43
umat Muslim mengucapkan “Selamat Natal” kepada umat Koptik dan mengucapkan selamat kepada penduduk Mesir yang non-Muslim lainnya atas
hari-hari raya mereka yang lain.
8
Dari kalangan ulama Islam, para ulama Al-Azhar sudah biasa mengisi ceramah atau khutbah di gereja-gereja Kristen Koptik, seperti yang biasa
dilakukan Syaikh Thanthawi Grand Syekh Mesir dulu.
9
Dan pada saat hari Natal, Grand Syaikh Mesir dan para ulama Al-
Azhar menyampaikan “Selamat Natal” dalam sebuah jumpa pers dan disampaikan secara resmi.
Bukan hanya para ulama muslim saja yang menyampaikan ucapan “Selamat Natal”, pada saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, para Baba Koptik juga
menyampaikan ucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha” Model Fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir berbeda dengan
model fatwa yang dikeluarkan dengan MUI, karena fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir merupakan fatwa yang dikeluarkan oleh seorang Mufti atas
pertanyaan dari seorang Mustafti Peminta Fatwa terkait dengan Perayaan Natal yang fatwa tersebut dikeluarkan oleh Syekh Ali Jumah sebagai pimpinan
Lembaga Fatwa Mesir, adapun fatwa fatwa tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Fatwa Membawa Hadiah kepada Non-Muslim di Hari Raya Natal Ulama Lembaga Fatwa Mesir berargumentasi bahwa membawa hadiah
kepada Non-Muslim di Hari Raya Natal pada hakikatnya tidak dilarang dalam Hukum Islam. Bahkan hal tersebut merupakan suatu moral dan sikap yang baik.
Bahkan kita diperbolehkan untuk mengucapkan selamat kepada Non-Muslim di
8
Mujtahid Abdul Manaf, Sejarah Agama – Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo,1994, h.79.
9
Mujtahid Abdul Manaf, Sejarah Agama – Agama,
h.81.
44
Hari Raya Agama mereka, namun tidak menggunakan kata-kata yang bertentangan dan merusak akidah Islam. Memelihara ikatan silaturahmi, memberi
hadiah, mengunjungi rumahnya dan memberi selamat non-Muslim adalah merupakan prilaku yang baik, Allah SWT memerintahkan kita untuk berbicara
dengan kata-kata yang baik kepada semua orang tanpa terkecuali dengan Non- Muslim. Allah Berfirman dalam Q.S Al-Baqarah 2: 83:
ݗبْرقْلا ݘܒݔ اناسْحإ نْيܑلاوْلابݔ هڰللا اڰلإ ݔܑ۹ْعت ال ليئارْسإ ينب ܼاثيم انْذخأ ْܒإݔ ث ۺاكڰܗلا اوتآݔ ۺالڰصلا اويقأݔ انْسح ܘاڰنلل اولوقݔ نيكاسْلاݔ ݗماتيْلاݔ
ْمتْيڰلوت ڰم وضرْعم ْمتْنأݔ ْمْ݃نم اليلق اڰلإ
۵رق۴لا
83 : 2
Artinnya: ”Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu:
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling” Allah juga memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik kepada orang lain,
dengan firmanNYA dalam Q.S An-Nahl 16: 90 :
رْ݃نْلاݔ ءاشْحْܻلا نع ݗݓْنيݔ ݗبْرقْلا ݘܒ ءاتيإݔ اسْحإْلاݔ ْܑ݄عْلاب رمْأي هڰللا ڰإ ݔرڰكذت ْم݃ڰلعل ْم݃ظعي يْغ۹ْلاݔ
لح݊لا
90 : 16 Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”
45
Allah tidak melarang kita untuk menjaga hubungan baik dengan non- Muslim, bertukar hadiah atau atau perbuatan-perbuatan baik lainya. Allah SWT
berfirman dalam QS. Mumtahanah 60: 8:
ْأ ْمكܔايد ْنم ْمكوجرْي ْملݔ نيڲܑلا يف ْمكولتاقي ْمل نيذڰلا نع هڰللا مكاݓْني ال ڱر۹ت
نيطسْقْلا ڱبحي هڰللا ڰإ ْمݓْيلإ اوطسْقتݔ ْمهݔ
۶݊حت݆݆لا 8: 60
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang- orang yang berlaku adil”
Para Ulama Muslim memahami dari hadist tersebut bahwa terdapat kebolehan untuk menerima hadiah dari Non-Muslim karena hal tersebut
merupakan perilaku yang bijak. Hal ini juga tergambar dalam hadist Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW pernah menawarkan hadiah kepada
Non-Muslim Sehingga berdasarkan argumentasi di atas, Ulama Lembaga Fatwa Mesir
menyimpulkan Melalui ayat-ayat mulia yang disebutkan di atas, hadist, dan opini ilmiah, jelas bahwa tidak ada keraguan untuk menjaga hubungan baik dengan
non-Muslim dengan bertukar kunjungan, mengucapkan selamat dan berbuat baik, bertukar hadiah dan sejenisnya merupakan perbuatan yang baik. Ini dianggap
salah satu cara menuju seruan agama Allah melalui perilaku yang mulia kepada sesama.
