Distribution And Transportation Planning Using Classification Technique To Support Implementation Of Supply Chain Management

(1)

1

PERENCANAAN DISTRIBUSI DAN TRANSPORTASI DENGAN

TEKNIK KLASIFIKASI UNTUK MENDUKUNG KONSEP

MANAJEMEN RANTAI PASOK

SKRIPSI

NOVINA EKA S.

F34070122

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

2 DISTRIBUTION AND TRANSPORTATION PLANNING

USING CLASSIFICATION TECHNIQUE TO SUPPORT IMPLEMENTATION OF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Novina Eka S. and Taufik Djatna

Division of Industrial System Engineering, Department of Agro-Industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220,

Bogor, West Java, Indonesia

ABSTRACT

The number of industries in the world is constantly increasing, this fact makes the industry should work harder to add and retain customer. Industry must make the customer satisfied by offering best quality products at the right time. Good supply chain management is the best solution to solve it. Product will be controlled either from raw materials until arrive at the customer. An important part of the supply chain is distribution and transport planning. Delivery of products must be planned, so First In First Out (FIFO) system can be implemented and products arrive at the right time. This paper will conduct a distribution and transport planning with Bill of Distribution (BOD) which can be used to make Distribution Requirements Planning (DRP) and analyze delivery orders data from an agro-industrial company with tires products using classification techniques. Classification technique is one of data mining technique, classification can be described as a supervised learning algorithm in the machine learning process. This research use classification technique to decide which transporter must be chosen to make on time delivery. It assigns class labels to data objects based on prior knowledge of class which the data records belong .The results of this analysis data are 70 rules that show what path should be chosen so the product arrived at destination on time. The rules will be used to make transport planning and an optimal route for product delivery with the lowest cost will be planned using Minimum Spanning Tree (MST). All these technique is expected to reduce distribution and transportation cost, but still makes the product arrive on time.

Keywords: Supply Chain Management, Data Mining, Distribution and Transportation Planning,


(3)

3 NOVINA EKA S. F34070122. Perencanaan Distribusi dan Transportasi dengan Teknik

Klasifikasi untuk Mendukung Konsep Manajemen Rantai Pasok. Di bawah bimbingan Dr. Eng.

Taufik Djatna, S.TP, M.Si. 2011.

RINGKASAN

Proses distribusi dan trasnportasi merupakan salah satu bagian penting dalam manajemen rantai pasok. Distribusi merupakan manajemen untuk menyalurkan produk ke tangan konsumen pada waktu yang tepat dan kualitas yang terjamin. Pada penelitian ini perencanaan distribusi dilakukan dengan membuat Bill of Distribution (BOD) yang menggambarkan struktur distribusi industri, kemudian menyusun Distribution Requirements Planning (DRP) untuk mengetahui berapa jumlah produk yang seharusnya tersedia di finished goods warehouse pada waktu tertentu. Proses ini akan berkaitan langsung dengan perencanaan transportasi. Sebuah proses pengangkutan produk dari satu tempat ke tempat lain dengan mempertimbangkan karakteristik produk, jumlah produk, kendaraan yang dipakai, dan rute perjalanan yang dilalui. Teknik Minimum Spanning Tree (MST) akan digunakan dalam penentuan rute perjalanan, sehingga satu kali keberangkatan dapat mengantarkan produk ke beberapa tujuan sekaligus.

Data mining adalah sebuah teknik untuk menggali informasi tersembunyi dalam sejumlah data dengan tujuan mendapatkan pola tertentu. Pola yang akan diambil pada penelitian ini adalah pola pengiriman finished product dan sebagai tujuannya adalah on time delivery. Teknik yang digunakan untuk menemukan pola tersebut adalah teknik data mining classification dengan algoritma decision tree, yaitu teknik untuk mengubah data menjadi pohon keputusan dan aturan-aturan (rules). Aturan-aturan ini akan menjadi dasar dalam penentuan perencanaan distribusi dan transportasi, dimana atribut yang dinilai berdasarkan jumlah produk yang dibawa, kendaraan, transporter, dan kota tujuan.

Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan agroindustri yang memproduksi ban mobil. Ban mobil digunakan sebagai bantalan antara velg dan aspal, sehingga dapat mengurangi gesekan saat mobil berjalan dan memberikan kenyamanan pada penumpang. Bahan baku pembuatan ban mobil adalah karet alam, karet sintetis, dan campuran beberapa bahan kimia. Ban mobil sebagai finished product, dikelompokkan ke dalam 16 golongan berdasarkan dari kesamaan komposisi bahan baku pembuatan. Pembagian golongan ini akan mempermudah perusahaan untuk menyusun DRP, sehingga jika ingin diurut ke belakang, output dari DRP bisa menjadi input untuk bagian production planning. Tahapan supply chain downstream yang diterapkan oleh perusahaan dimulai dari manufacturer,

finished goods warehouse, transporter dan terakhir distributor. Transporter bertugas untuk mengantarkan produk dari finished goods warehouse sampai ke distributor atau mengembalikan produk return dari distributor ke finished goods warehouse. Terdapat 6 transporter yang bekerjasama dengan perusahaan ini, yaitu: Kamadjaja, Efata, Antasena, SNS, PLS, dan Hana. Selain itu, masing-masing transporter ini juga harus memiliki 5 tipe container dengan volume berbeda, yaitu: cold diesel

(CD), Fuso, Tronton, Wing Box, dan Trailer. Selama ini perusahaan selalu menerapkan sistem one truck – one destination, sehingga meskipun kapasitas truck belum full load, truck akan tetap berangakat. Melihat permasalahan tersebut, penulis mencoba untuk menyusun perencanaan distribusi dan transportasi yang lebih baik dan diharapkan dapat mengurangi biaya produksi.

Perusahaan tersebut memiliki jaringan distribusi hampir ke seluruh dunia, tetapi penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya untuk Pulau Jawa. BOD perusahaan terdiri dari 3 bagian, yaitu: Central Warehouse, Regional Warehouse, dan distributor. Setiap regional warehouse

membawahi beberapa distributor, sehingga demand pada masing-masing regional warehouse akan mencakup semua demand dari distributor dibawahnya. Perusahaan tidak menjual langsung produknya


(4)

4 kepada konsumen, tetapi melalui distributor. Penjualan produk pada masing-masing distributor juga tergantung dari kebijakan distributor tanpa ada campur tangan pihak perusahaan. DRP yang dihitung sudah mencakup semua permintaan dari distributor yang diakumulasikan untuk mengetahui jumlah total permintaan pada central warehouse. Perhitungan ini juga sudah menghitung lead time dari

central warehouse ke regional warehouse atau regional warehouse ke distributor, sehingga produk akan sampai di distributor pada waktu yang tepat.

Aturan yang ditemukan pada kasus ini berjumlah 70 buah dan menunjukkan bahwa perusahaan harus meninjau ulang kinerja transporter mereka, terutama untuk pengiriman dalam jumlah sedikit dan pengiriman dengan menggunakan tipe kendaraan Cold Diesel. Sebagian besar data menunjukkan bahwa pengiriman dengan katagori di atas sebagian besar sampai di tujuan terlambat atau lebih dari standar lead time. Aturan yang didefinisikan khusus untuk pengiriman dengan status

late sehingga perusahaan dapat mempertimbangkan lebih serius penggunaan atribut dalam aturan tersebut untuk pengiriman produk.

Perencanaan distribusi dan transportasi akan disusun berdasarkan hasil BOD, DRP, MST dan mengikuti aturan dari decision tree. Diharapkan metode ini akan mendukung pelakasanaan supply chain management di perusahaan, mendapatkan kepuasan konsumen, mengurangi transportation cost


(5)

5

PERENCANAAN DISTRIBUSI DAN TRANSPORTASI DENGAN

TEKNIK KLASIFIKASI UNTUK MENDUKUNG KONSEP

MANAJEMEN RANTAI PASOK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

NOVINA EKA S.

F34070122

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

6

Judul Skripsi

:

Perencanaan Distribusi dan Transportasi dengan Teknik

Klasifikasi untuk Mendukung Konsep Manajemen Rantai

Pasok

Nama

:

Novina Eka S.

NRP :

F34070122

Menyetujui,

Pembimbing,

Dr. Eng. Taufik Djatna, S.TP, M.Si

NIP 19700614 199512 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen,

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti

NIP 19621009 198903 2 001


(7)

7

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Perencanaan Distribusi dan Transportasi dengan Teknik Klasifikasi untuk Mendukung Konsep Manajemen

Rantai Pasok adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan

belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruang tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Yang membuat pernyataan

Novina Eka S. F34070122


(8)

8

BIODATA PENULIS

Novina Eka S. dilahirkan di Bekasi pada tanggal 5 November 1989 dari bapak Muhammad Kurnia dan Ibu V. Rahayu Dwi Purwanti, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan SMA pada tahun 2007 dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi koordinator asisten praktikum penerapan komputer dan asisten praktikum mata kuliah analisis sistem penunjang keputusan. Penulis melakukan praktek lapang pada tahun 2010 di PT. Goodyear Indonesia, Tbk untuk mempelajari bagaimana penerapan supply chain management

terutama pada manajemen penggudangan, distribusi dan transportasi. Penulis merupakan salah satu kandidat mahasiswa berprestasi dari Departemen Teknologi Industri Pertanian dan dalam kegiatan tersebut penulis menyusun karya tulis denagn judul “Peningkatan Keunggulan Kompetitif Bangsa Melalui Realisasi Riset Dalam Negeri”. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kampus dan mengikuti berbagai kepanitiaan.

Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Distribusi dan Transportasi

dengan Teknik Klasifikasi untuk Mendukung Konsep Manajemen Rantai Pasok” untuk

mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di bawah bimbingan Dr. Eng. Taufik Djatna, S.TP, M.Si.


(9)

9

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan ungkapan rasa syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas karunia, kemudahan, pertolongan, dan kasih sayangNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan Distribusi dan Transportasi dengan Teknik Klasifikasi untuk Mendukung Konsep Manajemen Rantai Pasok”.

Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara materi ataupun moral selama penulis menempuh pendidikan. Terima kasih kepada seluruh keluarga, terutama Naufal Dwi Fajri selaku adik kandung penulis atas doa dan dukungannya. Tanpa kalian semua penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kasih sayangNya untuk kalian semua.

Sejak penelitian dimulai sampai skripsi ini selesai ditulis, banyak sekali pihak yang sangat membantu kelancarannya. Penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Eng. Taufik Djatna, S.TP, M.Si selaku pembimbing utama yang telah menjadi  “ayah” bagi penulis selama menempuh pendidikan di IPB, yang dengan penuh  pengertian memberikan arahan kepada penulis dan mengajarkan tentang disiplin  waktu serta kecepatan kerja. 

2. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Prof. Dr. –Ing. Ir. Suprihatin sebagai dosen  penguji yang telah memberikan saran dan kritik pada penelitian ini. 

3. Inu Purwanda dan Ade Indra Permana selaku manajer dan staf Finished Goods  Warehouse  di  PT.  Goodyear  Indonesia,  Tbk  atas  berbagai  pengetahuan  dan  pengalaman kerja yang diberikan pada penulis dalam penerapan Supply Chain  Management

4. Dinda Mulia Utami, yang selalu memberikan semangat, peringatan, dan amarah  demi kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini. 

5. Seluruh keluarga besar Finished Goods Warehouse, Mbak Rita yang rela berbagi  meja, Mbak Jein, Mas Jo, Mas Imam, Mas Harry, Pak Djayadi, Pak Denny, Mas Ade,  Mas Ginting, Mas Rommy, Pak Kris, Mas Karta, Pak Ahyadi, Pak Ujang yang selalu  menawarkan  minum,  atas  sambutannya  yang  hangat,  izin,  masukan,  dan  bimbingannya 

6. Teman‐teman TIN 44 atas bantuan dan dukungannya. 

Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat, terutama bagi civitas akademi Fakultas Teknologi Pertanian dan keluarga besar PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Bogor, Juli 2011


(10)

10

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan ungkapan rasa syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas karunia, kemudahan, pertolongan, dan kasih sayangNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan Distribusi dan Transportasi dengan Teknik Klasifikasi untuk Mendukung Konsep Manajemen Rantai Pasok”.

Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara materi ataupun moral selama penulis menempuh pendidikan. Terima kasih kepada seluruh keluarga, terutama Naufal Dwi Fajri selaku adik kandung penulis atas doa dan dukungannya. Tanpa kalian semua penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kasih sayangNya untuk kalian semua.

Sejak penelitian dimulai sampai skripsi ini selesai ditulis, banyak sekali pihak yang sangat membantu kelancarannya. Penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

7. Dr. Eng. Taufik Djatna, S.TP, M.Si selaku pembimbing utama yang telah menjadi “ayah” bagi penulis selama menempuh pendidikan di IPB, yang dengan penuh pengertian memberikan arahan kepada penulis dan mengajarkan tentang disiplin waktu serta kecepatan kerja.

8. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Prof. Dr. –Ing. Ir. Suprihatin sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik pada penelitian ini.

9. Inu Purwanda dan Ade Indra Permana selaku manajer dan staf Finished Goods Warehouse di PT. Goodyear Indonesia, Tbk atas berbagai pengetahuan dan pengalaman kerja yang diberikan pada penulis dalam penerapan Supply Chain Management.

10. Dinda Mulia Utami, yang selalu memberikan semangat, peringatan, dan amarah demi kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini.

11. Seluruh keluarga besar Finished Goods Warehouse, Mbak Rita yang rela berbagi meja, Mbak Jein, Mas Jo, Mas Imam, Mas Harry, Pak Djayadi, Pak Denny, Mas Ade, Mas Ginting, Mas Rommy, Pak Kris, Mas Karta, Pak Ahyadi, Pak Ujang yang selalu menawarkan minum, atas sambutannya yang hangat, izin, masukan, dan bimbingannya

12. Teman-teman TIN 44 atas bantuan dan dukungannya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat, terutama bagi civitas akademi Fakultas Teknologi Pertanian dan keluarga besar PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Bogor, Juli 2011


(11)

11

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 LATAR BELAKANG ... 1

I.2 TUJUAN ... 2

I.3 RUANG LINGKUP ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

II.1 MANAJEMEN RANTAI PASOK ... 3

II.2 DATA MINING ... 4

II.3 SISTEM INFORMASI ... 7

II.4 UNIFIED MODELING LANGUAGE ... 7

II.5 BAN ... 8

II.6 PENELITIAN TERDAHULU ... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12

III.1 KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

III.2 METODE PENGOLAHAN DATA ... 14

III.3 METODE PENGEMBANGAN SISTEM BERORIENTASI OBJEK ... 17

III.4 TAHAP PENGEMBANGAN SISTEM ... 18

III.4.1 ANALISIS SISTEM ... 19

III.4.2 DESAIN SISTEM ... 19

III.4.3 IMPLEMENTASI SISTEM ... 20

III.4.4 VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM ... 20

IV. ANALISIS SISTEM ... 22

IV.1 DESKRIPSI SISTEM ... 22

IV.2 KEBUTUHAN FUNGSIONAL SISTEM ... 22

IV.3 ANALISIS KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA ... 23

IV.4 KONFIGURASI SISTEM ... 24

IV.5 HUBUNGAN ANTAR PELAKU ... 24

IV.6 DATA FLOW DIAGRAM ... 25

V. PEMODELAN SISTEM ... 30

V.1 USE CASE DIAGRAM ... 30

V.2 ACTIVITY DIAGRAM ... 31

V.3 STATECHART DIAGRAM ... 32

V.4 CLASS DIAGRAM ... 32

VI. PEMBAHASAN ... 33

VI.1 IMPLEMENTASI SISTEM ... 35

VI.1.1 TRANSFORMASI DESAIN ... 35

VI.1.2 PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK ... 35

VI.2 TAMPILAN PAKET PROGRAM ... 36

VI.2.1 SPLASH SCREEN DAN MENU UTAMA ... 36

VI.2.2 INPUT DATA SUPERVISOR ... 38

VI.2.3 PERENCANAAN DISTRIBUSI ... 39

VI.2.4 DECISION TREE ... 40

VI.2.5 PERENCANAAN TRANSPORTASI ... 42

VI.3 VERIFIKASI DAN VALIDASI ... 43

VI.3.1 PRE-PROCESSING DATA ... 43

VI.3.2 PERENCANAAN DISTRIBUSI ... 44


(12)

12

VI.3.4 PERENCANAAN TRANSPORTASI ... 53

VI.3 TANTANGAN IMPLEMENTASI LANJUT ... 54

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

VII.1 KESIMPULAN ... 55

VII.2 SARAN... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(13)

13

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Konsepsi Dasar Diagram UML ... 8

Tabel 2. Pengelompokkan Ban Berdasarkan Kegunaan... 9

Tabel 3. Keterangan Komponen DFD ... 26

Tabel 4. Data Gudang Regional ... 44

Tabel 5. Data Jenis Kendaraan ... 44

Tabel 6. Data Golongan Muatan ... 44

Tabel 7. Data Distributor ... 45

Tabel 8. Data Produk ... 47

Tabel 9. Hasil Perhitungan Entropi Tahap 1 ... 49

Tabel 10. Hasil Perhitungan Entropi Tahap 2 ... 49

Tabel 11. Hasil Perhitungan Entropi Tahap 3 Cabang Efata ... 50

Tabel 12. Rules Pengiriman dengan Status Terlambat ... 51


(14)

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tahapan Pengolahan Data untuk Data Mining ... 5

Gambar 2. Flowchart Penelitian ... 13

Gambar 3. Grafik Probabilitas Entropi ... 16

Gambar 4. Tahapan Pengembangan Sistem ... 18

Gambar 5. Tahapan Analisis Sistem ... 19

Gambar 6. Relasi Verifikasi dan Validasi Model ... 20

Gambar 7. Diagram Hubungan Antar Pelaku ... 25

Gambar 8. DFD Level 0 ... 26

Gambar 9. DFD Level 1 ... 27

Gambar 10. DFD Level 2 (1.1) ... 28

Gambar 11. DFD Level 2 (1.4) ... 28

Gambar 12. Kelas Pengguna ... 33

Gambar 13. Diagram Kelas Triport 0.1 ... 34

Gambar 14. Splash screen Triport 0.1 ... 37

Gambar 15. Halaman Utama Triport 0.1 ... 38

Gambar 16. Halaman Input Data Pengguna ... 39

Gambar 17. Halaman Perhitungan DRP ... 39

Gambar 18. Halaman Summary of DRP ... 40

Gamabr 19. Halaman Pre-Processsing Data ... 41

Gambar 20. Halaman Finished Rules ... 41

Gambar 21. Halaman Pemilihan Transporter ... 42

Gambar 22. Halaman Rute Pengiriman ... 43

Gambar 23. Struktur Bill of Distribution ... 46

Gambar 24. Tampilan Input Data Stock in Hand dan Scheduled Receive ... 48

Gambar 25. Tampilan Output Perhitungan Distribution Requirements Planning... 48

Gambar 26. Rules Pengiriman pada Triport 0.1 ... 52

Gambar 27. Jalur Pengiriman ... 53

Gambar 28. Rencana Pengiriman Tanggal 17 Agustus 2011 ... 53


(15)

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tahapan Proses Produksi PT. Goodyear Indonesia ... 57

Lampiran 2. Use Case Diagram Triport 0.1 ... 58

Lampiran 3. Diagram Aktivitas Perencanaan Distribusi ... 59

Lampiran 4. Diagram Aktivitas Perencanaan Transportasi ... 60

Lampiran 5. Diagram Aktivitas Stock Controller ... 61

Lampiran 6. Diagram Aktivitas Supervisor ... 62

Lampiran 7. Statechart Diagram Login ... 63

Lampiran 8. Statechart Diagram Perencanaan Distribusi ... 64

Lampiran 9. Statechart Diagram Perencanaan Transportasi ... 65

Lampiran 10. Statechart DiagramStock Controller ... 66

Lampiran 11. Conceptual Data Model Triport 0.1 ... 67

Lampiran 12. Physical Data Model Triport 0.1 ... 68

Lampiran 13. Struktur User Interface Triport 0.1 ... 69

Lampiran 14. Struktur Tree ... 70


(16)

16

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Peningkatan jumlah industri di dunia sangat tinggi, akibatnya kompetisi antar industri serupa atau barang subtitusinya semakin ketat. Pihak industri harus mengoptimalkan kinerja seluruh komponen perusahaan untuk mendapatkan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan sendiri selalu berorientasi pada harga, kualitas dan pelayanan dari perusahaan. Manajemen rantai pasok mencoba untuk mengintegrasikan seluruh komponen perusahaan dari mulai pemasok bahan baku sampai dengan konsumen akhir untuk mereduksi biaya produksi namun tetap menjaga kualitas produk. Manajemen rantai pasok adalah suatu tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin membuat jaringan yang dapat segera menyesuaikan dengan keadaan permintaan pasar yang fluktuatif (Indrajit dan Djokopranoto 2002). Industri yang memiliki rantai pasok baik dan reaktif tentu saja dapat menguasai pasar. Manajemen rantai pasok sebuah perusahaan harus dapat menyediakan produk murah, berkualitas, sampai tepat waktu, dan bervariasi (Pujawan 2005).

