangkan Mitra Beli adalah salah satu bentuk kerjasama antara PT Saung Mirwan dengan para pengepul, kios, atau petani yang mampu memasok sayuran dalam jumlah besar kepada PT Saung Mirwan. Manfaat yang didapat dari sistem kemitraan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar manfaat yang didapat dari sistem kemitraan

No Manfaat untuk perusahaan Manfaat untuk petani

1. Pendelegasian proses produksi Terkonsentrasi hanya pada bidang produksi

2. Investasi pada lahan berkurang Menjadi spesialis dalam beberapa produk tertentu

3. Keamanan produk di lahan Produk akan dibeli oleh perusahaan 4. Risiko usaha terbagi Tidak terbebani masalah pemasaran

dan pengangkutan 5. Terbebas dari konflik isu

perburuhan

Pertumbuhan usaha cepat

6. Merubah pesaing menjadi mitra Fluktuasi harga bukan merupakan masalah


(45)

Konsumen PT Saung Mirwan terdiri dari ritel dan industri yang telah melakukan kerjasama dengan PT Saung Mirwan dan lebih dikenal sebagai customer oleh perusahaan. Ritel adalah customer yang menggunakan produk sayuran untuk dijual lagi tanpa harus diolah terlebih dahulu. Ritel terdiri dari supermarket dan swalayan yang mayoritas berada di kawasan Jakarta. Industri adalah customer yang menggunakan produk sayuran untuk dijual lagi tetapi diolah terlebih dahulu menjadi produk makanan. Industri terdiri dari hotel, restoran, dan kafe (horeka).

Aliran rantai pasokan sayuran dimulai dari petani sebagai mitra tani dan bagian produksi sayuran. Semua sayuran hasil panen mitra tani dan bagian produksi akan ditampung oleh PT Saung Mirwan. Apabila target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan tidak terpenuhi, maka perusahaan akan membeli sayuran kepada mitra beli. Harga beli berdasarkan kesepakatan antara pihak perusahaan dengan mitra beli. Hasil panen dari petani yang lokasi lahannya jauh dari perusahaan akan diambil oleh PT Saung Mirwan. Sedangkan hasil panen untuk petani yang lokasi lahannya dekat akan diangkut dan diantar sendiri oleh petani.

Keterangan :

1 Penyedia sarana produksi untuk petani 5 Industri (restoran) 2 Mitra tani PT Saung Mirwan 6 Konsumen akhir 3 Penyedia sarana non sayur 7 Aliran barang 4 PT Saung Mirwan 8 Aliran informasi 5 Retailer 9 Aliran finansial

Gambar 13. Pola aliran dalam rantai pasokan di PT Saung Mirwan (PT Saung Mirwan, 2012)

2 1

2 2 2

4

3 3

3

5

5


(46)

4.4. Identifikasi Faktor Daya Saing Agribisnis Sayuran

Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing agribisnis sayuran, terutama daya saing produk dari PT Saung Mirwan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kondisi, faktor permintaan, industri terkait dan industri pendukung, persaingan industri, serta pemerintah dan kesempatan. Atribut yang memiliki nilai tertinggi adalah sumberdaya alam dan lingkungan, teknologi, jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan pembelian, serta petani mitra, yang masing-masing bernilai (4,00). Sementara atribut yang memiliki nilai paling rendah adalah strategi pesaing yang bernilai (3,00). Nilai dari setiap faktor/atribut daya saing dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Faktor yang berpengaruh terhadap daya saing agribisnis sayuran

No. Atribut Nilai Responden

Rata-rata nilai

1 2 3 4

Faktor Kondisi

1. Infrastruktur 1 2 3 3.33

2. Sumberdaya manusia 1 2 3 3.33

3. Sumberdaya modal 1 2 3 3.67

4. SDA dan lingkungan 3 3 4.00

5. Teknologi 3 3 4.00

Kondisi Permintaan

6. Jumlah pembeli dan tingkat pertumbuhan pembelian

3 3 4.00

7. Preferensi konsumen 1 2 3 3.67

Industri Terkait dan

Industri Pendukung

8. Pemasok 2 1 3 3.33

9. Petani mitra 3 3 4.00

Persaingan Industri

10. Tingkat persaingan di industri sayuran

1 2 3 3.67

11. Strategi pesaing 3 3 3.00

Peran Pemerintah

12. Regulasi 2 1 3 3.33

Peran Kesempatan


(47)

4.4.1 Faktor Kondisi

Faktor kondisi disini mengacu pada input yang digunakan oleh industri sayuran untuk menghasilkan produk yang berdaya saing. Elemen-elemen penting yang menjadi faktor kondisi dalam industri sayuran antara lain infrastruktur, sumber daya alam, sumber daya modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumber daya manusia.

1. Infrastruktur

Secara umum, kondisi infrastruktur berupa jalan raya, jalan tol, jembatan, airport, pasar, tanah perkebunan, pabrik-pabrik pengolahan, dan sebagainya berbeda-beda di setiap lokasi. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam peningkatan infrastruktur wilayahnya. Saat ini, saluran irigasi yang dibangun oleh pemerintah masih kurang padahal pasokan air tersedia, yaitu sungai. Namun, tidak ada pembangunan irigasi ke sawah dan kebun milik petani dan juga milik perusahaan agribisnis sayuran di dekat daerah aliran sungai (DAS). Inilah yang terjadi di daerah sekitar PT Saung Mirwan, padahal perusahaan beserta kebunnya terletak di daerah yang memiliki aliran sungai dan dekat dengan gunung. Hal ini sangat disayangkan, karena jika saluran irigasi banyak tersedia, maka kebun tidak akan begitu mengalami kesulitan air dan sayuran yang ditanam pun akan dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan pasokan air yang cukup.