2. Fatwa Merayakan Natal dengan Keluarga Non-Muslim
Menurut Ulama Lembaga Fatwa Mesir Islam adalah agama rahmat dan itu
mencakup semua nilai yang tertanam dalam manusia terlepas dari perbedaan
46
agama mereka, perbedaan budaya dan latar belakang etnis dan bahkan juga meliputi tanaman dan hewan bersama dengan benda mati juga. Dengan kata lain,
konsep kemurahan dalam Islam sehingga keagungan tercakup pada seluruh alam semesta, apakah rahmat itu tidak termasuk bagi keluarga juga walaupun memiliki
keyakinan berbeda? Fakta dalam Al-
Qur’an tidak hanya memberikan kesempatan kepada seorang muslim untuk berhubungan baik dengan Non-Muslim tetapi juga Al-
Qur’an mejadikan hal tersebut menjadi persoalan yang wajib dilaksanakan. Sesuai dengan FirmanNYA dalam Q.S Luqman 31: 14:
ْرْ݃شا أ نْيماع يف هلاصفݔ نْهݔ ݗلع انْهݔ هڱمأ هْتلح هْيܑلاوب اسْنإْلا انْيڰصݔݔ ريصْلا ڰيلإ كْيܑلاولݔ يل
݇ا݆قل
14: 31
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu” Q.S Luqman 31: 15
يف اݓْ۹حاصݔ اݓْعطت الف مْلع هب كل سْيل ام يب ݀رْشت ْأ ݗلع ݀اܑهاج ْإݔ ْعت ْمتْنك اب ْم݃۳ڲ۹نأف ْم݃عجْرم ڰيلإ ڰمث ڰيلإ ۶انأ ْنم لي۹س ْع۹ڰتاݔ افݔرْعم ايْنڱܑلا
ول
قل ݇ا݆
15: 31 Artinya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan”
47
Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga kita bahkan disaat mereka berusaha
untuk mengarahkan kita untuk masuk kepada agama yang mereka yakini, dengan tetap memberikan perlakuan baik kepada kita maka kita tunjukkan rasa hormat
kita atas agama yang kita pilih dengan lebih berbuat baik dari mereka untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya kepada mereka bahwa Islam adalah
agama yang sempurna. Tidak ada halangan hukum untuk berpartisipasi dalam merayakan kelahiran
Yesus. Islam adalah sistem terbuka dan pengikutnya percaya, menghargai dan menghormati semua nabi dan rasul, dan memperlakukan para pengikut agama-
agama lain dengan kebaikan sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Ankabut 29: 46:
اڰنمآ اولوقݔ ْمݓْنم اولظ نيذڰلا اڰلإ نسْحأ يه يتڰلاب اڰلإ ۶اتْ݃لا لْهأ اولداجت الݔ لإ ݄ܗْنأ ݘذڰلاب
ولْسم هل نْحنݔ ܑحاݔ ْم݃ݓلإݔ انݓلإݔ ْمْ݃يلإ ݄ܗْنأݔ انْي
۷و۴ܾ݊علا
46: 29 Artinya:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara
mereka, dan katakanlah: Kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan
kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah
diri” 3.
Fatwa Mengucapkan Selamat Natal Dalam hukum Islam, tidak ada larangan bagi Muslim ucapan selamat dan
berbagi kepada warga non-Muslim secara damai dalam acara-acara keagamaan
48
mereka agar tidak melanggar pada dasar-dasar Islam. Ini berada di bawah konsep kebenaran yang Allah SWT tidak melarang, terutama jika mereka berasal dari
antara anggota keluarga seseorang dan hubungan, tetangga, rekan dan sejenisnya dari hubungan manusia. Hal ini didorong terutama jika mereka bertukar ucapan
selamat dengan sesama Muslim pada kesempatan dalam acara Islam sesuai firman Allah SWT dalam QS An Nisaa 4: 86 :
سح ءْيش ڲلك ݗلع اك هڰللا ڰإ اهݔڱدܔ ْݔأ اݓْنم نسْحأب اوڱيحف ۻڰيحتب ْمتيڲيح اܒإݔ ا۹ي
ءاس݊لا
86: 4
Artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa. Sesungguhnya
Allah memperhitungankan segala sesuatu” Bertukar selamat dengan non-Muslim menurut Ulama Lembaga Fatwa
Mesir tidak berarti mengakui kekafiran mereka juga tidak sama dengan sujud kepada salib atau menyatakan Ketuhanan Kristus seperti para ulama ucapkan.
