Latar Belakang Distribusi Spasial dan Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp. serta Peranannya dalam Penularan Malaria di Desa Doro, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena menyebabkan kesakitan dan kematian terutama di daerah pedesaan dengan akses layanan kesehatan yang relatif sulit serta tingkat pendidikan yang rendah Sukowati 2008. Pada tahun 2001 dilaporkan adanya KLB di 13 propinsi, 24 kabupatenkota dengan jumlah kasus 47.592 dan kematian 439 kasus Depkes 2004. Pada periode tahun 2000-2005 persentase angka kesakitan relatif konstan, yaitu : 31,09‰ pada tahun 2000, 26.2‰ tahun 2001, 22.3‰ tahun 2002, 21.8‰ tahun 2003, 21.2‰ tahun 2004 dan 24.75‰ tahun 2005 Depkes 2007a. Prevalensi kesakitan malaria di Propinsi Maluku Utara tahun 2007 sebesar 7,23, dan secara nasional menempati urutan kelima setelah Papua Barat 26,14, Papua 18,41, NTT 12,04 dan Sulawesi Tengah 7,36 Balitbang Depkes 2008. Kabupaten Halmahera Selatan merupakan daerah endemis malaria dengan angka annual malaria incidence AMI lebih dari 50‰. Angka AMI tiga tahun terakhir berturut-turut 77,78‰ pada tahun 2006, 62,0‰ tahun 2007 dan tahun 2008 57,5 ‰ Dinkes Halmahera Selatan 2008, sedangkan di Kecamatan Gane Barat malaria terjadi sepanjang tahun 2008 dengan AMI sebesar 123,65‰, di Desa Doro sebesar 72,49‰ Puskesmas Saketa 2009. Kejadian malaria merupakan interaksi beberapa faktor yaitu penderita sebagai sumber infeksi, parasit plasmodium sebagai patogen penyakit, nyamuk Anopheles spp. sebagai perantara vektor, dan faktor-faktor lingkungan yang mendukung penularan. Endemisitas malaria di Desa Doro terjadi karena keberadaan faktor-faktor tersebut sepanjang waktu. Peranan nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor di daerah endemis malaria sudah sering dibuktikan dengan penemuan sporozoit pada pembedahan kelenjar ludah nyamuk atau dengan uji ELISA, selain itu frekwensi kontak yang tinggi dengan manusia dapat menjadi indikator sebagai vektor potensial Hardwood James 1979. Sejauh ini di Indonesia telah dikonfirmasi sebanyak 22 spesies vektor Sukowati 2008 dan Depkes 2007b, sedangkan di Halmahera Selatan belum banyak informasi spesies Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria. Nyamuk Anopheles spp. sangat beragam berdasarkan daerah sebaran maupun bioekologinya. Penyebarannya mengikuti pola sebaran zoogeografi. Menurut Bonne-Webster 1953 di wilayah Maluku Utara yang dibatasi oleh garis Weber di sebelah baratnya dan garis Lydekker di bagian timur merupakan daerah sebaran nyamuk spesies australasian di antaranya A. farauti, A. punctulatus A. koliensis, A. longirostris, dan A. bancrofti. Beberapa spesies nyamuk oriental juga ditemukan di daerah ini di antaranya A. subpictus, A. vagus, A. kochi, A. aconitus, A. tesselatus, A. maculatus, dan Soekirno et al. 1997. Faktor-faktor lingkungan yang menentukan penyebaran nyamuk Anopheles spp., di antaranya adalah lingkungan fisik yang terdiri atas ketinggian tempat, pemanfaatan lahan, kondisi cuaca dan lingkungan mikro berupa genangan air sebagai habitat perkembangbiakan. Habitat tersebut dibutuhkan oleh nyamuk untuk peletakan telur, kemudian akan menetas menjadi larva, berkembang menjadi pupa sampai eklosi menjadi nyamuk dewasa awal. Setiap jenis nyamuk Anopheles spp. memiliki karakteristik habitat perkembangbiakan yang berbeda- beda pada setiap zona geografi Sukowati 2008. Perbedaan tersebut berhubungan dengan kemampuan adaptasi nyamuk terhadap kondisi fisika-kimia perairan dan terutama ketersediaan makanan bagi larva nyamuk. Selain itu faktor cuaca khususnya adanya hujan akan berpengaruh terhadap timbulnya genangan air sebagai media bagi tahapan akuatik dari daur hidup nyamuk Depkes 2007c. Dampak dari keberagaman jenis, penyebaran dan bioekologi Anopheles spp. menyebabkan spesies yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di suatu daerah belum tentu menjadi vektor malaria di daerah lainnya Depkes 2007b. Informasi yang rinci tentang spesies vektor, bioekologi, termasuk musim dan penyebarannya penting artinya dalam menentukan strategi pengendalian vektor di wilayah endemis malaria Sukowati 2008. Informasi bioekologi nyamuk Anopheles spp. dapat dijabarkan dalam bentuk peta spasial untuk menggambarkan distribusi nyamuk Anopheles spp. berdasarkan tempat dan kaitannya dengan kejadian malaria. Peta yang baik akan sangat berguna bagi petugas kesehatan untuk mengenal daerah terjadinya kasus, letak rumah penderita, sehingga lebih mudah melakukan penyelidikan epidemiologi, supervisi, dan kegiatan pemberantasan malaria Depkes 2006. Pemetaan sebaran nyamuk Anopheles spp. saat ini telah didukung dengan penggunaan teknologi sistem informasi geografi SIG. Mardihusodo 1997 menyatakan beberapa kegunaan SIG adalah untuk mengetahui sebaran geografis penyakit, mengetahui perkembangan dan kecenderungan penyakit dalam ruang kejadian, meramalkan terjadinya wabah penyakit, dan melakukan perencanaan untuk intervensi. Sukowati 2008 menyatakan bahwa peta penyebaran vektor, kepadatan vektor di setiap ekosistem dan hubungannya dengan musim penting bagi pemahaman epidemiologi dan sebagai bahan masukan bagi perbaikan program pengendalian vektor. Penelitian bioekologi nyamuk Anopheles spp. dengan kajian khusus distribusi spasial dan karakteristik habitat perkembangbiakan di Desa Doro, Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan merupakan bagian dari strategi pengendalian malaria di wilayah itu.

1.2 Tujuan Penelitian