Salah satu bagian penting dalam rantai pasok adalah proses distribusi dan transportasi yang terletak pada bagian akhir rantai pasok, yaitu proses untuk menyampaikan produk setelah keluar dari manufaktur sampai ke tangan konsumen. Distribusi merupakan sebuah manajemen untuk menyalurkan produk ke tangan konsumen dengan tepat waktu dan kualitas tetap terjaga. Proses ini berkaitan langsung dengan transportasi, yaitu proses pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan memperhitungkan beberapa faktor seperti: kendaraan yang dipakai, kapasitas angkut, rute perjalanan, dan waktu tempuh (Stadtler dan Kilger 2008). Diperlukan perencanaan yang baik agar semua komponen di atas baik itu distribusi maupun transportasi berjalan lancar. Hal ini akan memberikan dampak pada biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh industri. Semakin efektif pendistribusian barang maka biaya produksi juga menurun.

Perencanaan distribusi bukan permasalahan yang sederhana, kurang lebih ada lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu: fasilitas, persediaan, transportasi, komunikasi dan unitisasi. Penelitian ini akan mencoba mengatur semua komponen tersebut, sehingga didapatkan kombinasi pengantaran yang baik. Tahap pertama akan dilakukan pembuatan Bill of Distribution (BOD) untuk menentukan bagaimana jaringan distribusi perusahaan. BOD akan dimanfaatkan untuk menyusun Distribution Requirements Planning (DRP), sehingga didapatkan berapa jumlah persediaan produk di gudang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing distributor pada setiap periode waktu (Waters, 2003). Angka ini kemudian dijadikan pedoman untuk membuat perencanaan transportasi. Perencanaan transportasi mencakup unitisasi produk, kendaraan yang digunakan serta kemana rute perjalanan. Setiap industri pasti memiliki karakteristik produk dan kriteria pengantaran yang berbeda. Diperlukan analisa data terlebih dahulu untuk mendapatkan pola tersebut. Teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkannya adalah penggalian data.

Penggalian data atau data mining adalah sebuah teknik untuk menggali informasi tersembunyi dalam sejumlah data dengan tujuan mendapatkan pola tertentu. Penggalian data mampu memprediksi tren, perilaku, sehingga membuat perusahaan menjadi lebih proaktif dan akurat dalam mengambil keputusan (Sulianta dan Juju 2010). Diharapkan pola yang ditemukan ini akan menjadi pertimbangan saat perencanaan transportasi dilakukan. Pola akan menunjukkan beberapa faktor yang menjadi penentu transportasi produk. Teknik penggalian data yang akan dipakai adalah klasifikasi, suatu teknik dengan melihat pada kelakuan dan atribut dari kelompok yang telah didefinisikan. Teknik ini


(17)

17 dapat memberikan klasifikasi pada data baru dengan menerapkan aturan-aturan yang diperoleh dari data lama. Algoritma yang akan digunakan untuk mempermudah penentuan pengantar produk adalah pohon keputusan (decision tree), yaitu teknik untuk mengubah data menjadi pohon keputusan dan aturan-aturan (rules). Pohon keputusan akan memperlihatkan faktor-faktor kemungkinan atau probabilitas yang akan mempengaruhi alternatif keputusan, disertai dengan estimasi hasil akhir yang akan didapat jika alternatif keputusan diambil (Sulianta dan Juju 2010). Penggunaan algoritma pohon keputusan akan mempermudah perusahaan untuk menentukan siapa pengantar barang yang harus dipilih untuk mengirim produk ke tujuan tertentu sehingga produk akan sampai tepat waktu.

Pemilihan pengantar produk yang tepat harus dibarengi dengan penentuan rute perjalanan, karena pengantar akan mengunjungi lebih dari satu tujuan. Rute perjalanan sendiri ditentukan dengan teknik Minimum Spanning Tree (MST). MST merupakan teknik untuk mencari rute dengan bobot terendah dalam sebuah perjalanan, sehingga biaya transportasi dapat diminimumkan. Bobot dalam MST akan diambil dari jarak antar setiap kota tujuan. Diharapkan teknik-teknik ini akan membantu proses perencanaan distribusi dan transportasi, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas manajemen rantai pasok pada industri, sehingga perusahaan dapat memenangkan kompetisi bisnis di industri sejenis.

I.2 TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membuat bill of distribution (BOD) serta menyusun distribution requirements planning

(DRP).

2. Mendapatkan pola penentuan transportasi produk dalam perusahaan agroindustri dengan menggunakan teknik kalsifikasi dengan algoritma pohon keputusan (decision tree).

3. Menetapkan rute transportasi yang optimal dengan teknik minimum spanning tree (MST). 4. Menyusun perencanaan distribusi dan transportasi dengan menerapkan ketiga teknik di atas.

Diharapkan penelitian tentang perencanaan distribusi dan transportasi dengan teknik data mining ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya industri yang berkaitan langsung dengan perencanaan distribusi fisik dalam jaringan rantai pasoknya.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian ini meliputi penggalian data penggiriman produk akhir dari gudang pusat sampai ke distributor menggunakan teknik penggalian data klasifikasi dengan algoritma

decision tree. Data yang diambil meliputi jumlah dan jenis produk, daerah tujuan pengiriman, pengantar produk dan kendaraan yang digunakan. Data akan digunakan untuk menentukan rules

pengiriman produk agar sampai ke distributor pada waktu yang tepat. Data dikumpulkan dari sebuah perusahaan pengolah karet alam menjadi ban mobil, yaitu PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Penulis membatasi ruang lingkup distribusi dan transportasi produk hanya pada Pulau Jawa untuk jenis produk lokal.

Penelitian ini mencoba untuk menerapkan tiga teknik baru dalam pelaksanaan distribusi dan transportasi perusahaan, yaitu teknik Distribution Requirements Planning (DRP) dan Minimum Spanning Tree (MST) yang didukung dengan teknik klasifikasi untuk mendapatkan aturan pemilihan pengantar produk. Dampak utama dari penerapan metode-metode tersebut adalah pengurangan biaya distribusi dan transportasi.


(18)

18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 MANAJEMEN RANTAI PASOK

Manajemen rantai pasok merupakan sebuah pola terpadu menyangkut proses aliran produk dari pemasok, manufaktur, pengecer hingga pada konsumen akhir. Setiap komponen tersebut tersusun dalam sebuah organisasi yang menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggan. Layaknya sebuah organisasi, setiap bagian di dalamnya akan saling berhubungan untuk mencapai satu tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan penyaluran barang (Indrajit dan Djokopranoto 2002).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dinyatakan bahwa rantai pasok adalah jaringan logistik. Pada hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan dengan kepentingan yang sama, yaitu pemasok, manufaktur, distributor, pengecer dan pelanggan. Rantai pasok pada hakikatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan hilir (downstream), dalam proses dan kegiatan yang berbeda dan menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa di tangan pelanggan akhir (Indrajit dan Djokopranoto 2002).

Prinsip utama dalam manajemen rantai pasok ialah mencipatakan sinkronisasi aktivitas yang beragam dan membutuhkan pendekatan holistik. Prinsip mengintegrasi aktivitas-aktivitas dalam rantai pasok ialah untuk menciptakan sebuah resultan besar bukan hanya untuk tiap anggota sistem tetapi untuk keseluruhan sistem. Kunci kesuksesan dalam pelaksanaan manajemen rantai pasok adalah adanya saling ketergantungan, kepercayaan, komunikasi yang terbuka, dan keuntungan bersama. Hal ini berkaitan dengan hubungan para pemain utama dengan pelaku lainnya yang dapat saling terhubung dari pemasok hingga konsumen akhir (Simchi et al. 2000).

Persaingan pasar yang ketat dapat dimenangkan bila rantai pasok sebuah perusahaan dapat menyediakan produk dengan harga murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi. Hal ini berkaitan dalam upaya pemenuhan kepuasan konsumen. Konsumen akan loyal untuk menggunakan produk jika produk tersebut dapat memuaskan mereka, terutama dari hal harga, variasi dan kualitasnya. Ketiga hal ini juga tidak akan berpengaruh jika tidak dapat sampai ke tangan konsumen pada waktu yang tepat. Tujuan utama pelaksanaan manajemen rantai pasok adalah untuk mengantarkan produk dengan kualitas baik dan harga sesuai pada waktu yang tepat kepada konsumen. Manajemen rantai pasok juga ditujukan untuk mengefisienkan perjalanan logistik dari raw material sampai produk jadi agar biaya produksi dapat diminimasi (Pujawan 2005).

Prinsip dasar manajemen rantai pasok meliputi 5 hal, yaitu:

1.Prinsip integrasi; elemen yang terlibat dalam manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan.

2.Prinsip jejaring; semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3.Prinsip ujung ke ujung; proses produksinya mencakup elemen dari hulu ke hilir.

4.Prinsip saling tergantung; diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan pada setiap elemen untuk mencapai manfaat.

5.Prinsip komunikasi; keakuratan data menjadi penting dalam jaringan untuk menjalin ketepatan informasi dan material

Manajemen rantai pasok yang terintegrasi harus memiliki semua prinsip di atas, sehingga aliran informasi dari satu elemen ke elemen lain tetap terjaga. Informasi merupakan bagian paling penting dalam pelaksanaan manajemen rantai pasok, semakin akurat informasi yang diperoleh maka semakin baik kinerja manajemen rantai pasok sebuah perusahaan. Informasi yang baik ini juga harus


(19)

19 didukung dengan ketergantungan antar elemen sehingga kerjasama terjalin baik (Said dan Ilham 2005).

Aliran informasi dalam manajemen rantai pasok terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: 1) Aliran produk dan jasa (flow of products and service); 2) Aliran uang (flow of money); dan 3) Aliran dokumen (flow of document). Keseimbangan aliran ketiga informasi ini membuat rantai pasok berjalan dengan baik dan dapat memenuhi tujuan (Indrajit dan Djokopranoto 2002). Salah satu kegunaan dari adanya aliran informasi adalah untuk menentukan jumlah persediaan pada waktu tertentu untuk memenuhi permintaan konsumen. Manajemen persediaan menjawab pertanyaan berapa banyak persediaan yang perlu dicadangkan untuk mengatasi fluktuasi permintaan pelanggan dan pengiriman pemasok.

