1 Parit A. farauti
15 pemukiman
13 2 Parit
A. farauti 10
pemukiman 13
3 Kobakan A. farauti
20 semak
9 4 Kubangan
A. farauti 20
perkebunan 3
5 Kolam A. farauti
20 semak
8 6 Kali
A. farauti, A. punctulatus 50
perkebunan 9
7 Kali A. farauti
150 perkebunan
14 8 Kali
A. farauti, A. vagus 200
perkebunan 12
9 Rawa-rawa A. farauti
200 hutan
7 10 Rawa-rawa
A. farauti 100
hutan 5
Jarak rumah terdekat m
Pemanfaatan lahan
No Jenis Habitat
Jenis larva Anopheles Ketinggian
tempat m
Gambar 7 Distribusi spasial habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di
Desa Doro pada bulan Juli 2009
4.1.6 Distribusi spasial habitat pada bulan Agustus 2009
Habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. pada bulan Agustus 2009 tersebar pada area pemukiman dengan jarak 10-15 meter dari rumah terdekat, di
area perkebunan berjarak antara 50-100 meter, di area semak-belukar dengan jarak 20 meter dari rumah terdekat dan di kawasan hutan jarak habitat antara 100-
200 meter dari rumah terdekat. Ketinggian lokasi habitat berkisar antara 3-5 meter dpl. Tabel 6 Gambar 8.
Tabel 6 Jenis habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp., jarak dengan rumah terdekat, pemanfaatan lahan dan ketinggian lokasi di Desa Doro
pada bulan Agustus 2009
Gambar 8 Distribusi spasial habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di
Desa Doro pada bulan Agustus 2009 Jumlah habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Desa Doro pada
Bulan Maret-Agustus 2009 berkisar antara 5-10 habitat Tabel 1-6. Jenis dan jumlah habitat perkembangbiakan yang ditemukan berhubungan dengan fluktuasi
curah hujan dan intensitasnya. Jenis habitat kobakan, kubangan, kolam dan parit tergantung pada adanya hujan, apabila tidak ada hujan dalam waktu yang lama
menyebabkan keringnya habitat, sebaliknya bila terjadi curah hujan besar dengan intensitas yang tinggi menyebabkan rusaknya habitat atau larva terbawa aliran air.
Berdasarkan pemanfaatan lahan, di area sekitar pemukiman penduduk paling banyak ditemukan habitat perkembangbiakan Anopheles spp dengan
presentase 42.55 dengan jarak rumah terdekat berkisar antara 5-20 meter, di areal perkebunan 38,30 dengan jarak 30-100 meter dengan rumah terdekat, di
areal semak belukar 10.64 dengan jarak 20-35 meter dan di kawasan hutan 8.51 dengan jarak 100-200 meter dari rumah terdekat Tabel 7.
Karakteristik pemukiman Desa Doro terdiri atas perumahan padat terpusat dengan jarak rumah terluar yang berlawanan arah tidak lebih dari 300 meter, di
sekelilingnya adalah kawasan perkebunan kelapa, areal hutan bakau dan pohon nipa serta semak belukar. Perairan positif larva Anopheles spp. lebih banyak
ditemukan di lingkar luar pemukiman, sedangkan di pusat pemukiman hanya satu habitat yaitu sumur yang merupakan habitat perkembangbiakan A. farauti.
Area pemukiman 20
42.55 5-20
A. farauti, A. punctulatus, A. kochi, A. vagus Area perkebunan
18 38.30
30-100 A. farauti, A. punctulatus, A. vagus, A. minimus
Semak-belukar 5
10.64 20-35
A. farauti, A. vagus Hutan
4 8.51
100-200 A. farauti
Persentase Jenis larva Anopheles
Jarak rumah terdekat m
Pemanfaatan lahan
Jumlah Habitat
Tabel 7 Jumlah habitat perkembangbiakan, presentase dan jarak dengan rumah serta jenis larva Anopheles berdasarkan pemanfaatan lahan di Desa Doro
pada bulan Maret-Agustus tahun 2009
Daerah sekitar pemukiman penduduk adalah area terbuka, demikian pula perkebunan kelapa memiliki kerapatan tanaman yang jarang menyebabkan
penyinaran matahari pada habitat berlangsung sepanjang hari. Sinar matahari dibutuhkan untuk fotosintesis tanaman air dan plankton yang merupakan sumber
makanan bagi larva nyamuk Anopheles spp. Areal semak belukar, hutan bakau dan nipa kondisinya sangat rimbun dan rapat, menyebabkan intensitas cahaya
menjadi lebih sedikit. Kenyataan ini memungkinkan perbedaan jenis Anopheles pada setiap area pemanfaatan lahan. Pada areal pemukiman terdapat empat spesies
yaitu A. farauti, A. punctulatus, A. kochi dan A. vagus, sama dengan pada areal perkebunan 4 spesies, di semak belukar ditemukan dua spesies yaitu A. farauti
dan A. vagus sedangkan di areal hutan hanya terdapat spesies A. farauti Tabel 7. Beberapa hasil penelitian menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kepadatan larva Anopheles spp. dengan naungan pada habitat, misalnya Santoso 2002 pada penelitiannya di Kulonprogo menemukan A. maculatus pada
habitat perkembangbiakan yang terbuka, demikian halnya Shinta et al. 2005 menyatakan bahwa kekhususan habitat perairan dapat menjadi indikator adanya
larva Anopheles spp., seperti di perairan yang luas, terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung lagun, tambak, muara sungai merupakan indikasi
keberadaan A. sundaicus dan A. subpictus. Stoops et al. 2008 mendapatkan ragam Anopheles lebih banyak pada area persawahan yang merupakan area
terbuka dibandingkan dengan lahan lain di Sukabumi. Rao 1981 menjelaskan bahwa cahaya matahari dibutuhkan untuk perkembangbiakan larva Anopheles spp.
yang akan menghilang jika habitat tertutupi naungan.
A. farauti 1 - 18
A. punctulatus 1 - 18
A. vagus 1 - 18
A. kochi 3 - 4
A. minimus 7
Jenis larva Anopheles Ketinggian lokasi habitat
m dpl.
Perbedaan jarak habitat dengan pemukiman menunjukkan perbedaan jenis Anopheles
. Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin jauh habitat dari pemukiman penduduk semakin sedikit spesies Anopheles yang ditemukan. Hal ini diduga
berhubungan dengan banyaknya habitat perkembangbiakan dan ketersediaan makanan nyamuk pada area tersebut. Di pemukiman darah manusia menjadi
sumber makanan bagi nyamuk Anopheles spp., selain itu terdapat hewan ternak kambing dan sapi yang dapat menjadi sumber darah pilihan.
Desa Doro merupakan wilayah pesisir pantai dengan ketinggian antara 1-30 meter di atas permukaan laut dpl. Berdasarkan pengukuran dengan GPS, habitat
perkembangbiakan Anopheles spp. terletak antara 1-18 meter dari permukaan laut. Habitat perkembangbiakan larva A. farauti, A. punctulatus dan A. vagus di
temukan pada ketinggian 1-18 meter dpl. Habitat larva A. kochi ditemukan pada ketinggian 3-4 meter dpl., sedangkan habitat larva A. minimus berada pada
ketinggian 7 meter dpl Tabel 8. Distribusi A. farauti di Desa Doro sama dengan di daerah Espiritu Santo,
Papua Nugini yang juga merupakan daerah pesisir Daggy 1945. Demikian pula laporan Benet et al. 2004 melaporkan bahwa sebaran habitat perkembangbiakan
A. punctulatus dan A. farauti di Propinsi Madang, Papua Nugini terdapat pada
ketinggian antara 1-15 meter di atas permukaan laut. Tabel 8 Distribusi habitat larva Anopheles spp. berdasarkan ketinggian lokasi di
Desa Doro pada Bulan Maret-Agustus tahun 2009
Distribusi habitat perkembangbiakan larva A. farauti memiliki kesamaan dengan A. sundaicus dan A. subpictus yaitu di daerah pesisir dengan tipe habitat
berupa lagun dan rawa-rawa yang diidentifikasi dengan salinitas air lebih dari 0‰ karena adanya percampuran dengan air laut Shinta et al. 2003, Harijani dan
Sulaksono 2003, Safitri 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. 2008 di daerah Sukabumi, Jawa Barat menunjukkan bahwa daerah pesisir
berisiko tinggi malaria karena banyak terdapat sawah, lagun dan sungai sebagai habitat perkembangbiakan Anopheles spp.
4.1.7 Luas distribusi spasial nyamuk Anopheles spp.