Parasit malaria Manusia sebagai inang antara Nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor

Penyebaran malaria dipengaruhi oleh interaksi antara empat faktor yaitu 1 parasit malaria, 2 manusia yang rentan, 3 nyamuk sebagai vektor dan 4 faktor lingkungan Depkes 2003.

2.4.1 Parasit malaria

Jenis parasit malaria yang ditemukan pada ada empat spesies yaitu : Plasmodium falciparum , P. vivax, P. malarie, dan P. ovale. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika atau malaria tersiana maligna, banyak ditemukan di wilayah tropis seperti Afrika dan Asia Tenggara. Plasmodium vivax merupakan penyebab malaria tersiana ditemukan di daerah subtropis seperti Korea Selatan, China, Mediterania Timur, Turki, beberapa negara Eropa pada waktu musim panas, Amerika Selatan dan Utara. Di daerah tropik dapat ditemukan di Asia Timur China, daerah Mekong dan selatan Srilanka dan India, Indonesia, Filipina serta wilayah Pasifik seperti Papua Nugini, Kepulauan Salomon dan Vanuatu. Di Indonesia tersebar di seluruh kepulauan dan pada musim kering umumnya di daerah endemi mempunyai frekwensi tertinggi di antara spesies yang lain. Parasit Plasmodium malarie menyebabkan malaria kuartana, ditemukan di daerah tropik, seperti di Afrika bagian barat dan utara, sedangkan di Indonesia di laporkan di Papua Barat, NTT, dan Sumatera Selatan. Plasmodium ovale sebagai penyebab malaria ovale, terutama terdapat di daerah tropik Afrika Barat, Pasifik Barat, dan di Indonesia khususnya di Pulau Owi sebelah selatan Biak, Papua dan di Pulau Timor Astuty Pribadi 2008. Plasmodium sebagai penyebab malaria di Indonesia dapat ditemukan sebagai spesies tunggal dalam darah atau campuran antara dua atau tiga spesies P. falciparum, P. vivax dan P. malarie.

2.4.2 Manusia sebagai inang antara

Kerentanan manusia terhadap parasit malaria disebabkan oleh banyak faktor di antaranya ras atau suku bangsa, kurangnya suatu enzim tertentu, kekebalan imunitas, umur, jenis kelamin dan faktor-faktor sosial ekonomi, pekerjaan, pendidikan, perumahan, dan mobilitas penduduk Depkes 2003. Vektor dan manusia merupakan dua komponen penting dalam penularan malaria. Nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria adalah inang definitif bagi parasit malaria sedangkan manusia sebagai inang antara dibutuhkan untuk melengkapi siklus hidup parasit fase gametosit. Keberadaan parasit malaria dalam tubuh manusia menyebabkan gangguan fisiologis dengan berbagai manifestasi klinis penyakit malaria.

2.4.3 Nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor

Penularan parasit malaria oleh nyamuk Anopheles betina dipengaruhi oleh : perilaku mengisap darah, umur nyamuk longevity, semakin panjang umur nya- muk maka semakin besar potensinya untuk menjadi vektor malaria, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit, frekwensi mengisap darah, kepadatan populasi dan siklus gonotropik nyamuk Depkes 2003. Nyamuk Anopheles betina membutuhkan darah untuk pematangan telurnya. Sifat nyamuk Anopheles spp. mengisap darah dapat bersifat antropofilik : lebih suka mengisap darah manusia dan zoofilik : lebih suka mengisap darah hewan. Sifat nyamuk mancari darah hewan sukar ditentukan mengingat beberapa spesies juga menyukai darah manusia seperti yang di laporkan oleh Boewono Ristiyanto 2004 bahwa A. aconitus dalam mencari mangsa bersitat heterogen, artinya tidak ada selektifitas hospes bagi spesies ini untuk mendapat mangsa sebagai sumber darah. Spesies ini sangat adaptif dan cepat mencari mangsa pengganti, apabila hospes pilihan tidak dijumpai di lingkungan hidupnya. Untuk kepentingan pengendalian vektor, perilaku nyamuk Anopheles mengisap darah berdasarkan tempat perlu diketahui, demikian pula dengan waktu mengisap darah pada malam hari. Perilaku nyamuk dibedakan atas eksofagik lebih cenderung mengisap darah di luar rumah dan endofagik mengisap darah di dalam rumah. Frekwensi kontak vektor yang sering terjadi menjadi satu di antara faktor yang menyebabkan penularan malaria Hardwood James 1979. Nyamuk A. sundaicus di daerah pantai Pangandaran, Jawa Barat lebih cenderung kontak dengan manusia di luar rumah daripada di dalam rumah dan puncak kepadatan mengisap darah pada pukul 02.00-03.00 Situmeang 1991. Di desa Kasimbar, Sulawesi Tengah, A. barbirostris mengisap darah lebih dominan di luar rumah, puncaknya terjadi pada jam 23.00-24.00 Jastal et al. 2001.

2.4.4 Faktor lingkungan