Ruang lingkup manajemen rantai pasok sangat luas, sehingga terbagi ke dalam 3 bagian besar, yaitu: 1) Supply Chain Upstream, mengatur manajemen pengadaan dari pemasok raw materials

sampai ke manufaktur; 2) Manufacturing, aliran informasi di dalam industri. Mengatur semua aktivitas produksi dari bahan baku sampai produk jadi; 3) Supply Chain Downstream, mengatur manajemen distribusi dan transportasi, mulai dari produk keluar dari manufaktur sampai pengguna akhir, bagian ini mencakup manajemen pergudangan yang juga mengatur persediaan di dalam gudang (Waters, 2003).

Salah satu sistem yang dipakai dalam perencanaan distribusi adalah konsep Distribution Requirements Planning (DRP), sistem ini mendorong persediaan dari pabrik ke gudang. Keputusan penambahan kembali persediaan dilakukan di pabrik. Keuntungan dari sistem ini adalah tercapainya skala ekonomis pada manajemen gudang utama. DRP menentukan kebutuhan dari setiap gudang yang tersusun dalam struktur distribusi perusahaan, sehingga didapatkan total produk yang harus tersedia pada periode waktu tertentu di gudang utama. Penyusunan DRP harus dilengkapi dengan pembuatan

Bill of Distribution (BOD), sebuah metode untuk menggambarkan struktur distribusi perusahaan. Disusun secara hirarkis, sehingga permintaan dari struktur terendah akan dipertimbangkan dalam struktur di atasnya (Waters 2003).

Perencanaan transportasi berhubungan langsung dengan perencanaan distribusi. Penelitian ini mencoba untuk menerapkan pola pengiriman satu truk menuju banyak tujuan dengan menggunakan metode Minimum Spanning Tree (MST). MST adalah sebuah pohon yang dapat didefinisikan dengan sebuah graf. Graf berarah dan graf tidak berarah adalah subgraf yang setiap node atau simpulnya terkoneksi satu sama lain. Sebuah graf, dapat memberikan pohon rentang yang berbeda. Pada setiap ruas (edge), akan diberikan bobot untuk menentukan nilai edge tersebut dibanding dengan yang lain. Setiap bobot edge dibandingkan dengan bobot edge yang lain untuk menentukan arah simpul berikutnya. Pemilihan simpul ini didasarkan pada jenis algoritma yang akan digunakan (Pettie dan Ramachandran 2001). Algoritma yang digunakan dalam penilitian ini adalah Prims Algorithm, salah satu algoritma dalam MST dengan mengambil satu titik terlebih dahulu sebagai titik awal keberangkatan. Prims cocok digunakan dalam perencanaan transportasi karena pasti titik awalnya adalah gudang pusat, dan kemudian menuju ke setiap gudang regional (Anonim, 2011).

1I.2 DATA MINING

Data dan informasi memiliki nilai dan pengertian yang berbeda. Data dikatakan sebagai bahan mentah dari informasi, sedangkan informasi adalah data yang sudah dikelola sedemikian rupa sehingga memiliki nilai tambah untuk mengambil keputusan. Sumber daya pada sebuah perusahaan terdiri dari lima, yaitu: material, manusia, mesin (fasilitas dan energi), uang, dan data atau informasi. Berbeda dengan empat sumber daya lainnya, data atau informasi sifatnya invisible. Tumpukan-tumpukan data yang dihasilkan oleh perusahaan saat beraktivitas dan bertransaksi lebih tidak terlihat


(20)

20 lagi, bahkan sering dianggap tidak ada nilainya. Pada bagian inilah penggalian data menjalankan perannya, membuat data yang sebelumnya dianggap tidak bernilai menjadi sangat berharga (Sulianta dan Juju 2010).

Penggalian data atau data mining (DM) adalah serangkaian proses untuk menggali nilai tambah dari suatu kumpulan data berupa pengetahuan yang selama ini tidak diketahui secara manual. Sehingga dengan DM dapat mengungkapkan pola-pola tersembunyi dari sebuah data. Alasan utama untuk menggunakan DM adalah membantu dalam analisis koleksi pengamatan perilaku. DM merupakan pengambilan informasi yang tersembunyi, dimana informasi tersebur sebelumnya tidak dikenal dan berpotensi bermanfaat. Proses ini meliputi sejumlah pendekatan teknis yang berbeda anseperti clustering, data summarization, learning classification rules dan sebagainya (Han dan Kamber 2001).

Salah satu tuntutan dari DM adalah penerapan pada data berskala besar yang memerlukan metodologi sistematis, tidak hanya ketika melakukan analisa saja tetapi juga ketika mempersiapkan data dan juga melakukan interpretasi dari hasilnya sehingga dapat menjadi aksi ataupun keputusan yang bermanfaat. DM dipahami sebagai suatu proses yang memiliki tahapan-tahapan tertentu dan juga ada umpan balik dari setiap tahapan ke tahapan sebelumnya. Pada umumnya proses DM berjalan interaktif karena tidak jarang hasil DM pada awalnya tidak sesuai dengan harapan analisnya sehingga perlu dilakukan desain ulang proses. Berikut tahapan dalam DM:

1. Pembersihan data (untuk membuang data yang tidak konsisten dan noise)

2. Integrasi data (penggabungan dari beberapa sumber)

3. Transformasi data (data diubah menjadi bentuk yang sesuai untuk digali)

4. Aplikasi teknik Penggalian data

5. Evaluasi pada pola yang ditemukan (untuk menemukan yang menarik atau bernilai)

6. Presentasi pengetahuan (dengan teknik visualisasi)

Tar

get Dat

a

Ba

sis Dat

a

Ba

sis Dat

a

Ba

s

is D

a

ta

Pembersihan dan Pengintegrasian Data

Data yang sudah ditransformasi Transformasi dan Seleksi Data

Penggalian Data

Pola

Pengetahuan Evaluasi dan Interpretasi

Sumber: Han dan Kamber (2001)


(21)

21 Beberapa teknik DM yang dapat digunakan untuk penentuan target pasar menurut Kusnawi (2007) adalah:

a) Klasifikasi

Suatu teknik dengan melihat pada kelakuan dan atribut dari kelompok yang telah didefinisikan. Teknik ini memberikan klasifikasi pada data baru dengan memanipulasi data yang ada dan telah diklasifikasi dan dengan menggunakan hasilnya untuk memberikan sejumlah aturan. Decision tree adalah salah satu teknik klasifikasi yang paling mudah untuk diinterpretasikan, yaitu struktur flowchart yang menyerupai pohon (tree), dimana setiap simpul internal menandakan suatu tes pada atribut, setiap cabang merepresentasikan kelas atau distribusi kelas. Alur pada decision tree ditelusuri dari simpul akar ke simpul daun yang memegang prediksi. Algoritma decision tree yang paling terkenal adalah C4.5, tetapi untuk penanganan data besar biasanya digunakan neural network, genetic algorithm, fuzzy, case-based reasoning dan k-nearest reasoning.

b) Asosiasi

Digunakan untuk mengenali kelakuan dari kejadian-kejadian khusus atau proses dimana hubungan asosiasi muncul pada setiap kejadian. Contoh dari aturan asosiatif adalah dari analisa pembelian di pasar swalayan, dapat diketahui seberapa besar kemungkinan seorang pembeli membeli susu dan roti pada waktu yang bersamaan yang kemudian akan mempengaruhi desain tataletak pasar swalayan.

c) Penggerombolan

Berbeda dengan asosiasi dan klasifikasi dimana kelas data telah ditentukan sebelumnya, penggerombolan melakukan pengelompokan data tanpa berdasarkan kelas data tertentu. Bahkan penggerombolan dapat dipakai untuk memberikan label pada kelas data yang belum diketahui. Prinsip penggerombolan adalah memaksimalkan kesamaan antar anggota satu kelas dan meminimumkan kesamaan antar kelas..

Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik klasifikasi, digunakan untuk mendapatkan pola perencanaan transportasi dalam perusahaan. Data diambil dari setiap transaksi pengiriman produk ke masing-masing distributor. Data pengiriman ini mencakup tempat tujuan, jumlah produk yang dikirim, kendaraan yang digunakan, kapasitas kendaraan, jarak tempuh, dan biaya angkut. Total biaya angkut akan menjadi fungsi tujuan (goal) dan faktor lainnya sebagai atribut. Permasalahan ini akan diselesaikan dengan menggunakan algoritma decision tree,

Konsep algoritma decision tree adalah mengubah data menjadi pohon keputusan (decision tree) dan aturan-aturan keputusan (rules). Data yang dapat diolah menggunakan algoritma ini adalah yang bersifat biner atau diskret. Data dinyatakan dalam bentuk tabel dengan atribut dan record. Atribut menyatakan suatu parameter yang dibuat sebagai kriterian dalam pembentukan tree. Salah satu atribut merupakan atribut yang menyatakan data solusi per item data yang disebut dengan target atribut. Data tersebut akan mengalami tiga tahapan sebelum dinyatakan sebagai decision tree (Rokach dan Maimon, 2008). Pertama data akan diubah menjadi bentuk tree, lalu setelah tree terbentuk diubah menjadi aturan-aturan (rules), kemudian terakhir akan disederhanakan.

Penggunaan algoritma decision tree memiliki beberapa keunggulan dibanding teknik lainnya, yaitu: Berguna dalam mengeksplorasi data, sehingga data yang tersembunyi dapat diolah dan dikembangkan lagi; Dapat menjabarkan dengan lebih sederhana proses pengambilan keputusan yang kompleks sehingga pengambilan keputusan akan lebih menginterpretasikan solusi dari permasalahan; Dapat dijadikan tool pengambilan keputusan terakhir; dan Mengubah keputusan yang kompleks menjadi lebih sederhana, spesifik, dan mudah (Sulianta dan Juju, 2010).


(22)

22

II.3 SISTEM INFORMASI

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem informasi merupakan suatu kombinasi yang terorganisasi antara perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi. Sistem informasi juga terdiri dari input (data, perintah) dan output (laporan, kalkulasi). Sistem akan memproses input tersebut yang menghasilkan output. Output akan digunaan oleh pengguna atau didistribusikan ke sistem lain (O'Brien 2008).

Perencanaan distribusi dan transportasi dengan menggunakan teknik penggalian data dalam penelitian ini juga akan dirancang sistem informasinya. Sehingga pengguna dapat menerapkan metode dengan lebih mudah dan akurat. Adanya sistem informasi membantu perencanaan dan pembentukan

rules dari decision tree dengan lebih cepat.

