Pemetaan sebaran nyamuk Anopheles spp. saat ini telah didukung dengan penggunaan teknologi sistem informasi geografi SIG. Mardihusodo 1997
menyatakan beberapa kegunaan SIG adalah untuk mengetahui sebaran geografis penyakit, mengetahui perkembangan dan kecenderungan penyakit dalam ruang
kejadian, meramalkan terjadinya wabah penyakit, dan melakukan perencanaan untuk intervensi. Sukowati 2008 menyatakan bahwa peta penyebaran vektor,
kepadatan vektor di setiap ekosistem dan hubungannya dengan musim penting bagi pemahaman epidemiologi dan sebagai bahan masukan bagi perbaikan
program pengendalian vektor. Penelitian bioekologi nyamuk Anopheles spp. dengan kajian khusus
distribusi spasial dan karakteristik habitat perkembangbiakan di Desa Doro, Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan merupakan bagian dari
strategi pengendalian malaria di wilayah itu.
1.2 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui distribusi spasial habitat perkembangbiakan Anopheles spp.
2 Mengetahui karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles spp.
3 Mengetahui spesies Anopheles yang berpotensi sebagai vektor malaria.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan menjadi dasar untuk perencanaan pengendalian vektor dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengendalian
vektor malaria.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyamuk Anopheles spp.
Nyamuk merupakan bagian dari kelompok serangga dari phylum Arthropoda
, kelas Insecta Hexapoda, ordo Diptera, famili Culicidae, yang paling banyak menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia terdapat
sebanyak 457 spesies nyamuk dan dikelompokkan menjadi 18 genus, yang terdiri dari 80 spesies Anopheles, 82 spesies Culex, 125 spesies Aedes, dan 8 spesies
Mansonia , sisanya sebagai anggota dari genus yang tidak penting dalam penularan
penyakit O’Connor dan Sopa 1981. Sejauh ini hanya nyamuk Anopheles yang memiliki peranan penting
sebagai vektor malaria dan fauna Anopheles baik yang telah dikonfirmasi sebagai vektor maupun diduga sebagai vektor malaria pada setiap wilayah Indonesia
menunjukkan perbedaan spesifik. Spesifikasi tersebut dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia sebagai daerah kepulauan yang terletak antara benua Asia dan
Australia, sehingga sebaran nyamuk mengikuti pola sebaran hewan yang dikelompokkan menjadi daerah oriental dan daerah australasian. Bonne-Webster
1953 menyatakan bahwa garis perbatasan kelompok sebaran Anopheles spp. terletak antara pulau Halmahera, pulau Seram dan Papua. Di bagian barat terdapat
garis Weber yang membatasi kepulauan Maluku dengan pulau Sulawesi. Di sebelah barat pulau Sulawesi terdapat garis Wallace yang menuju selatan melalui
selat Makassar kemudian menuju selat Lombok. Nyamuk Anopheles di Indonesia Bagian Barat merupakan spesies oriental di antaranya A. aconitus, A. sundaicus,
A. subpictus, A. balabacensis, A. minimus A. leucosphyrus, dan A. barbirostris,
sedangkan di Indonesia Timur adalah spesies australasian di antaranya A. punctulatus A. farauti, A. koliensis, A. longirostris,
dan A. bancrofti. Beberapa spesies oriental ada yang bermigrasi ke wilayah timur sehingga di daerah Papua
ditemukan kelompok oriental. Demikian juga beberapa kelompok autralasian bermigrasi ke bagian barat garis Lydekker sehingga di daerah Maluku dapat
ditemukan nyamuk spesies oriental maupun spesies australasian Fauna Anopheles di Pulau Jawa sebagaimana hasil penelitian Boewono dan
Ristiyanto 2004 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah antara lain A. aconitus,
A. balabacensis, A. maculatus, A. barbirostris, A. flavirostris, dan A. kochi. Di Kabupaten Purworejo ditemukan A. aconitus, A. flavirostris, A. balabacensis,
A. barbirostris, A. vagus, A. kochi, A. maculatus dan A. subpictus Lestari et al.
2007. Di Kabupaten Sukabumi ditemukan A. aconitus, A. maculatus, A. kochi, A. barbirostris
, A. vagus dan A. tesselatus Munif et al. 2007. Di Kabupaten Trenggalek ditemukan A. vagus, A. sundaicus, A. aconitus, A. maculatus, dan A.
tesselatus Mardiana et al. 2002.
Spesies Anopheles di wilayah Sumatera seperti di daerah Muaro Jambi ditemukan 10 spesies Anopheles yaitu A. barbirostris, A. vagus, A. nigerrimus, A.
aconitus, A. kochi, A. tesselatus, A. indefinitus, A. umbrosus, A. peditaeniatus, dan A. schueffneri Maloha 2005, sedangkan di Kecamatan Padang Cermin,
Lampung Selatan ditemukan A. sundaicus, A. barbirostris, A. vagus, A. kochi, A. indefinitus, A. maculatus, A. aconitus
dan A. subpictus Safitri 2009. Nyamuk Anopheles di wilayah Kalimantan khususnya di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kalimantan Selatan diantaranya A. nigerrimus, A. kochi, A. letifer, A. barbirostris, A. maculatus, A. vagus, A. aconitus, dan
A. sinensis Salam 2005, sedangkan di kawasan reintroduksi orang utan, Nyaru Menteng,
Kalimantan Tengah ditemukan A. letifer dan A. umbrosus Juliawati 2008. Fauna Anopheles di wilayah Sulawesi khususnya di Kabupaten Donggala
terdiri atas A. barbirostris, A. barbumbrosus, A. leucosphyrus, A. vagus, A. kochi, A. maculatus, A. nigerrimus, A. tesselatus, A. kochi,
dan A. maculatus Jastal 2005, selain itu terdapat juga A. parengensis A. subpictus, A. aconitus
A. indefinitus , dan A. hyrcanus grup Garjito et al. 2004.
Di daerah Maluku ditemukan 10 spesies yaitu A. farauti, A. subpictus, A. vagus, A. maculatus, A. tesselatus, A. kochi, A. aconitus, A. peditaeniatus, A.
elegans, dan A. fragilis Soekirno et al. 1997. Di Papua, komposisi vektor
malaria terdiri atas A. farauti, A. punctulatus dan A. koliensis Benet et al. 2004, sedangkan di daerah Nusa Tenggara khususnya di Kabupaten Sumbawa terdapat
spesies A. barbirostris, A. subpictus, A. annularis, A. aconitus, A. compestris, A. vagus, A. umbrosus, A. tesselatus dan A. indefinitus
Soekirno et al. 2006, di Kabupaten Sikka, NTT, fauna Anopheles terdiri atas A. sundaicus, A. barbirostris,
A. aconitus, A. subpictus, A. maculatus dan A. vagus Ompusunggu et al. 1996.
Fauna nyamuk Anopheles spp. yang dilaporkan di Indonesia sebanyak 80 spesies dan yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria adalah 22 spesies yaitu
A. sundaicus, A. aconitus, A. nigerrimus, A. maculatus, A. barbirostis A. sinensis, A. letifer, A. balabacensis, A. punctulatus, A. farauti, A. bancrofti, A. karwari,
A. koliensis, A. vagus, A. parengensis, A. umbrosus, A. subpictus, A. longirostris, A. flavirostis, A. minimus, A. leucosphirus
Sukowati 2008 dan Depkes 2007b. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan nyamuk Anopheles spp.
sehingga dapat berperan sebagai vektor antara lain : 1 Kemampuan nyamuk menerima dan mendukung pertumbuhan patogen penyakit, 2 Spesifitas inang
vertebrata terhadap patogen penyakit, 3 Mobilitas vektor, 4 Umur vektor, semakin panjang umur nyamuk maka semakin besar kemungkinannya menjadi
vektor karena kesempatan hidup patogen menjadi lebih panjang, 5 Frekwensi makan, semakin sering nyamuk mengisap darah maka semakin tinggi potensi
penularan, 6 Kepadatan populasi nyamuk yang tinggi, menyebabkan potensi kontak vektor dengan manusia semakin besar, 7 Physiological and behavioral
plasticity , kemampuan vektor untuk beradaptasi terhadap pengaruh dari luar tubuh
dan pengaruh bahan kimia terutama pestisida Hardwood James 1979. Spesies Anopheles yang dikenal dari ciri-ciri morfologi mungkin dapat
berperan sebagai vektor malaria, tetapi belum tentu di daerah lainnya. Nyamuk Anopheles
dapat disebut sebagai vektor malaria di suatu daerah apabila terbukti positif mengandung sporozoit di dalam kelenjar ludahnya Depkes 2007b.
2.2 Distribusi Spasial Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.