Selain itu, Indonesia merupakan negara yang sangat memprihatinkan kondisi jalanannya. Kemacetan merupakan hal yang dapat dengan mudah kita temui dan kita rasakan di Indonesia. Tidak hanya di jalan kota, namun di daerah-daerah pun kemacetan ini tidak jarang terjadi. Selain macet, jalan-jalan di Indonesia pun banyak yang rusak. Begitu pula jalanan dari PT Saung Mirwan menuju ke lokasi customer. Jalanan di Bogor tidak hanya cukup rusak, tetapi juga macet. Hal ini disebabkan karena banyaknya


(48)

angkutan umum dan juga kendaraan pribadi di jalanan. Begitu pula jalanan di Jakarta, lokasi mayoritas customer PT Saung Mirwan, kemacetan dapat ditemukan dimana-mana, bahkan di jalan tol yang semestinya menjadi jalan bebas hambatan.

Jalan yang rusak dan juga kemacetan sangat berpengaruh pada agribisnis sayuran, khususnya pada proses distribusi. Sayuran merupakan komoditi yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Jalanan yang macet akan membuat proses pendistribusian menjadi lama. Hal ini akan sangat berdampak pada life-time dari sayuran. Jalanan yang rusak akan menyebabkan sayuran terguncang di dalam mobil pengangkut. Meskipun sayuran disimpan dalam wadah tertentu, namun guncangan akan tetap terasa dan kemudian akan berdampak pada kualitas dan bentuk dari sayuran tersebut.

Listrik juga merupakan hal yang krusial dalam agribisnis sayuran. Industri ini membutuhkan pasokan listrik yang stabil. Misalnya, untuk mejaga ketahanan dari sayuran diperlukan cold refrigerator (pendingin). Jika pasokan listrik tidak stabil, maka aliran listrik ke alat tersebut akan terputus sehingga suhu udara dan kelembaban di dalam ruangan akan meningkat. Hal ini akan membuat life-time dari sayuran berkurang. Selain itu, pasokan listrik juga diperlukan untuk dialirkan ke green house. Jika listrik tidak stabil, maka suhu dalam green house pun akan berubah dan hal ini akan mempengaruhi kualitas dari sayuran yang dibudidayakan di dalam green house tersebut.

2. Sumberdaya Manusia

Mengingat bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang berkecimpung di dunia pertanian, maka pengalaman dan pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pertanian, khususnya sayuran, sudah tidak dapat dipandang sebelah mata lagi. Peran penting berada di tangan para petani, perusahaan yang bergerak dalam bidang ini, juga para tenaga ahli yang berada di lembaga penelitian milik pemerintah dan swasta.


(1)

MATRIKS ANTAR

KLASTER


(2)

Lanjutan Lampiran 1

FAKTOR SEBAGAI KONTROL

Faktor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masalah

Faktor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategi Masalah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategi

MASALAH SEBAGAI KONTROL

Faktor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masalah

Faktor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategi Masalah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategi

STRATEGI SEBAGAI KONTROL

Faktor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masalah

Faktor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategi Masalah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategi


(3)

Unweighted matrix


(4)

Lanjutan Lampiran 2

Limit matrix


(5)

Priorities


(6)

Yuti Arlan. H24080013. Strategi Peningkatan Daya Saing PT Saung Mirwan dengan Pendekatan Analytic Network Process (ANP). Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Alim Setiawan S.

Sayuran merupakan komoditi yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak di Indonesia yang merupakan negara agraris. Besarnya potensi sayuran disadari oleh banyak pelaku usaha sehingga memicu munculnya para pesaing dalam agribisnis sayuran. Munculnya para pesaing, ditambah dengan harga pesaing yang lebih murah, menuntut pihak PT Saung Mirwan yang sudah sangat lama berkecimpung dalam bisnis ini, untuk dengan cermat merumuskan strategi yang tepat agar dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan keunggulan kompetitif agribisnis sayuran, (2) menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing PT Saung Mirwan, (3) merumuskan strategi berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan, dan (4) membuat prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui indepth interview dan pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari tempat penelitian dan literatur. Alat analisis yang digunakan adalah Porter’s Diamond Model, Matriks SWOT, dan Analytic Network Process (ANP). Pengolahan data menggunakan

softwareMicrosoft Excel 2007 dan Superdecisions 2.0.8.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya alam, teknologi, jumlah pembeli, tingkat pertumbuhan pembelian, dan petani mitra merupakan atribut yang paling besar pengaruhnya terhadap daya saing agribisnis sayuran dan yang paling rendah pengaruhnya adalah strategi pesaing. Penelitian juga menunjukkan bahwa kekuatan utama dari PT Saung Mirwan adalah mutu produk yang sudah mencapai kualitas ekspor, sedangkan kelemahan utama adalah karyawan yang kurang inisiatif dan sudah mulai jenuh. Peluang utama bagi PT Saung Mirwan adalah tren gaya hidup konsumen (pola hidup sehat), sedangkan yang menjadi ancaman utama adalah serangan hama dan anomali iklim. Analisis dengan menggunakan Matriks SWOT menghasilkan lima alternatif strategi untuk meningkatkan daya saing, yaitu menyediakan produk sesuai demand, mengadakan

training dan gathering untuk karyawan, smart promotion, melaksanakan produksi

sesuai prosedur, dan strategi efisiensi biaya. Analisis dengan menggunakan

Analytic Network Process (ANP) menunjukkan bahwa strategi utama untuk

meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan adalah strategi melaksanakan produksi sesuai prosedur.