Data adalah fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran-gambaran lebih lanjut dari benda-benda, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan dan transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, dan diklasifikasikan, tetapi tidak disusun untuk menyampaikan arti khusus lainnya (Turban 2001). Data dalam sebuah basis data hirarki diorganisasikan dalam struktur pohon dengan hubungan satu ke satu atau satu ke banyak, atau banyak ke banyak. Sistem basis data adalah sekumpulan data yang dapat digunakan bersama-sama dan saling berhubungan secara logika, deskripsi, serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan sebuah organisasi. Penggunaan sistem basis data juga bertujuan agar data dapat diakses lebih mudah, cepat, dan akurat (McLeod 2001). Hal ini diterapkan dalam sistem informasi sehingga secara mudah informasi didapat.

II.4

UNIFIED MODELING LANGUAGE

Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah “bahasa” yang telah menjadi standar dalam perancangan perangkat lunak. UML berfungsi untuk visualisasi, merancang, dan mendokumentasikan sistem perangkat lunak. Adanya UML akan memudahkan perancangan sistem dan pengembangan sistem (Dharwiyanti and Wahono, 2003). UML mendefinisikan notasi dan

syntax/semantic. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan UML syntax mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebeumnya: Grady Booch OOD (Object Oriented Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering).

UML merupakan bahasa standar yang digunakan untuk menjelaskan dan memvisualisasikan artifak dari proses analisa dan desain berorientasi objek. UML menjadi bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam perspektif objek antara pengguna dengan developer, developer dengan

developer design, dan developer pemprograman. Pemodelan visual membantu untuk menangkap struktur dan kekuatan dari objek, mempermudah penggambaran interaksi antara elemen dalam sistem, dan mempertahankan konsistensi antara desain dan implementasi dalam pemprograman (Munawar, 2005).

Pada dasarnya UML memiliki beberapa jenis diagram, yaitu: 1. Use case diagram (diagram kasus)

2. Class diagram (diagram kelas) 3. Object diagram (diagram objek) 4. Statechart diagram (diagram keadaan) 5. Activity diagram (diagram aktivitas) 6. Sequence diagram (diagram urutan)


(23)

23 7. Component diagram (diagram komponen)

8. Deployment diagram (diagram penyebaran) 9. Collaboration diagram (diagram kolaborasi) Konsepsi dasar diagram-diagram di atas adalah:

Tabel 1. Konsepsi Dasar Diagram UML

Area Utama Tampilan Diagram Konsep Utama

Struktural

Statis Kelas Kelas, Asosiasi, Generalisasi, Ketergantungan, Realisasi, Tampilan Antarmuka

Kasus Kasus Kasus, Aktor, Asosiasi, Perpanjangan, Keanggotaan, Generalisasi Kasus

Implementasi Komponen Komponen, Tampilan Antarmuka, Ketergantungan, RealisasiRealisasi

Penyebaran Penyebaran Node, Komponen, Ketergantungan, Lokasi

Dinamis

Keadaan

Sitem Keadaan Keadaan, Kejadian, Transisi, Aksi

Aktivitas Aktivitas Keadaan, Aktivitas, Kelengkapan Transisi, Penggabungan

Interaksi Urutan Interaksi, Objek, Pesan, Aktivasi

Kolaborai Kolaborasi, Interaksi, Aturan Kolaborasi, Pesan Manajemen

Model

Manajemen

Model Kelas Paket, Sub sitem, Model Perpanjangan Semua

tampilan

Semua

diagram Kendala, Stereotipe, nilai tag Sumber: Munawar (2005)

Namun dalam prakteknya tidak semua diagram harus dibuat, tergantung pada kompleksitas perangkat lunak yang akan dibuat (Dharwiyanti dan Wahono 2003).

II.5 BAN

Ban merupakan produk olahan karet alam yang digunakan sebagai bantalan antara kendaraan dan jalanan. Kegunaan ban adalah untuk memperkecil gesekan antara velg dan jalanan, menjaga kendaraan untuk tetap bisa berjalan dalam keadaan basah, bersalju, ataupun kering. Ban akan menciptakan keseimbangan lateral pada kendaraan sehingga dapat berjalan dengan baik. Ban yang diproduksi oleh PT. Goodyear Indonesia memiliki beberapa keunggulan, yaitu: Gesekan yang sangat kecil dengan jalan sehingga mengurangi abrasi pada ban, tahan lama, berjalan stabil pada kondisi jalan yang tidak teratur, mendukung steering response, memiliki resistensi rendah, dan terasa empuk saat dikendarai.

Pembuatan ban mobil ini menggunakan bahan baku karet alam, karet sintetis, carbon black, minyak, bahan kimia, bead wire, dan tire cord. Tahap pertama karet alam, karet sintetis, minyak, carbon black, dan campuran bahan kimia akan dimasak dalam suhu tinggi agar meleleh dan langsung dibentuk lembaran. Lembaran karet tersebut akan dipotong sesuai dengan ukuran ban yang diinginkan. Sebagian hasil pelelehan karet ini digunakan untuk melapisi tire cord, dan akan menjadi tapak ban paling luar.

Hasil potongan kemudian disusun berlapis, dengan kerangka bead wire di kanan kirinya. Hasil dari pelapisan ini dinamakan green tires, sebuah ban yang masih polos tidak memiliki mal apapun di sisi luar. Tahap terakhir, ban akan dicetak sesuai mal, menggunakan alat boom press.


(24)

24 Bentuk mal menentukan pada jalanan seperti apa ban dapat berjalan dengan baik (Saloka, 2011). Pengelompokkan ban berdasarkan kegunaannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Pengelompokkan Ban berdasarkan Kegunaan

Sumber: PT. Goodyear Indonesia, Tbk (2010)

Perusahaan ini juga sudah memberikan identitas pada setiap produk yang diproduksi. Pemberian identitas berguna untuk menelusuri produk jika sudah sampai ke luar pabrik. . Identitas ini terukir langsung pada bagian side wall dari sebuah ban yang terdiri atas:

Tire Width adalah lebar penamapang dari ban yang bersentuhan dengan jalan

Height Ratio, merupakan perbandingan antara tire width dan section height atau dikenal dengan lebar ban dari velg sampai ke atas

Tire Construction, menunjukkan jenis ban tersebut, radial atau ligh truck Rim Diameter, diameter velg yang harus digunakan untuk ban tersebut

Load Index, mernunnjukkan berat maksimum yang diperkenankan untuk ban tersebut misal:

load index (89) maka setiap ban hanya dapat menopang berat 580 kg

Speed Index, menunjukkan kecepatan maksimum yang mampu dilakukan oleh ban. Misal:

speed index (H) maka kecepatan maksimumnya hanya 210 km/jam.

Selain itu, setiap ban akan memiliki tag tersendiri, yang menunjukkan kapan ban diproduksi, yang disebut dengan serial week. Ban meskipun seperti terlihat benda kuat yang dapat tersimpan lama, namun ban juga harus sudah dipakai oleh konsumen sebelum berumur 2 tahun. Ban dengan umur lebih dari 2 tahun, akan retak-retak bagian telapaknya dan merembet kelapisan di bawahnya, dan sudah termasuk barang rusak yang tidak bisa dijual. Oleh karena itu prinsip first in first out (FIFO) harus tetap dijalankan pada industri ban (Saloka 2011).

Proses pembuatan ban secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pencampuran Ban

Pembuatan ban radial dimulai dengan mempersiapkan berbagai jenis bahan mentah, seperti pigmen, zat-zat kimia, kurang lebih 30 jenis karet berbeda, benang-benang, kawat bermanik-manik (bead wire), dan sebagainya. Proses lalu dimulai dengan mencampurkan bahan-bahan dasar karet dengan oli proses, karbon hitam, pigmen, anti oksidan, akselerator, dan berbagai zat tambahan lainnya. Masing-masing dari bahan ini menambahkan sifat tertentu dari campuran (compound) ini. Semua bahan ini diaduk dalam mesin mixer yang dinamakan banbury. Mesin ini bekerja dengan suhu yang tinggi. Bahan campuran yang panas, hitam, dan lembek ini diproses berulang kali.

Segmentasi Konstruksi Kategori Aplikasi Umum

Passenger Radial Sedan, Van

High Performance (HP) Sedan

Ultra High Performance (UHP) Sedan Ultra Light Truck (ULT) Radial Minivan

Light Truck (LT) Radial Jeep

ULT Bias Angkot

LT Bias Truk Sedang

Bias Medium/Medium Commercial

Truck (MCT) Truk Besar

Off The Road (OTR) Alat Berat

Farm Tire Traktor

Radial MCT Radial Trailer, Bus

Commercial Bias Radial Consumer


(25)

25 2. Pencetakan Ban

Setelah itu karet ini didinginkan ke dalam beberapa bentuk. Biasanya diproses menjadi lembaran-lembaran, lalu dibawa ke mesin ekstruder. Kilang ini memasukkan karet diantara pasangan penggulung (roller) yang berulang-ulang sehingga menjadi komponen-komponen ban. Mereka lalu dibawa dengan ban berjalan lalau menjadi dinding samping, telapak, ataupun bagian lain dari ban.

Ada beberapa jenis karet yang melapisi rajutan benang yang akan menjadi badan dari ban. Rajutan ini datang dalam rol-rol yang besar dan mereka juga sama pentingnya dengan campuran karet yang dipakai. Berbagai jenis benang dipakai, setiap benang memiliki fungsi yang berbeda-beda terutama dalam hal kekuatannya. Benang yang sering digunakan adalah polyester, rayon, atau nylon. Ban dengan jenis penggunaan kendaraan penumpang terbuat dari benang polyester. 3. Kawat Pengikat

Bead merupakan sebuah komponen berbenuk gulungan yang terbentuk dari kawat baja. Komponen ini terdiri dari kawat baja high-tensile yang berfungsi sebagai tulang ban yang akan menempel pada pinggiran velg mobil. Kawat baja tersebut diselaraskan dengan pita yang dilapis dengan karet untuk pelekat, kemudian digulung dan diikat untuk selanjutnya disatukan dengan bagian ban lainnya.Ban-ban radial dibuat menggunakan satu atau dua mesin ban. Di bagian dalam sekali dari ban ada dua lapis karet lembek sintetis yang disebut innerliner. Lapisan-lapisan inin akan mengurung udara dan membuat ban menjadi tubeless.

