Fatwa Ulama Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi
51
Lembaga Fatwa Mesir Mesir, karena fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi merupakan fatwa yang dikeluarkan
oleh seorang mufti atas pertanyaan dari seorang Mustafti Peminta Fatwa terkait dengan Perayaan Natal dimana fatwa tersebut dikeluarkan oleh Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin salah satu tim komisi fatwa Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi No. 8848, adapun fatwa fatwa
tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Fatwa Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakan Natal Bersama Menurut Ulama Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi
mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. Alasannya, ketika mengucapkan seperti ini berarti seseorang itu setuju dan ridho
dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat. Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang
muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya karena Allah Ta’ala sendiri tidaklah meridhoi hal tersebut.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Az Zumar 39: 7:
ضْري اݔرْ݃شت ْإݔ رْْܻ݃لا ݐدا۹عل ݗضْري الݔ ْمْ݃نع ٌينغ هڰللا ڰإف اݔرْܻ݃ت ْإ ْم݃ل ه
هڰنإ ولْعت ْمتْنك اب ْم݃۳ڲ۹نيف ْم݃عجْرم ْم݃ڲبܔ ݗلإ ڰمث ݖرْخأ ܔْܖݔ ۺܔܖاݔ ܔܗت الݔ ܔݔܑڱصلا ۼاذب ميلع
رمܒلا
7: 39
Artinya: “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan iman mu
dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian
52
kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa
yang tersimpan dalam dada mu” Allah Ta’ala juga berfirman dalam QS. Al Maidah 5: 3
ڰܑلاݔ ۻتْيْلا مْ݃يلع ْتمڲرح ۻقنْنْلاݔ هب هڰللا رْيغل ڰلهأ امݔ ريܗْنْلا مْحلݔ ݈
بصڱنلا ݗلع حبܒ امݔ ْمتْيڰكܒ ام اڰلإ ع۹ڰسلا لكأ امݔ ۻحيطڰنلاݔ ۻيڲدرتْلاݔ ۺܒوقْوْلاݔ قْسف ْم݃لܒ ݈الْܖأْلاب اوسْقتْست ْأݔ
الف ْم݃نيد ْنم اݔرܻك نيذڰلا س۳ي ْ݈ويْلا م݃ل تيضܔݔ يتْعن ْمْ݃يلع تْْتأݔ ْم݃نيد ْم݃ل تْلْكأ ْ݈ويْلا ْوشْخاݔ ْمهْوشْت
إف مْثإل فناجتم رْيغ ۻصْم يف ڰرطْضا نف انيد ݈الْسإْلا ميحܔ ܔوܻغ هڰللا ڰ
۵܌ئ݆ۤلا
3: 5 Artinya:
“Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu
yang disembelih untuk berhala. Dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah, mengundi nasib dengan anak panah itu
adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Apakah Perlu Membalas Ucapan Selamat Natal?
Memberi ucapan selamat semacam ini pada mereka adalah sesuatu yang diharamkan, baik mereka adalah rekan bisnis ataukah tidak. Jika mereka
mengucapkan selamat hari raya mereka pada kita, maka tidak perlu kita jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama tidak diridhoi oleh
Allah Ta’ala. Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh
53
mereka. Atau mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk.
Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri berfirman dalam QS. Ali Imron 3: 85:
نيرساْلا نم ۺرخ۩ْلا يف وهݔ هْنم ل۹ْقي ْنلف انيد ݈الْسإْلا رْيغ غتْ۹ي ْنمݔ
݇ار݆ع ܿآ
85: 3 Artinya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang- orang yang rugi”
Bagaimana Jika Menghadiri Perayaan Natal? Adapun seorang muslim memenuhi undangan perayaan hari raya mereka,
maka ini diharamkan. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka.
Menghadiri perayaan mereka juga bisa jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.
Begitu pula diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado hadiah, atau membagi-
bagikan permen atau makanan yang disimbolkan dengan ‘santa clause’ yang berseragam merah-putih, lalu membagi-bagikan hadiah, pen atau sengaja
meliburkan kerja karena bertepatan dengan hari natal. Alasannya, Nabi Muhammad SAW bersabda,
54
هي݂ع هګ݂لا ݒګ݂ص هګ݂لا ܿوسر ܿاق :ܿاق ،ر݆ع نبا نع :مګ݂سݏ
” وݎف ݃وقب هګ۴شت نم
مݎ݊م “
اݏر دݏاد وبۥ
4031
14
Artinya: “Dari Ibnu Umar, Rosulullah Bersabda:
“
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” HR. Abu Daud
no. 4031. 2.
Fatwa Merayakan Natal Bersama Menurut Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi,
tidak boleh bagi kita bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka, walaupun ada sebagian orang yang dikatakan
berilmu melakukan semacam ini. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak. Di samping itu pula,
hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa. Padahal Allah berfirman dalam QS. Al Maidah 5: 2:
ال اونمآ نيذڰلا اݓڱيأ اي ܑئالقْلا الݔ ݘْܑݓْلا الݔ ݈ارحْلا رْݓڰشلا الݔ هڰللا رئاعش اوڱلحت
اݔداطْصاف ْمتْللح اܒإݔ اناوْضܔݔ ْمݓڲبܔ ْنم الْضف وغتْ۹ي ݈ارحْلا تْي۹ْلا نيڲمآ الݔ ݔڱܑص ْأ ْ݈وق ۩نش ْم݃ڰنمرْجي الݔ
ݗلع اونݔاعتݔ اݔܑتْعت ْأ ݈ارحْلا ܑجْسْلا نع ْمك ۶اقعْلا ܑيܑش هڰللا ڰإ هڰللا اوقڰتاݔ اݔْܑعْلاݔ مْثإْلا ݗلع اونݔاعت الݔ ݖوْقڰتلاݔ ڲر۹ْلا
۵܌ئ݆ۤلا
2 : 5 Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar- syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan binatang- binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan
14
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, h.77
55
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian mu
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. Dan
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya”
56