Fatwa Majelis Ulama Indonesia

35 Pertama: Bahwa Umat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan Umat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas QS. al-Hujarat 49: 13 ڰ݌إ اوفܔاعتل لئا۹قݔ ابوعش ْمكانْلعجݔ ݗثْنأݔ ركܒ ْنم ْمكانْقلخ اڰنإ ܘاڰنلا اݓڱيأ اي ري۹خ ميلع هڰللا ڰ݌إ ْمكاقْتأ هڰللا ْܑنع ْم݃مرْكأ ۷ارجحلا 13: 49 Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” QS. Luqman 31: 15 يف ا݋ݓْ۹حاصݔ ا݋ݓْعطت الف مْلع هب كل سْيل ام يب ݀رْشت ْ݌أ ݗلع ݀اܑهاج ْ݌إݔ انأ ْنم لي۹س ْع۹ڰتاݔ افݔرْعم ايْنڱܑلا ݌ول݋ْعت ْمتْنك ا݋ب ْم݃۳ڲ۹نأف ْم݃عجْرم ڰيلإ ڰمث ڰيلإ ۶ ݇ا݆قل 15: 31 Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” QS. Mumtahanah 60: 8 ڰلا نع هڰللا مكاݓْني ال ْ݌أ ْمكܔايد ْنم ْمكوجرْ܏ي ْملݔ نيڲܑلا يف ْمكولتاقي ْمل نيذ نيطسْق݋ْلا ڱبحي هڰللا ڰ݌إ ْمݓْيلإ اوطسْقتݔ ْمهݔڱر۹ت ۶݊حت݆݆لا 8: 60 Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang be rlaku adil” 36 Kedua: Bahwa Umat Islam tidak boleh mencampur adukkan aqiqah dan peribadatan agamanya dengan aqiqah dan peribadatan agama lain berdasarkan: QS. Al-Kafirun 109:1-6 ݌ݔرفاْ݃لا اݓڱيأ اي ْلق ݌ݔܑ۹ْعت ام ܑ۹ْعأ ال انأ الݔܑ۹ْعأ ام ݌ݔܑباع ْمتْنأ الݔ ْمتْܑ۹ع ام ܑباع ܑ۹ْعأ ام ݌ݔܑباع ْمتْنأ الݔ نيد يلݔ ْم݃نيد ْم݃ل ٦ ݇ݏرفاܾلا 1-9: 109 Artinya: “Katakanlah hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.” QS.al-Baqarah 2: 42 ݌و݋لْعت ْمتْنأݔ ڰقحْلا او݋تْ݃تݔ لطا۹ْلاب ڰقحْلا اوس۹ْلت الݔ ۵رق۴لا 42 : 2 Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahuinya”. Ketiga: Bahwa Umat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas: QS. Maryam [19]: 30-32 اًي۹ن ينلعجݔ ۶اتْ݃لا يناتآ هڰللا ْܑ۹ع يڲنإ ݄اق ٠٣ عجݔ تْنك ام نْيأ اكܔا۹م ينل اًيح تْمد ام ۺاكڰܗلاݔ ۺالڰصلاب يناصْݔأݔ ٠ اܔاڰ۹ج ينْلعْجي ْملݔ يتܑلاوب اًربݔ اًيقش ٠ ميرم 30-32 : 19 Artinya: “Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al Kitab Injil dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia 37 menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup. Dan Dia memerintahkan aku berbakti kepada ibumu Maryam dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” QS. Al-Maidah 5 : 75 هڱمأݔ لسڱرلا هلْ۹ق ْنم ْتلخ ْܑق ݄وسܔ اڰلإ ميْرم نْبا حيس݋ْلا ام ݌الكْأي اناك ۻقيڲܑص ݌و݃فْۭي ݗڰنأ ْرظْنا ڰمث ۼاي۩ْلا مݓل نڲي۹ن فْيك ْرظْنا ݈اعڰطلا ۵܌ئ݆ۤلا 75 : 5 Artinya: “Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rosul yang sesungguhnya telah lahir sebelumnya beberapa Rosul dan ibunya seorang yang sangat benar. Kedua-duanya biasa memakan makanan sebagai manusia. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka ahli Kitab tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling dari memperhatikan ayat- ayat Kami itu.” Q.S Al Baqarah 2: 285 ه۹تكݔ هت݃ئالمݔ هڰللاب نمآ ٌلك ݌ونمْۭ݋ْلاݔ هڲبܔ ْنم هْيلإ ݄ܗْنأ ا݋ب ݄وسڰرلا نمآ انْع݋س اولاقݔ هلسܔ ْنم ܑحأ نْيب ܼڲرܻن ال هلسܔݔ كْيلإݔ انڰبܔ كنارْܻغ انْعطأݔ ريص݋ْلا ۵رق۴لا 285 : 2 Artinya: “Rasul Muhammad telah beriman kepada Al-Qur’ân yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab- Nya dan Rasul-Nya. Mereka mengatakan: Kami tidak membeda- bedakan antara seseorang pun dengan yang lain dari Rasul-rasulnya dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat. Mereka berdoa Ampunilah Ya Tuhan kami dan kepada Engka ulah tempat kembali.” Keempat: Bahwa barang siapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih daripada satu, Tuhan itu mempunyai anak Isa Al Masih itu anaknya, bahwa orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas: Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar 38 mereka mengakui Isa dan Ibunya Maryam sebagai Tuhan. Isa menjawab “Tidak”: Hal itu berdasarkan atas: QS. al-Maidah 5 : 72 م امݔ ۻثالث ثلاث هڰللا ڰ݌إ اولاق نيذڰلا رܻك ْܑقل اوݓتْني ْمل ْ݌إݔ ܑحاݔ هلإ اڰلإ هلإ ْن ميلأ ۶اذع ْمݓْنم اݔرܻك نيذڰلا ڰنڰس݋يل ݌ولوقي اڰ݋ع ۵܌ئ݆ۤلا 72 : 5 Artinya: “Sesungguhnya telah kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam. Padahal Al Masih sendiri berkata: Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidak adalah bagi orang zhalim itu seorang penolong pun.” Q.S At Taubah 9 30: كلܒ هڰللا نْبا حيس݋ْلا ݖܔاصڰنلا تلاقݔ هڰللا نْبا رْيܗع دوݓيْلا تلاقݔ ْمݓلْوق ݌و݃فْۭي ݗڰنأ هڰللا مݓلتاق لْ۹ق ْنم اݔرܻك نيذڰلا ْ݄وق ݌و۳هاضي ْمݓهاوْفأب ۶بوتلا ‎‎ 30 : 9 Artinya “Orang-orang Yahudi berkata Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nasrani berkata Al Masih itu anak Allah. Demikianlah itulah ucapan dengan mulut mereka, mereka meniru ucapanperkataan orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknati Allah-lah mereka bagaimana mereka sampai berpaling.” Kelima: Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan ibunya Maryam seba gai Tuhan. Isa menjawab “tidak”: Hal itu berdasarkan atas: Q.S Al Maidah 5 :116-118 ݌ݔد ْنم نْيݓلإ يڲمأݔ ينݔذ܏ڰتا ܘاڰنلل تْلق تْنأأ ميْرم نْبا ݗسيع اي هڰللا ݄اق ْܒإݔ هتْ݋لع ْܑقف هتْلق تْنك ْ݌إ گقحب يل سْيل ام ݄وقأ ْ݌أ يل ݌و݃ي ام كناحْ۹س ݄اق هڰللا 39 ْܻن يف ام ملْعت ۶ويغْلا ݈اڰلع تْنأ كڰنإ كسْܻن يف ام ملْعأ الݔ يس ١ ْمݓل تْلق ام ْمݓيف تْمد ام اܑيݓش ْمݓْيلع تْنكݔ ْم݃ڰبܔݔ يڲبܔ هڰللا اݔܑ۹ْعا ݌أ هب ينتْرمأ ام اڰلإ قڰرلا تْنأ تْنك ينتْيڰفوت اڰ݋لف ܑيݓش ءْيش ڲلك ݗلع تْنأݔ ْمݓْيلع بي ١ ْ݌إ مي݃حْلا ܗيܗعْلا تْنأ كڰنإف ْمݓل ْرْܻغت ْ݌إݔ ݀دا۹ع ْمݓڰنإف ْمݓْبڲذعت ١ ۵܌ئ݆ۤلا 116-118 : 5 Artinya: “Dan ingatlah ketika Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia kaummu: Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah, Isa menjawab : Maha Suci Engkau Allah, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya tentu Engkau telah mengetahuinya, Engkau mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau perintahkan kepadaku mengatakannya, yaitu : sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi terhadapa mereka selama aku berada di antara mereka. Tetapi setelah Engkau wafatkan aku, Engkau sendirilah yang menjadi pengawas mereka. Engkaulah pengawas dan saksi atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan Jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” Keenam: Islam mengajarkan Bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas QS. Al-Ikhlas 112: 1-4 ܑحأ هڰللا وه ْلق ܑ݋ڰصلا هڰللا ْܑلوي ْملݔ ْܑلي ْمل ٠ ܑحأ اوܻك هل ْن݃ي ْملݔ ܛاخإا 1-4 : 112 Artinya: “Katakanlah: Dia Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun sesuatu pun yang setara dengan Dia.” 40 Ketujuh: Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas: a. Hadits Nabi dari Nu’man bin Basyir : نب ݇ا݆عڬ݊لا تع݆س ܿاق رماع ا݊ثګ܌ح ܌لاجم نع ܌يعس نب ݒيحي ا݊ثګ܌ح ܿوقي ريشب نڭيب ܿا݂حلا ګ݇إ هين܍ۥ ݒلإ هيع۴صإب أمݏۥݏ مګ݂سݏ هي݂ع هګ݂لا ݒګ݂ص هګ݂لا ܿوسر تع݆س مۥ ܓاګ݊لا نم ريثك ݓر܌ي ال ۷اݎ۴تشم ݃ارحلاݏ ܿا݂حلا نيب ګ݇إݏ نڭيب ݃ارحلاݏ ن ݇ۥ كشوي اݎعقاݏ نمݏ هضرعݏ ه݊ي܌ل ۥر۴تسا اݎكرت ن݆ف ݃ارحلا نم ݃ۥ يه ܿا݂حلا ګ݇إݏ ݒ݆ح ك݂م ڭلܾلݏ هيف عتري ݇ۥ كشوي ݒ݆ح ب݊ج ݒلإ ݒعر ن݆ف ݃ارحلا عقاوي مراحم هګ݂لا ݒ݆ح ه ܌݆حا ݋اݏر 54671 Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Said] dari [Mujalid] Telah menceritakan kepada kami [Amir] ia berkata, aku mendengar [An Numan bin Basyir] berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda-sambil ia mengisyaratkan dengan dua jari tangannya ke arah dua telinganya-: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, di antara yang halal dan yang haram ada perkara-perkara syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahui, apakah ia termasuk halal ataukah haram. Maka barangsiapa meninggalkan syubhat, berarti dia telah menjaga kehormatan dan agamanya. Dan barangsiapa terjerumus di dalamnya maka dikawatirkan ia akan terjerumus dalam perkara haram. Siapa yang mengembala di sekitar daerah terlarang, maka dikawatirkan ia akan terjerumus di dalamnya. Sesungguhnya setiap raja itu memiliki daerah terlarang, dan daerah terlarang Allah adalah hal-hal yang terlah diharamkan-Nya. HR. Ahmad No.17645. b. Kaidah Ushul Fiqih حل اص݆لا ب݂ج ݒ݂ع ݃܌ګقم ܌س اف݆لا ءرد 41 Artinya “Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahatan jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan masholihnya tidak dihasilkan.” Berdasarkan dalil dan pertimbangan fatwa tersebut MUI mengambil kesimpulan bahwa Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa AS, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas, mengikuti upacara Natal bersama bagi Umat Islam hukumnya haram serta agar Umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.