4. Lapisan

Kemudian ada dua lapisan rajutan ply. Dua strip yang dinamakan apex membuat kaku area di atas bead, lalu ditambahkan sepasang strip chafer, dinamakan demikian karena keduanya mencegah kerusakan yang disebabkan oleh gesekan velg terhadap ban. Mesin perakit ban membentuk ban-ban radial menjadi bentuk yang sudah sangat dekat dengan dimensi final untuk memastikan bahwa semua komponen yang berjumlah banyak itu berada dalam posisi yang tepat sebelum ban masuk ke mesin pencetak.

5. Telapak Ban

Ban kemudian ditambahnkan sabuk baja yang digunakan untuk kebocoran dan menekan telapak ban ke permukaan jalan. Telapak ban adalah bagian terkahir yang dipasang, setelah sebuah pemutar otomatis menjepit semua komponen menjadi satu bagian yang saling menempel kuat maka ban sudah disebut sebagai green tire.

6. Pematangan atau Pemasakan Ban

Alat penekan curing memberi bentuk final ban serta pola telapaknya. Alat yang digunakan untuk mencetak bentuk telapak ban ini disebut mold. Cetakan ini dilengkapi dengan pola telapak, kode-kode di dinding samping sebagaimana diwajibkan oleh peraturan yang belaku. Ban dipanaskan dalam temperatur lebih dari 300 derajat selama 12-25 menit tergantung ukurannya. Begitu mesin cetak terbuka, ban akan keluar dari cetakannya dan langsung jatuh ke ban berjalan yang akan membawanya ke bagian fininsh dan inspeksi terakhir.

7. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk memeriksa ban yang memiliki kecacatan, walaupun hanya cacat sedikit, ban langsung ditolah (reject). Sebagian dari cacat bisa dideteksi hanya dengan mata dan tangan pemeriksa yang sudah terlatih, sebagian lagi baru bisa ditemukan menggunakan mesin-mesin khusus.

Inspeksi tidak hanya dilakukan pada permukaan saja, ada ban yang ditarik dari lini produksi dan diperiksa denan X-ray untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang tersembunyi atau kerusakan-kerusakan internal. Di samping itu, para teknisi pengendalian mutu secara rutin


(26)

26 membongkar ban yang diambil secara acak untuk mempelajari setiap detail dari konstruksinya yang mempengaruhi performa, kenyamanan, dan keselamatan produksi. Tahapan lengkap proses produksi ban di PT. Goodyear Indonesia, Tbk dapat dilihat pada Lampiran 1.

II.6 PENELITIAN TERDAHULU

Perencanaan distribusi dan transportasi merupakan salah satu aspek yang diharapkan berkerja efektif dan efisien. Biaya yang harus dikeluarkan untuk proses tersebut tidak murah, bahkan mengambil 30% dari harga produk yang dibebankan ke konsumen. Semakin biaya distribusi dan transportasi dapat ditekan, maka harga produk juga akan turun. Miwa (2006), mencoba membuat pemodelan proses perencanaan pengiriman antara distribution center dan pengecer, menggunakan

vehicle routing problem dan modified saving method dengan beberapa kendala, seperti: bobot produk yang dibawa; kapasitas kendaraan; dan jam kerja yang dipakai oleh pengecer untuk melakukan pengiriman akhir. Teknik ini dipakai untuk menentukan jumlah truk yang digunakan dan rute paling optimal yang harus dilalui truk tersebut. Modified saving method mencoba untuk mencari rute terbaik menggunakan satu atau banyak truk tetapi tidak melalui rute yang sama lebih dari satu kali, teknik tidak akan selalu memberikan rute paling optimal, karena rute yang bisa dilalui sudah terbentuk di awal. Penggunaan teknik penggalian data (data mining) dapat melengkapi dan memperbaiki metode tersebut agar rute yang lebih optimal dapat diperoleh.

Upaya untuk mengoptimalkan sistem distribusi dan transportasi juga dilakukan oleh Erlebacher dan Meller (2000). Erlebacher dan Meller mencoba untuk mencari interaksi antar lokasi dan jumlah persediaan produk untuk membuat sistem distribusi. Sistem distribusi yang dimaksud adalah berapa jumlah distribution center (DC), lokasi pendirian DC, dan berapa jumlah konsumen yang dapat ditangani oleh setiap DC. Kendala yang diperhitungankan adalah biaya tetap pengoperasian DC, biaya penyimpanan produk, serta biaya transportasi antara pabrik dan DC, atau DC dengan konsumen. Beberapa kendala yang harus diperhitungkan lagi untuk penentuan DC adalah kapasitas dari DC, aturan pengelolaan persediaan yang berbeda, dan perhitungan untuk beberapa produk berbeda.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan jaringan distribusi juga merupakan kompenen penting untuk mendapatkan aliran komunikasi dengan cepat dan tepat. Sagbansua dan Alabay (2010) membentuk sistem distribusi yang dapat meningkatkan sensitivitas pada pasar, menyederhanakan sistem distribusi, meningkatkan jumlah DC, meningkatkan jumlah pasar, menggunakan e-commerce sebagai upaya pemasaran, mempermudah komunikasi secara internasional dan mudah memasuki pasar global, atau mengubah lokasi distribusi dalam waktu singkat.

Penelitian ini mencoba untuk menggunakan teknik klasifikasi sebagai salah satu teknik penggalian data, dan kemudian mencoba mempertimbangkan kondisi pada setiap DC ataupi gudang pusat di industri. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi mempermudah implementasi sistem seperti yang diutarakan oleh Sagbansua dan Alabay (2010), sehingga pada penelitian ini juga akan dibuat sebuah sistem informasi untuk mengimplemetasikan teknik yang dipakai.


(27)

27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Peningkatan jumlah industri juga meningkatkan kompetisi antar industri untuk mendapatkan konsumen. Setiap industri akan berlomba-lomba untuk memenuhi kepuasan pelanggan agar konsumen beralih ke industri tersebut dengan tetap menjaga hubungan dengan konsumen tetap. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mendapatkan aliran informasi yang tepat pada Manajemen rantai pasok. Manajemen rantai pasok yang baik dapat mereduksi total biaya produksi, namun tetap menjaga kualitas produk.

Salah satu permasalahan yang menyebabkan terjadinya kerugian industri adalah kekurangan atau kelebihan produk pada warehouse. Kekurangan produk menyebabkan penerimaan industri berkurang, karena tidak ada produk yang dapat dikirim ke konsumen untuk memenuhi permintaan. Sedangkan kelebihan produk dapat menambah biaya produksi akibat kekurangan tempat penyimpanan, jika ternyata produk tersebut tidak dapat dijual maka industri juga akan merugi. Kendala lain yang harus diperhatikan adalah hubungan antara kapasitas produksi, kapasitas gudang, umur simpan dan karakteristik produk serta seberapa cepat aliran suatu produk keluar masuk gudang.

Permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan melakukan perencanaan distribusi dan transportasi yang tepat. Tahap awal yang akan dilakukan adalah membuat bill of distribution (BOD), hal ini dilakukan untuk mendapatkan bagaimana struktur distribusi perusahaan. Kemudian agar jumlah persediaan di finished goods warehouse terjamin dapat memenuhi permintaan, dibuat

distribution requirements planning (DRP), sehingga didapatkan berapa inventory yang harus tersedia di gudang setiap periode waktu agar pengiriman dapat dilakukan tepat waktu.

Jumlah produk yang akan dikirim ini kemudian dibagi per wilayah distribusi untuk dilakukan pengiriman. Pengiriman juga dilakukan dengan perencanaan yang baik, pemanfaatan pembuatan aturan-aturan (rules) dari teknik penggalian data klasifikasi dengan algoritma decision tree dapat membantu mengambil keputusan untuk mencapai ontime delivery. Data yang digunakan sebagai

source dalam penggalian informasi berupa data pengiriman finished product. Atribut penilaian dilihat dari pengantar produk pengantar produk, kota tujuan, jenis mobil yang dipakai, serta jumlah produk yang dibawa.

Penentu lain dari transportasi yang baik adalah pemilihan rute perjalanan, sehingga untuk mengoptimalkannya digunakan teknik Minimum Spanning Tree (MST). MST akan mencari jalur dengan bobot terendah dan mencapai semua tujuan. Penelitian ini membatasi wilayah distribusi yang diambil hanya pada Pulau Jawa saja, dengan bobot setiap jalur dilihat dari jaraknya.

Hasil dari BOD dan DRP digunakan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang dikirim, MST digunakan untuk menyusun jalur terpendek, dan rules dari decision tree akan membantu pengambilan keputusan pemilihan elemen-elemen transportasi agar produk sampai ke tangan konsumen tepat waktu. Flowchart lengkap penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.


(28)

28 Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini membutuhkan banyak data, data akan mencakup aktivitas penggudangan, penjadwalan distribusi dan transportasi produk akhir. Data diambil dari PT. Goodyear Indonesia, Tbk selama penulis melaksanakan praktek lapangan. Berikut penjabaran data yang diambil:

1. Permintaan produk dari setiap distributor per hari. 

2. Nama, alamat, lot size, safety stock, lead time untuk masing-masing distributor.  3. Nama dan spesifikasi produk. 

4. Jarak antara kota lokasi distributor. 

5. Pengantar produk dan wilayah pengiriman setiap pengantar produk.  6. Spesifikasi kendaraan yang digunakan untuk mengantar produk. 


(29)

29 7. Data pengiriman produk dan status pengirimannya dalam waktu 2 bulan. 

Semua data tersebut dipergunakan untuk menyusun BOD dan digunakan dalam DRP, kemudian akan disusun pengantar produk dan jenis kendaraan yang dipakai. Perusahaan akan dibantu untuk melakukan perencanaan transportasi dengan memakai rules dari decision tree. Decision tree

dibentuk dengan melihat status pengiriman produk dalam jangka waktu 1 bulan, dimana status pengiriman terbagi 2 jenis, on time dan late. Terdapat empat atribut yang diperhitungkan dalam penyusunan decision tree, yaitu: pengantar produk, tujuan, jenis kendaraan, serta jumlah muatan yang dibawa. Diharapkan dengan adanya informasi ini, perusahaan dapat lebih mudah menyusun perencanaan distribusi dan transportasi, dengan tetap mendapatkan on time delivery.