Sebaliknya, ini adalah salah satu bentuk dari kebenaran dan keadilan yang Allah SWT mencintai.
Seorang Muslim diperintahkan untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan
memperlakukan orang lain dengan baik dengan cara yang kondusif untuk mencintai Islam dan memperkenalkan alam dan kelengkapan toleran nya. Allah
SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah 2: 83:
49
ݗبْرقْلا ݘܒݔ اناسْحإ نْيܑلاوْلابݔ هڰللا اڰلإ ݔܑ۹ْعت ال ليئارْسإ ينب ܼاثيم انْذخأ ْܒإݔ ݗماتيْلاݔ
ْمتْيڰلوت ڰمث ۺاكڰܗلا اوتآݔ ۺالڰصلا اويقأݔ انْسح ܘاڰنلل اولوقݔ نيكاسْلاݔ وضرْعم ْمتْنأݔ ْمْ݃نم اليلق اڰلإ
۵رق۴لا
83: 2 Artinya:
“Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling” Hal ini diketahui bahwa menjadi orang yg baik untuk non-Muslim dan
memperlakukan mereka dengan kebaikan tidak selalu berarti bahwa kita menerima kekafiran mereka. Selain itu, ketenangan, rahmat dan kasih antara
suami Muslim dan istrinya di antara orang-orang dalam Kitab tidak mewajibkan dia untuk menerima keyakinannya yang bertentangan dengan putusan Islam.
Dalam hal ini Ulama Lembaga Fatwa Mesir menyimpulkan berdasarkan cerita di atas, mengucapkan selamat kepada non muslim dalam acara mereka dan
menerima undangan untuk menghadiri gereja mereka tidak berarti mengakui kekafiran mereka atau keyakinan yang melenceng.
C. Fatwa Ulama Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi
Di Arab Saudi, umat Kristiani tidak bisa bebas merayakan Natal. Walaupun ada hampir 1 juta umat Kristiani di sana, pemerintah memiliki larangan untuk
50
merayakan Natal di tempat umum.
10
Di saat yang sama, pemerintah Arab Saudi tidak memiliki larangan yang tegas terkait perayaan Natal di kediaman pribadi.
Meskipun begitu, di beberapa area, umat Kristiani masih dapat melakukan perayaan Natal dengan melakukan semacam pendekatan dengan pejabat setempat.
Tetapi, secara umum perayaan Natal di Arab Saudi seringkali disamarkan sebagai perayaan liburan biasa di dalam rumah pribadi.
11
Tidak hanya larangan marayakan Natal, Komite Tetap Kajian dan Fatwa negara setempat berpendapat, hukum ucapan Selamat Natal adalah haram.
Apalagi, hukum mengikuti prosesi ibadahnya, sangat diharamkan. Mereka mengutip pendapat Ibnul Qayyim, dan gurunya Ibnu Taimiyah. Ibnul Qayyim
dalam “Ahkam Ahludz Dzimmah” menegaskan bahwa ucapan terhadap ritual kekufuran haram hukumnya, seperti ucapan selamat atas hari raya dan puasa
mereka.
12
Sekali pun pelakunya terhindar dari penyimpangan akidah, tetap saja ucapannya dihukumi haram, dalilnya dalam Alquran Surah Ali Imran: 85, dan Az-
Zumar: 07. Bagi Ibnu Taimiyah dalam “Iqtidha as-Shirath al-Mustaqim”, menekankan bahwa tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati
umat Kristiani termasuk perbuatan batil.
13
Pendapat ini juga yang menjadi rujukan resmi Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi.
Model Fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi sama dengan model fatwa yang dikeluarkan dengan
10
Ar Roddul Jamil, Yesus dalam Pandangan Al Ghazali, Surabaya: Pustaka Dai, 1994, h.29.
11
Ar Roddul Jamil, Yesus dalam Pandangan Al Ghazali, h.55.
12
Ibnul Qayyim, Ahkâm Ahli Dzimmah, Mesir: Darul Hadis Mesir, 1418 H, h.43.
13
Taimiyah, Ibnu, Iqtidha’ Shirat Al-mustaqim li Mukhalafati Ash-Haabil Jahiim, Riyadh:
Dar Al-Fadhilah, 1424 H, h.287-310.
51
Lembaga Fatwa Mesir Mesir, karena fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi merupakan fatwa yang dikeluarkan
oleh seorang mufti atas pertanyaan dari seorang Mustafti Peminta Fatwa terkait dengan Perayaan Natal dimana fatwa tersebut dikeluarkan oleh Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin salah satu tim komisi fatwa Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi No. 8848, adapun fatwa fatwa
tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Fatwa Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakan Natal Bersama Menurut Ulama Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi