Analisis Isi Fatwa ANALISA PERBANDINGAN FATWA

58 Numan bin Basyir] berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda-sambil ia mengisyaratkan dengan dua jari tangannya ke arah dua telinganya-: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, di antara yang halal dan yang haram ada perkara-perkara syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahui, apakah ia termasuk halal ataukah haram. Maka barangsiapa meninggalkan syubhat, berarti dia telah menjaga kehormatan dan agamanya. Dan barangsiapa terjerumus di dalamnya maka dikawatirkan ia akan terjerumus dalam perkara haram. Siapa yang mengembala di sekitar daerah terlarang, maka dikawatirkan ia akan terjerumus di dalamnya. Sesungguhnya setiap raja itu memiliki daerah terlarang, dan daerah terlarang Allah adalah hal-hal yang terlah diharamkan-Nya. HR. Ahmad No.17645. Dalam fatwanya, MUI juga melihat bahwa perayaan Natal Bersama disalahartikan oleh sebagian umat Islam dan “disangka sama dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw”. Karena salah pengertian itu, ada sebagian umat Islam ikut dalam perayaan Natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal. Padahal, , perayaan Natal bagi umat Kristen adalah ibadah. Bahkan perayaan tersebut merupakan ajaran yang bathil dalam meyakini bahwa Nabi Isa adalah sebagai tuhan yang dalam hal ini MUI berdalil: 4 QS. Maryam [19]: 30-32 اًي۹ن ينلعجݔ ۶اتْ݃لا يناتآ هڰللا ْܑ۹ع يڲنإ ݄اق ٠٣ ܔا۹م ينلعجݔ تْنك ام نْيأ اك اًيح تْمد ام ۺاكڰܗلاݔ ۺالڰصلاب يناصْݔأݔ ٠ اܔاڰ۹ج ينْلعْجي ْملݔ يتܑلاوب اًربݔ اًيقش ٠ ميرم 30-32 : 19 Artinya: “Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al Kitab Injil dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup. Dan Dia memerintahkan aku berbakti kepada 4 W.Herbert Amstrong dan Masyhud, Misteri Natal Sebuah Kritik dari Tokoh Kristen Internasional, Surabaya: Pustaka Dai, 1994, h.29. 59 ibumu Maryam dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” QS. Al-Maidah 5 : 75 هڱمأݔ لسڱرلا هلْ۹ق ْنم ْتلخ ْܑق ݄وسܔ اڰلإ ميْرم نْبا حيس݋ْلا ام ݌الكْأي اناك ۻقيڲܑص ݌و݃فْۭي ݗڰنأ ْرظْنا ڰمث ۼاي۩ْلا مݓل نڲي۹ن فْيك ْرظْنا ݈اعڰطلا ۵܌ئ݆ۤلا 75 : 5 Artinya: “Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rosul yang sesungguhnya telah lahir sebelumnya beberapa Rosul dan ibunya seorang yang sangat benar. Kedua-duanya biasa memakan makanan sebagai manusia. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka ahli Kitab tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling dari memperhatikan ayat- ayat Kami itu.” Q.S Al Baqarah 2: 285 ه۹تكݔ هت݃ئالمݔ هڰللاب نمآ ٌلك ݌ونمْۭ݋ْلاݔ هڲبܔ ْنم هْيلإ ݄ܗْنأ ا݋ب ݄وسڰرلا نمآ انْعطأݔ انْع݋س اولاقݔ هلسܔ ْنم ܑحأ نْيب ܼڲرܻن ال هلسܔݔ كْيلإݔ انڰبܔ كنارْܻغ ريص݋ْلا ۵رق۴لا 285 : 2 Artinya: “Rasul Muhammad telah beriman kepada Al-Qur’ân yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab- Nya dan Rasul-Nya. Mereka mengatakan: Kami tidak membeda- bedakan antara seseorang pun dengan yang lain dari Rasul-rasulnya dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat. Mereka berdoa Ampunilah Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” Ayat di atas merupakan petunjuk bahwa ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas: 5 2. Fatwa Ulama Lembaga Fatwa Mesir 5 Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al- Qur’an, Bandung: PT.Alma’arif, 1996, h. 46. 