III.2 METODE PENGOLAHAN DATA

1. Pre Processing Data 

Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan data agar sesuai dengan input data yang diperlukan serta pembatasan data agar pekerjaan lebih sederhana. Decision tree membutuhkan tipe data katagorikal, sehingga data mentah yang masih bersifat kontinu harus diubah dahulu dalam bentuk katagorikal (Rokach dan Maimon 2008). Penentuan katagori ini dilakukan dengan teknik stastika sederhana, pembuatan data berkelompok. Berikut penjabaran rumusnya:

Keterangan:

k = Jumlah kelas n = Banyaknya data R = Rentang dara P = Panjang kelas

xmax = Batas atas dari keseluruhan data xmin = Batas bawah dari keseluruhan data

2. Pembuatan Bill of Distribution (BOD)

Bill of Distribution merupakan penggambaran struktur distribusi perusahaan. Semua jaringan distribusi perusahaan akan disusun secara hierarkis. Permintaan produk akan diambil dari urutan paling bawah dan mempengaruhi jumlah permintaan pada urutan di atasnya. Setiap distributor akan dikelompokkan berdasarkan gudang regional pada kota masing-masing (Waters 2003)

3. Distribution Requirements Planning (DRP)

Konsep perhitungan dalam DRP tidak jauh berbeda dengan Material Requirements Planning (MRP). Seharusnya permintaan dari masing-masing distributor dihitung dengan metode

forecasting. Penelitian ini tidak melakukan forecasting untuk mendapatkan permintaan, tetapi cukup memasukkan permintaan setiap distributor dalam jangka waktu 1 bulan, serta product on


(30)

30

hand saat data permintaan tersebut dimasukkan. Perhitungan DRP dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang seharusnya tersedia pada gudang pusat, sehingga permintaan setiap

gudang regional dapat dipenuhi. Berikut penjabaran rumus yang digunakan:

Jika PoH < 0, maka

Keterangan:

PoH = Product on Hand

SR = Scheduled Receive

GR = Gross Requirements

POReceipts = Planned Order Receipts

PORelease = Planned Order Release

t = waktu (hari)

LT = Lead time (hari)

NR = Net Requirements

Product on hand adalah jumlah produk yang masih tersedia pada warehouse, pengiriman produk tidak perlu dilakukan jika PoH masih dapat memenuhi permintaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki tingkat persediaan minimal yang harus berada di warehouse, disebut SS. SS diperlukan untuk memenuhi fluktuasi permintaan dan penanganan jika pengiriman datang terlambat. Jika nilai PoH sudah dibawah 0, maka harus dilakukan pengiriman produk sebanyak kekurangannya tersebut yang disebut NR. Nilai dari NR akan dicatat sebagai POReceipts, biasanya gudang regional memiliki aturan sendiri tentang kapan produk harus sampai, akan tetapi dalam penelitian ini dianggap bahwa waktu produk sampai sama dengan kapan produk itu dibutuhkan. PORelease memberikan informasi kapan produk harus dikirim dari gudang pusat, maka dari nilai POReceipts harus dimundurkan sebanyak LT. Lead time (LT) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirim produk dari gudang pusat ke gudang regional (Waters 2003)

Penelitian ini akan mempertimbangkan permintaan setiap distributor dan diperhitungkan sebagai permintaan untuk masing-masing gudang regional. Permintaan setiap gudang regional

akan menjadi acuan untuk pengiriman produk dari gudang pusat. DRP hanya akan dibuat pada gudang regional, sehingga dapat diketahui kapan produk harus dikirim dari gudang pusat. Tidak ada LT antara gudang regionaldan distributor di wilayahnya, sehingga waktu kedatangan produk pada gudang regional sama dengan distributor. Produk akan tetap sampai tepat waktu di distributor meskipun DRP tidak dibuat untuk setiap distributor.


(31)

31 Beberapa aturan yang perlu diperhatikan adalah sistem pemesanan produk pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk sebagai perusahaan tempat pengambilan data. Perusahaan ini telah menentukan langsung berapa LT untuk setiap gudang regional, jadi meskipun pada kenyataannya pengantar produk bisa sampai jauh lebih cepat, tidak ada perubahan waktu. Status pengiriman akan dinyatakan on time saat waktu pengiriman di bawah LT. PT. Goodyear Indonesia, Tbk memperbolehkan pemesanan produk dalam jumlah berapa pun setiap hari, akan tetapi harus masuk pada bulan sebelum waktu pengiriman, atau dikenal dengan jumlah lot size yang bebas (free lot size). Pemesanan dengan bebas, tetap diimbangi dengan aturan pengiriman perusahaan. PT. Goodyear Indonesia, Tbk hanya akan mengirimkan produk setiap dua hari sekali menuju gudang regional yang sama. Jeda satu hari tersebut digunakan untuk menyelesaikan administrasi dengan pengantar produk. Aturan ini dikenal dengan sebutan Fixed Order Period 2 days, artinya periode pengiriman sudah pasti setiap dua hari. PT. Goodyear Indonesia tidak memberlakukan adanya safety stock produk jadi di setiap gudang regional, sehingga dalam perhitungan penelitian ini, nilai safety stock dianggap 0.

4. Decision Tree

Faktor paling penting dalam pembuatan tree ini adalah penghitungan entropi. Entropi merupakan suatu besaran yang digunakan untuk menentukan nilai root awal yang akan dijadikan pembentukan tree. Entropi (S) adalah jumlah bit yang diperkirakan dibutuhkan untuk dapat mengekstrak suatu kelas (+ atau -) dari sejumlah data acak pada ruang sampel S. Entropi bisa dikatakan sebagai kebutuhan bit untuk menyatakan suatu kelas. Semakin kecil nilai entropi, maka semakin baik untuk digunakan dalam mengekstrak suatu kelas, hal ini dapat dilihat dari grafik pada gambar 3. Panjang kode untuk menyatakan informasi secara optimal adalah –log2 p bits untuk data yang mempunyai probabilitas p. sehingga jumlah bit yang diperkirakan untuk mengekstraksi S ke dalam kelas adalah –p log2 p – q log2 q (Ville, 2006). Berikut penjabaran rumusnya:

Keterangan:

S = Ruang (data) sampel yang digunakan untuk training p = Peluang data yang bersolusi + (mendukung) q = Peluang data yang bersolusi – (tidak mendukung)


(32)

32 Grafik di atas menunjukkan sebaran peluang munculnya data bersolusi positif, semakin ke kiri data untuk p semakin sedikit, kemunculan p hanya sedikit dibanding keseluruhan data. Jika nilai semakin ke kanan, memperlihatkan bahwa nilai entropi mendukung kemunculan data positif sangat tinggi. Nilai entropi 0.5, tepat dipuncak grafik menunjukkan bahwa peluang p adalah 50%. Nilai pendukung p sama dengan nilai penolak p.

5. Minimum Spanning Tree

Teknik Minimum Spanning Tree (MST) digunakan untuk menyusun rute optimal untuk mengantarkan produk dari gudang pusat ke gudang regional. Teknik ini mencoba untuk menerapkan pola pengantaran satu kendaraan ke banyak tujuan, dalam satu kali keberangkatan,

truck akan langsung membawa produk untuk diantarkan ke beberapa gudang regional. Bobot yang digunakan untuk indikator penilaian adalah jarak antar kota lokasi gudang regional dengan satuan km. Titik awal keberangkatan selalu dimulai dari gudang pusat menuju semua gudang regional yang direncanakan.

III.3 METODE PENGEMBANGAN SISTEM BERORIENTASI OBJEK

Proses pengembangan sistem informasi memiliki empat tahapan proses yang termasuk ke dalam System Development Life Cycle (SDLC), yaitu:

a) System initiation, perencanaan awal untuk sebuah proyek guna mendefinisikan lingkup ,tujuan, jadwal dan anggaran bisnis awal yang diperlukan untuk memecahkan masalah atau kesempatan yang direpresentasikan oleh proyek. Lingkup proyek mendefinisikan area bisnis yang akan ditangani oleh proyek dan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Lingkup dan tujuan pada akhirnya berpengaruh pada komitmen sumber yaitu jadwal dan anggaran yang harus dibuat agar proyek berhasil dibuat.

b) System analysis, studi domain masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan menspesifikasikan persyaratan dan prioritas bisnis untuk solusi. Analisis Sistem ditujukan untuk menyediakan tim proyek dengan pemahaman yang lebih menyeluruh terhadap masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang memicu proyek. Area bisnis dipelajari dan dianalisis untuk memperoleh pemahaman yang lebih rinci mengenai apa yang bekerja, apa yang tidak bekerja dan apa yang dibutuhkan.

c) System design, spesifikasi atau kontruksi solusi yang teknis dan berbasis komputer untuk persyaratan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis sistem. Selama desain sistem, pada awalnya akan mengeksplorasi solusi teknis alternatif. Setelah fase desain disetujui, fase desain sistem mengembangkan cetak biru (blueprint) dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan database, program, antarmuka pengguna, dan jaringan yang dibutuhkan untuk sistem informasi.

d) System implementation, kontruksi, instalasi, pengujian, dan pengiriman sistem ke dalam produksi. Implementasi sistem menbangun sistem informasi baru dan menempatkannya ke dalam operasi dan pengujian (Yulianto et al. 2009).

Pada penelitian ini digunakan metode pengembangan sistem dengan pendekatan sistem berorientasi objek. Analisis dan desain berorientasi objek adalah cara baru dalam memikirkan suatu masalah dengan menggunakan model yang dibuat menurut konsep dunia nyata. Dasar pembuatan adalah keberadaan objek, yang merupakan kombinasi antara struktur data dan perilaku dalam satu entitas (Hariyanto 2004). Sebuah model objek menangkap struktur status dari sistem dengan menggambarkan objek dalam sistem, hubungan antar objek, serta atribut dan operasi yang merupakan karakteristik setiap kelas dan objek. Model berorientasi objek lebih mendekati keadaan nyata, dan


(33)

33 dilengkapi dengan penyajian grafis dari sistem yang sangat bermanfaat untuk komunikasi dengan user dan pembuatan dokumentasi struktur sistem (Kadir 2003). Pemodelan yang digunakan untuk mengembangkan sistem pada penelitian ini adalah Unified Modeling Language (UML).

III.4 TAHAP PENGEMBANGAN SISTEM

Penelitian ini akan merancang sistem untuk membantu proses perencanaan distribusi dan transportasi perusahaan. Sistem mencakup proses warehousing, distribusi, dan transportasi. Sistem tersebut bernama Triport version 0.1, dengan tahapan pengembangan sistem dijabarkan pada gambar 4. Pengembangan sistem dilakukan melalui 4 tahapan: analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem, dan verifikasi sistem (O'Brien 2008).


