16
mengumpulkannya melalui website resmi ketiga lembaga fatwa yaitu yaitu Majelis Ulama Indonesia, Lembaga Fatwa Mesir: Dâr al-
Iftâ’ al-Misriyyah dan Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi : al-Lajnah al-
Dâimah lil Buhûts al-Ilmiyah wal Iftâ. 5.
Analisis Data Sesuai dengan penelitian pustaka maka analisis yang penulis gunakan
adalah: a.
Komparasi Metode komparatif yang dimaksud disini adalah dilakukan dengan
membandingkan suatu fakta yang lain sehingga diketahui suatu persamaan dan perbedaannya, sebagaimana yang dikemukakan Aswari Sudjud bahwa penelitian
komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan- perbedaan tentang benda-benda, tentang orang-orang, tentang prosedur kerja,
tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja.
28
Dan dalam penulisan ini, penulis membandingkan, mengkomparasikan antara berbagai fatwa dari berbagai lembaga fatwa di tiga
negara terkait dengan perayaan Natal, yaitu Majelis Ulama Indonesia, Lembaga Fatwa Mesir: Dâr al-
Iftâ’ al-Misriyyah dan Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi :al-Lajnah al-Dâimah lil Buhûts al-Ilmiyah wal Iftâ.
b. Content analisys
28
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h.267.
17
Content analisys merupakan suatu metode penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur, untuk menganalisa isi fatwa dan menarik kesimpulan yang
shahih dari sumber data penelitian berupa buku.
29
J. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, penelitian
terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : PENGERTIAN SEJARAH DAN TRADISI PERAYAAN NATAL
Berisi pembahasan umum terkait definisi dan sejarah perayaan Natal, yang juga bagaimana saja model-model perayaan Natal yang terdapat diberbagai negara
dan tempat. Khususnya pembahasan keikutsertaan Muslim dalam tradisi perayaan Natal. Dalam bab ini juga dibahas tradisi dan model model perayaan Natal yang
tidak hanya melibatkan Kaum Kristiani saja melainkan juga melibatkan kaum Muslimin.
BAB III : FATWA HUKUM IKUT SERTA MERAYAKAN NATAL BAGI MUSLIM
Berisi pembahasan tentang isi fatwa dalam hukum perayaan Natal yang meliputi hukum mengucapkan selamat Natal, sampai dengan perayaan Natal
bersama yang dikeluarkan melalui fatwa ketiga lembaga fatwa tersebut yaitu Majelis Ulama Indonesia, Lembaga Fatwa Mesir dan Komisi Tetap Urusan Riset
29
Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito, 1990, h.143.
18
dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi. Pada bab ini penulis juga menguraikan secara singkat argumentasi ulama ketiga lembaga fatwa tersebut melalui dalil dan
kaidah-kaidah Hukum Islam.
BAB IV : ANALISA PERBANDINGAN FATWA
Berisi pembahasan tentang perbandingan isi serta metode fatwa tentang hukum perayaan Natal yang dikeluarkan oleh ulama Majelis Ulama Indonesia,
Lembaga Fatwa Mesir dan Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi. Dalam bab ini juga penulis mencoba mengurai latar belakang apa saja yang
menyebabkan terjadinya perbedaan fatwa ulama ketiga lembaga tersebut dalam hal hukum merayaan Natal dinegaranya.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan memberi kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian.
19
BAB II PENGERTIAN SEJARAH DAN TRADISI PERAYAAN NATAL
A. Pengertian Perayaan Natal
Kata Christmas Natal yang dalam Bahasa Inggris Mass of Christ atau di singkat dengan Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran
“Yesus”. Kata Natal sendiri berasal dari Bahasa Latin yang artinya adalah lahir. Kata Christmas juga sering disingkat menjadi Xmas, yang dalam bahasa Yunani,
X adalah kata pertama dalam nama Kristus Yesus.
1
Di Indonesia Mass of Christ juga dikenal dengan Misa Natal yang secara Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah upacara ibadat utama dalam Gereja Katolik, yang di dalamnya roti dan anggur yang dikurbankan berubah zatnya menjadi kehadiran Kristus.
Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al-Masih yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Yesus dalam sejarah umat Islam sebenarnya adalah Nabi Isa Al Masih putra Maryam. Sebutan Isa dalam bahasa Arab berasal dari bahasa Ibrani dari kata
Esau. Dalam bahasa Latin nama itu menjadi Yesus. Munculnya nama Yesus terjadi pada peristiwa pengadilan Isa Al Masih oleh mereka yang hadir dengan
menambahkan huruf J pada awal dan S pada akhir kata Esau sehingga menjadi Yesus. Nama Yesus baru populer pada abad ke-2.
2
Populernya nama Yesus akhirnya menenggelamkan nama asli Esau di kalangan Kristen. Namun
1
Irena Handono, Perayaan Natal 25 Agustus Antara Dogma dan Toleransi, Jakarta: Bima Rodheta, 2004, cet.IV, h.11.
2
Nahdi Saleh, Bibel dalam Timbangan, Jakarta: Arista Brahmatysa, 1994, h.55.