Habitat perkembangbiakan nyamuk menurut Rao 1981 dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu 1 Habitat yang bersifat alamiah seperti danau, rawa,
genangan air dan 2 Habitat buatan manusia seperti daerah sawah, irigasi, kolam. Sedangkan menurut Russel 1943, dalam Bruce-Chwatt 1985 habitat
perkembangbiakan nyamuk diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu 1 Air tawar yang menggenang permanen atau temporal seperti rawa-rawa yang terbuka
luas atau daerah rawa yang merupakan bagian dari danau, kolam, genangan air, dan mata air, 2 Kumpulan air tawar yang sifatnya sementara seperti genangan air
terbuka di lapangan dan bekas tapak kaki binatang, 3 Air yang mengalir permanen atau semi permanen seperti sungai yang terbuka dengan vegetasi, air
yang mengalir dari selokan, 4 Tempat penampungan air alami seperti lubang pada batu, pohon, lubang buatan hewan, dan tempat penampungan air buatan
manusia seperti kaleng, ban, tempurung kelapa, dan 5 Air payau seperti rawa- rawa pasang surut.
Beberapa parameter fisik, kimia dan biologis yang mempengaruhi perkem- bangan larva nyamuk pada habitat di antaranya jenis genangan air, kedalaman,
luasan, kecerahan, kecepatan aliran, dasar air, suhu air, salinitas, pH, keberadaan tanaman dan predator larva, diuraikan sebagai berikut :
2.3.1 Suhu Air
Pertumbuhan dan kehidupan organisme air dipengaruhi suhu air. Dalam batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan meningkat sejalan dengan naiknya
suhu air, sedangkan derajat kelangsungan hidup menurun bila suhu naik Kordi Tancung 2007.
Suhu air mempengaruhi kelangsungan dan pertumbuhan telur, larva dan pupa nyamuk. Pertumbuhan larva akan lebih optimal pada suhu air yang hangat
daripada suhu air yang dingin. Rao 1981 melaporkan bahwa larva nyamuk tidak dapat hidup bertahan pada suhu yang sangat ekstrim tinggi dan kecepatan
pertumbuhan larva akan lebih cepat pada suhu air yang lebih panas dan akan lebih lambat pada suhu rendah, sedangkan Muirhead-Thompson dalam Rao 1981
menyatakan bahwa laju tetas telur Anopheles dipengaruhi oleh suhu air pada tempat perindukannya. Semakin tinggi suhu air waktu tetas semakin singkat.
WHO 1982 menyatakan bahwa larva nyamuk dapat beradaptasi dengan lingkungan dan sebarannya dibatasi oleh suhu. Suhu optimum untuk pertumbuhan
larva berbeda pada berbagai zona geografi. Di daerah tropis suhu air berkisar antara 23ºC-27ºC. Pada suhu tersebut stadium pradewasa nyamuk akan selesai
dalam waktu dua minggu.
2.3.2 Salinitas Air
Tingkat salinitas suatu habitat dipengaruhi oleh berubahnya luas genangan air, curah hujan dan aliran air tawar dan evaporasi. Perubahan salinitas selama
satu tahun menyebabkan banyak spesies melakukan adaptasi Mosha Mutero 1982, dalam Clements 1992.
Lincoln 1982, dalam Clements 1992, membagi habitat larva dalam tiga kelompok berdasarkan salinitas yaitu 1 Habitat air tawar jika salinitasnya kurang
dari 0,5 atau 0,034 MNaCl, 2 Habitat air payau jika salinitasnya antara air tawar dan air laut 0,55 MNaCl, dan 3 Habitat air asin jika habitat tersebut kaya akan
unsur garam. Setiap jenis Anopheles memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda
terhadap derajat salinitas. Hasil penelitian di pantai Banyuwangi didapatkan larva A. sundaicus
pada seluruh tipe perairan air tawar-air payau dengan salinitas 0- 4‰. Pada air tawar A. sundaicus ditemukan bersama-sama dengan A. barbirostris
dan A. vagus sedangkan pada air payau A. sundaicus ditemukan bersama dengan A. subpictus
Shinta et al. 2003. Di Kabupaten Trenggalek habitat perkembang-biakan A. sundaicus dan A. vagus adalah lagun dengan
tanaman bakau, rumput air dan lumut dengan tingkat salinitas air 9 ‰
Mardiana et al. 2002.
2.3.3 Derajat Keasaman pH Air