(34)

34

III.4.1 Analisis Sistem

Analisis sistem berorientasi objek menghilangkan pemisahan artificial data dan proses, sebaliknya data dan proses yang berfungsi untuk membaca, memperbaharui, atau menghapus data diintegrasikan ke dalam konstruksi yang disebut objek. Unified Modeling Language (UML) adalah standar pemodelan yang menyediakan model-model objek. Analisis sistem dikendalikan oleh kepedulian bisnis para pemilik dan pengguna sistem. Para analis sistem berperan sebagai fasilitator antara pemilik dan pengguna sistem. Tahapan analisis sistem digambarkan pada gambar 5.

Gambar 5. Tahapan Analisis Sistem

Penelitian ini menggunakan pendekatan bottom-up dimulai dari level terbawah organisasi, yaitu level operasional tempat transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan-kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut (Primashanti 2006).

III.4.2 Desain Sistem

Desain atau perancangan dalam pembangunan perangkat lunak merupakan upaya untuk mengontruksi sebuah sistem yang memberikan kepuasan (mungkin informal) akan spesifikasi kebutuhan fungsional, memenuhi target, memenuhi kebutuhan secara implisit atau eksplisit dari segi performansi maupun penggunaan sumber daya. Tahap desain sistem pada penelitian ini menggunakan metode Unified Modeling Language (UML). Tidak semua diagram dalam UML akan dibuat, tetapi hanya terdapat empat diagram saja sesuai dengan kebutuhan sistem. Diagram tersebut adalah use case diagram, activity diagram, statechart diagram, dan class diagram.

a. Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Ditekankan pada “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan pada “bagaimana” sistem bekerja.

Use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. (Dharwiyanti and Wahono, 2003). Terdapat dua bagian penting dalam use case diagram, yaitu: use case dan

actor. Use case menunjukkan rangkaian tindakan yang dilakukan oleh sistem dan actor

menunjukkan orang atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem (Bennett et al. 2001).  b. Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang

dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana alur tersebut berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses parallel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi (Dharwiyanti dan Wahono 2003).

Activity diagram menggambarkan aktivitas yang dapat dilakukan sistem bukan apa yang dilakukan aktor. 


(35)

35 c. Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state ke state

lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. pada umumnya

statechart diagram menggambarkan class tertentu (Dharwiyanti dan Wahono 2003). Diagram ini diadopsi dari penggambaran kondisi mesin status yang menggambarkan status apa saja yang dialami oleh sistem. Perubahan dalam state disebut sebagai transisi, dimana transisi juga dapat memiliki sebuah aksi yang dihubungkan pada status, lebih spesifik apa yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan transisi status (Yulianto et al. 2009).  d. Class Diagram menggambarkan struktur sistem dari segi pendefinisian kelas-kelas yang akan

dibuat untuk membangun sistem. Class adalah spesifikasi yang jika diimplementasikan akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi) (Primashanti 2006). Diagram kelas juga mendeskripsikan jenis-jenis objek dalam sistem dan berbagai hubungan statis yang terdapat diantara mereka (Yulianto et al. 2009). 

III.3.3 Implementasi Sistem

Implementasi merupakan tahapan untuk mewujudkan sistem yang telah dirancang menjadi sebuah aplikasi perangkat lunak. Pada tahap desain sistem digunakan Sybase Power Designer 15.3 (Sybase, 2010) dan untuk membuat aplikasi perangkat lunak Triport 0.1 digunakan perangkat lunak Visual Basic 6.0 (Microsoft, 1998) dengan menggunakan sistem basis data MySQL (Oracle, 2011) .

III.3.4 Verifikasi dan Validasi Sistem

Verifikasi sistem adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alur. Verifikasi melakukan pemeriksaan apakah program komputer simulasi berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan mencapai tujuannya. Validasi adalah penentuan apakah model konseptual simulasi adalah representasi akurat dari sistem nyata yang sedang dimodelkan (Anonim, 2001). Penulis menggunakan perbandingan perhitungan dengan Microsoft Excel 2007 (Microsoft, 2006) dan hasil perhitungan perangkat lunak yang dibuat.

Gambar 6. Relasi Verifikasi dan Validasi Model

Pada penelitian ini verifikasi dilakukan dengan masukan data sebenarnya yang diambil dari

finished goods warehouse di PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Data yang diambil mencakup, data


(36)

36 Pulau Jawa. Data akan diolah sesuai metode yang dipakai dan kemudian dicocokan dengan hasil keluaran sistem. Proses validasi dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran sistem dengan data asli dilapangan. Jika ternyata sudah sesuai maka dapat dinyatakan sistem ini valid.


(1)

84

Lampiran 12.

Physical Data Model

Triport 0.1

data produk stock data prod full stock

data produk ship

data prod full ship

data produk order

data prod full order

data dist order data dist full order

data WHS ship

data WHS full shipo

data dist WHS data dist full WHS trans order ship plan ship plan trans order data trans trans full data truck kend full User ID user username jabatan password int varchar(254) varchar(254) varchar(254) <ak> Produk kode produk nama produk varchar(254) varchar(254) <ak> Distributor ID WHS kode dist nama dist regWHS alamat lead time safety stock lot size int varchar(254) varchar(254) varchar(254) varchar(254) int int int <fk> <ak> Transporter kode trans nama trans wilayah varchar(254) varchar(254) varchar(254) <ak> Kendaraan kode truck nama truck volume full load varchar(254) varchar(254) int int <ak> Regional WHS ID WHS nama WHS safety stock lot size lead time int varchar(254) int int int <ak> Sales Order ID order tgl order kode dist kode produk demand day terima month terima year terima int datetime varchar(254) varchar(254) int int int int <ak> <fk2> <fk1> Shipping Order ID stock ID WHS kode produk ID shipping ID produk nama produk regWHS day kirim month kirim year kirim demand int int varchar(254) varchar(254) varchar(254) varchar(254) varchar(254) int int int int <fk3> <fk2> <fk1> <ak> Receiving Produk ID stock Pro_kode produk ID rec tgl receive kode produk received prod int varchar(254) int int int int <fk2> <fk1> <ak> Decision Tree dtree ID kode trans nama WHS gol muatan nama truck delivery status int varchar(254) varchar(254) int varchar(254) varchar(254) <ak> T rans Plan

ID transplan kode produk ID WHS day kirim month kirim year kirim fixed demand kode trans kode truck int varchar(254) int int int int int varchar(254) varchar(254) <ak> <fk1> <fk2> Stock Produk ID stock kode produk stock on hand

int varchar(254) int <ak> jarak bobot ID jarak kota awal kota akhir jarak int varchar(254) varchar(254) int <ak> ag T P Shipo

ID shipping ID transplan varchar(254) int <ak,fk2> <fk1> as rules dtree ID ID transplan int int <ak,fk2> <fk1> bobot MST ID transplan ID jarak int int <ak,fk1> <fk2>


(2)

85


(3)

86


(4)

87

Lampiran 15.

Rules

Pengiriman Produk

No. Rules

1

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bogor AND Muatan = A AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = Late

2

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bogor AND Muatan = B AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = Late

3 IF Pengantar Produk = Antasena AND Tujuan = Bogor THEN Status = Late 4

IF Pengantar Produk = Antasena AND Tujuan = Semarang AND Jenis Kendaraan =CD AND Muatan = A THEN Status = Late

5

IF Pengantar Produk = Antasena AND Tujuan = Semarang AND Jenis Kendaraan =Fuso AND Muatan = A THEN Status = Late

6

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = Tronton THEN Status = Late

7

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = Late

8 IF Pengantar Produk = PLS THEN Status = Late 9

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = Late

10

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = FusoTHEN Status = Late

11

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = Fuso AND Tujuan = Probolinggo THEN Status = Late

12

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = Tronton THEN Status = Late

13

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = CD AND Tujuan = Semarang AND Muatan = A THEN Status = Late

14

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = CD AND Tujuan = Semarang AND Muatan = B THEN Status = Late

15

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = Fuso AND Muatan = C THEN Status = Late

16

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = Fuso AND Muatan = B AND Tujuan = Semarang THEN Status = Late

17 IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Semarang THEN Status = Late 18 IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Madiun THEN Status = Late 19 IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Purwakarta THEN Status = Late 20

IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = CD AND Muatan = A THEN Status = Late

21

IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = CD AND Muatan = B THEN Status = Late

22

IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = Late

23

IF Pengantar Produk = SNS AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Tronton AND Muatan = B THEN Status = Late

24

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = C THEN Status = On Time

25

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = D THEN Status = On Time

26

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = E THEN Status = On Time

27

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = F THEN Status = On Time

28 IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = G THEN Status = On Time


(5)

88

Lampiran 15.

Rules

Pengiriman Produk (Lanjutan)

No Rules

29

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = A AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

30

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = A AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

31

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = B AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

32

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Bandung AND Muatan = B AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

33 IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Purwakarta THEN Status = On Time 34

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = D THEN Status = On Time

35

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = F THEN Status = On Time

36

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = A AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

37

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = A AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

38

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = B AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

39

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = B AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

40

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

41

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Jakarta AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

42

IF Pengantar Produk = Efata AND Tujuan = Karawang AND Muatan = A AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

43 IF Pengantar Produk = Antasena AND Tujuan = Bandung THEN Status = On Time 44 IF Pengantar Produk = Antasena AND Tujuan = Purwakarta THEN Status = On Time 45

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Yogyakarta THEN Status = On Time

46

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Madiun AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

47

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Madiun AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

48

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

49

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

50

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

51

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Tronton THEN Status = On Time

52

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = A AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Wing Box THEN Status = On Time

53 IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = E THEN Status = On Time 54

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Yogyakarta THEN Status = On Time

55

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Madiun THEN Status = On Time


(6)

89

Lampiran 15.

Rules

Pengiriman Produk (Lanjutan)

No Rules

56

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = Tronton THEN Status = On Time

57

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Probolinggo AND Jenis Kendaraan = Wing Box THEN Status = On Time

58

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

59

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Fuso THEN Status = On Time

60

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = B AND Tujuan = Surabaya AND Jenis Kendaraan = Tronton THEN Status = On Time

61

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = CD THEN Status = On Time

62

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = Fuso AND Tujuan = Surabaya THEN Status = On Time

63

IF Pengantar Produk = Hana AND Muatan = C AND Jenis Kendaraan = Wing Box THEN Status = On Time

64 IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = Tronton THEN Status = On Time 65

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = Wing Box THEN Status = On Time

66

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = CD AND Tujuan = Bogor THEN Status = On Time

67

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = CD AND Tujuan = Bandung THEN Status = On Time

68

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = CD AND Tujuan = Semarang AND Muatan = C THEN Status = On Time

69

IF Pengantar Produk = Kamadjaja AND Jenis Kendaraan = Fuso AND Muatan = A AND Tujuan = Semarang THEN Status = On Time