29 7.
Data pengiriman produk dan status pengirimannya dalam waktu 2 bulan. Semua data tersebut dipergunakan untuk menyusun BOD dan digunakan dalam DRP,
kemudian akan disusun pengantar produk dan jenis kendaraan yang dipakai. Perusahaan akan dibantu untuk melakukan perencanaan transportasi dengan memakai rules dari decision tree. Decision tree
dibentuk dengan melihat status pengiriman produk dalam jangka waktu 1 bulan, dimana status pengiriman terbagi 2 jenis, on time dan late. Terdapat empat atribut yang diperhitungkan dalam
penyusunan decision tree, yaitu: pengantar produk, tujuan, jenis kendaraan, serta jumlah muatan yang dibawa. Diharapkan dengan adanya informasi ini, perusahaan dapat lebih mudah menyusun
perencanaan distribusi dan transportasi, dengan tetap mendapatkan on time delivery.
III.2 METODE PENGOLAHAN DATA
1. Pre Processing Data
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan data agar sesuai dengan input data yang diperlukan serta pembatasan data agar pekerjaan lebih sederhana. Decision tree membutuhkan
tipe data katagorikal, sehingga data mentah yang masih bersifat kontinu harus diubah dahulu dalam bentuk katagorikal Rokach dan Maimon 2008. Penentuan katagori ini dilakukan dengan
teknik stastika sederhana, pembuatan data berkelompok. Berikut penjabaran rumusnya:
Keterangan: k
= Jumlah kelas n
= Banyaknya data R =
Rentang dara
P = Panjang kelas
x
max
= Batas atas dari keseluruhan data x
min
= Batas bawah dari keseluruhan data
2. Pembuatan Bill of Distribution BOD
Bill of Distribution merupakan penggambaran struktur distribusi perusahaan. Semua jaringan distribusi perusahaan akan disusun secara hierarkis. Permintaan produk akan diambil
dari urutan paling bawah dan mempengaruhi jumlah permintaan pada urutan di atasnya. Setiap distributor akan dikelompokkan berdasarkan gudang regional pada kota masing-masing Waters
2003
3. Distribution Requirements Planning DRP
Konsep perhitungan dalam DRP tidak jauh berbeda dengan Material Requirements Planning MRP. Seharusnya permintaan dari masing-masing distributor dihitung dengan metode
forecasting. Penelitian ini tidak melakukan forecasting untuk mendapatkan permintaan, tetapi cukup memasukkan permintaan setiap distributor dalam jangka waktu 1 bulan, serta product on
30 hand saat data permintaan tersebut dimasukkan. Perhitungan DRP dilakukan untuk mengetahui
berapa jumlah produk yang seharusnya tersedia pada gudang pusat, sehingga permintaan setiap gudang regional dapat dipenuhi. Berikut penjabaran rumus yang digunakan:
Jika PoH 0, maka
Keterangan: PoH
= Product on Hand
SR =
Scheduled Receive GR
= Gross Requirements
POReceipts = Planned Order Receipts
PORelease = Planned Order Release
t = waktu
hari LT
= Lead time hari
NR =
Net Requirements Product on hand adalah jumlah produk yang masih tersedia pada warehouse, pengiriman
produk tidak perlu dilakukan jika PoH masih dapat memenuhi permintaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki tingkat persediaan minimal yang harus berada di warehouse, disebut SS. SS
diperlukan untuk memenuhi fluktuasi permintaan dan penanganan jika pengiriman datang terlambat. Jika nilai PoH sudah dibawah 0, maka harus dilakukan pengiriman produk sebanyak
kekurangannya tersebut yang disebut NR. Nilai dari NR akan dicatat sebagai POReceipts, biasanya gudang regional memiliki aturan sendiri tentang kapan produk harus sampai, akan tetapi
dalam penelitian ini dianggap bahwa waktu produk sampai sama dengan kapan produk itu dibutuhkan. PORelease memberikan informasi kapan produk harus dikirim dari gudang pusat,
maka dari nilai POReceipts harus dimundurkan sebanyak LT. Lead time LT adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirim produk dari gudang pusat ke gudang regional Waters 2003
Penelitian ini akan mempertimbangkan permintaan setiap distributor dan diperhitungkan sebagai permintaan untuk masing-masing gudang regional. Permintaan setiap gudang regional
akan menjadi acuan untuk pengiriman produk dari gudang pusat. DRP hanya akan dibuat pada gudang regional, sehingga dapat diketahui kapan produk harus dikirim dari gudang pusat. Tidak
ada LT antara gudang regional dan distributor di wilayahnya, sehingga waktu kedatangan produk pada gudang regional sama dengan distributor. Produk akan tetap sampai tepat waktu di
distributor meskipun DRP tidak dibuat untuk setiap distributor.
31 Beberapa aturan yang perlu diperhatikan adalah sistem pemesanan produk pada PT.
Goodyear Indonesia, Tbk sebagai perusahaan tempat pengambilan data. Perusahaan ini telah menentukan langsung berapa LT untuk setiap gudang regional, jadi meskipun pada kenyataannya
pengantar produk bisa sampai jauh lebih cepat, tidak ada perubahan waktu. Status pengiriman akan dinyatakan on time saat waktu pengiriman di bawah LT. PT. Goodyear Indonesia, Tbk
memperbolehkan pemesanan produk dalam jumlah berapa pun setiap hari, akan tetapi harus masuk pada bulan sebelum waktu pengiriman, atau dikenal dengan jumlah lot size yang bebas
free lot size. Pemesanan dengan bebas, tetap diimbangi dengan aturan pengiriman perusahaan. PT. Goodyear Indonesia, Tbk hanya akan mengirimkan produk setiap dua hari sekali menuju
gudang regional yang sama. Jeda satu hari tersebut digunakan untuk menyelesaikan administrasi dengan pengantar produk. Aturan ini dikenal dengan sebutan Fixed Order Period 2 days, artinya
periode pengiriman sudah pasti setiap dua hari. PT. Goodyear Indonesia tidak memberlakukan adanya safety stock produk jadi di setiap gudang regional, sehingga dalam perhitungan penelitian
ini, nilai safety stock dianggap 0.
4. Decision Tree