B. Fatwa Ulama Lembaga Fatwa Mesir Mesir

Kristen Koptik adalah agama yang dianut oleh sebagian penduduk Mesir dari sebelum Islam datang sampai hari ini. Saat ini Kristen Koptik adalah agama kedua setelah Islam. Umatnya pada saat Natal datang, menyambutnya dengan sukaria dan sukacita. Spanduk yang berisi “Id al-Milâd al-Majîd” Selamat Hari Natal terpajang di mana-mana. Suasana Natal semakin meriah bersamaan dengan suasana menyambut tahun baru, dengan spanduk “Sanah Hilwah”, bunyi terompet melengking di seantero Kairo, dan baju merah putih Santa Claus. 4 Suasana Natal di Mesir dalam nuansa penuh khidmat dan meriah. Umat Koptik menyambutnya dengan sukacita dan mempersiapkan segala sesuatu, seperti membeli Paphirus, sejenis lontar klasik, yang bergambar lukisan simbol- simbol kebesaran agama yaitu lukisan Isa, Bunda Mariya dan simbol Salib, yang banyak dijual di toko-toko aksesoris di Pasar Husein yang terletak di sebelah 4 Nahdi Saleh, Bibel dalam Timbangan, Jakarta: Arista Brahmatysa, 1994, h.55. 42 Masjid dan gedung Universitas Al-Azhar Kairo. 5 Paphirus tersebut untuk dipajang di dinding-dinding rumah mereka. Atau mereka berbelanja Kristal yang berbentuk patung Isa atau Bunda Maryam atau Salib di toko Asfour, sebuah pusat tokoh kristal terbesar kedua di dunia. Anak-anak muda-mudinya membeli kartu ucapan selamat untuk dikirimkan kepada teman-temannya atau saudaranya yang jauh. 6 Umat Koptik secara umum, baik tua maupun muda, pada saat Natal mengenakan pakaian baru atau bagus, menyediakan kue-kue dan makanan yang istimewa untuk para tamunya. Sedangkan Grand Syaikh Al-Azhar saat ini, Syaikh Prof. Dr. Ahmad Thayyib menegaskan bahwa barang siapa yang mengharamkan mengucapkan dan ikut berbahagia dalam acara Natal umat Kristiani maka orang itu sejatinya tidak paham Islam dengan baik. Sebab menurutnya al- Qur’an sendiri telah menganjurkan agar terjalin tali kasih sayang dan cinta antara umat Muslim dan Non-Muslim. Hanya Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi, seorang ulama Ikhwânul Muslim, yang saat ini mengharamkan umat Islam mengucapkan dan merayakan Natal. Akan tetapi, pendapat tersebut menuai komentar dari sebagian besar cendikiawan. 7 Seperti komentar dari Syaikh Shabri, seorang wakil Menteri Wakaf Mesir, menyatakan bahwa Yusuf Qardhawi sudah sepuh dan dimakan usia sehingga pendapatnya dulu dan sekarang banyak yang inkonsisten. Tapi kalau dilihat dalam buku-bukunya yang terbit pada tahun 2009-an, Yusuf Qardhawi membolehkan 5 W.Herbert Amstrong dan Masyhud, Misteri Natal Sebuah Kritik dari Tokoh Kristen Internasional, Surabaya: Pustaka Dai, 1994, h.29. 6 Joesoef Souyb, Isa Al Masih Sudah Mati, Kajian Kritis Sekitar Nabi ha as. Berdasarkan Dalil Naqli, Aqli. dan Historis, Jakarta: Al Husna Zikra, 1997, h.34. 7 Zaini Dahlan, Perbandingan Agama, h.54. 43 umat Muslim mengucapkan “Selamat Natal” kepada umat Koptik dan mengucapkan selamat kepada penduduk Mesir yang non-Muslim lainnya atas hari-hari raya mereka yang lain. 8 Dari kalangan ulama Islam, para ulama Al-Azhar sudah biasa mengisi ceramah atau khutbah di gereja-gereja Kristen Koptik, seperti yang biasa dilakukan Syaikh Thanthawi Grand Syekh Mesir dulu. 9 Dan pada saat hari Natal, Grand Syaikh Mesir dan para ulama Al- Azhar menyampaikan “Selamat Natal” dalam sebuah jumpa pers dan disampaikan secara resmi. Bukan hanya para ulama muslim saja yang menyampaikan ucapan “Selamat Natal”, pada saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, para Baba Koptik juga menyampaikan ucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha” Model Fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir berbeda dengan model fatwa yang dikeluarkan dengan MUI, karena fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir merupakan fatwa yang dikeluarkan oleh seorang Mufti atas pertanyaan dari seorang Mustafti Peminta Fatwa terkait dengan Perayaan Natal yang fatwa tersebut dikeluarkan oleh Syekh Ali Jumah sebagai pimpinan Lembaga Fatwa Mesir, adapun fatwa fatwa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fatwa Membawa Hadiah kepada Non-Muslim di Hari Raya Natal Ulama Lembaga Fatwa Mesir berargumentasi bahwa membawa hadiah