60 Fatwa yang dikeluarkan oleh Ulama Lembaga Fatwa Mesir berbeda dengan model fatwa yang dikeluarkan dengan MUI, karena fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir merupakan fatwa yang dikeluarkan oleh seorang mufti atas pertanyaan dari seorang Mustafti Peminta Fatwa terkait dengan Perayaan Natal. 6 Sehingga tentunya model fatwa juga dilatar belakangi oleh situasi individual seorang muslim. Dimana hampir semua pertanyaan masyarakat muslim yang diajukan terkait dengan perayaan natal diperbolehkan oleh Ulama Lembaga Fatwa Mesir. Dimana salah satu dalil yang digunakan oleh Lembaga Fatwa Mesir adalah: Q.S Al-Baqarah 2: 83: ݗبْرقْلا ݘܒݔ اناسْحإ نْيܑلاوْلابݔ هڰللا اڰلإ ݌ݔܑ۹ْعت ال ليئارْسإ ينب ܼاثيم انْذخأ ْܒإݔ ݗماتيْلاݔ ْمتْيڰلوت ڰمث ۺاكڰܗلا اوتآݔ ۺالڰصلا او݋يقأݔ انْسح ܘاڰنلل اولوقݔ نيكاس݋ْلاݔ ݌وضرْعم ْمتْنأݔ ْمْ݃نم اليلق اڰلإ ۵رق۴لا 83 : 2 Artinnya :”Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling” Ayat di atas dalam Tafsîr Ibnu Katsîr pada hakikatnya menjelaskan bahwa perbuatan baik yang dialakukan oleh seorang Muslim juga harus dilakukan kepada Non-Muslim dengan tanpa mencampuradukan urusan akidah, karena ikut 6 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam , Jakarta: Ichtiar Baru 2006, h.65 61 serta dalam perayaan Natal bukan serta merta menggabungkan antara akidah Agama Islam dengan akidah agama lainnya, dimana hal tersebut merupakan bagian dari ajaran Agama Islam untuk berlaku adil dan baik kepada sesama. 7 Argument tafsir tersebut juga sama digunakan terhadap dalil yang digunakan Lembaga Fatwa Mesir yaitu: Allah juga memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, dengan firmanNYA: Q.S An-Nahl 16: 90 : هڰللا ڰ݌إ رْ݃ن݋ْلاݔ ءاشْحْܻلا نع ݗݓْنيݔ ݗبْرقْلا ݘܒ ءاتيإݔ ݌اسْحإْلاݔ ْܑ݄عْلاب رمْأي ݌ݔرڰكذت ْم݃ڰلعل ْم݃ظعي يْغ۹ْلاݔ لح݊لا 90 : 16 Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” Allah tidak melarang kita untuk menjaga hubungan baik dengan non- Muslim, bertukar hadiah atau atau perbuatan-perbuatan baik lainya. 8 Allah SWT berfirman: QS. Mumtahanah 60: 8: ْ݌أ ْمكܔايد ْنم ْمكوجرْ܏ي ْملݔ نيڲܑلا يف ْمكولتاقي ْمل نيذڰلا نع هڰللا مكاݓْني ال هڰللا ڰ݌إ ْمݓْيلإ اوطسْقتݔ ْمهݔڱر۹ت نيطسْق݋ْلا ڱبحي ۶݊حت݆݆لا 8: 60 Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan 7 Isma’il bin Umar bin Katsîr ad-Dimsyâqi Abu Fida, Tafsîr Ibnu Katsîr, Beirut Lebanon: Dar al-Fikr, 1401 H,Jilid IV, h. 341 8 Isma’il bin Umar bin Katsîr ad-Dimsyâqi Abu Fida, Tafsîr Ibnu Katsîr, h. 245 62 tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-oran g yang berlaku adil” 3. Fatwa Ulama Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi Keberadaan Arab Saudi sebagai Negara Agama Islam tentu sangat mempengaruhi eksistensi keberagaman agama di negara tersebut, tak terkecuali terhadap perayaan hari raya agama selain Agama Islam. 9 Natal misalnya, di Arab Saudi perayaan Natal tidak hanya dilarang bagi pemeluk Agama Islam, namun juga perayaan Natal diluar rumah bagi pemeluk agama Kristiani juga menjadi suatu hal yang dilarang di Negara yang dijuluki Tanah Haram tersebut. Latar belakang Arab Saudi sebagai Negara Islam menjadi salah satu pemicu mengapa ulama di Arab Saudi mengharamkan perayaan Natal, namun demikian ada beberapa hal lain yang melatar belakangi pengharaman perayaan Natal melalui fatwa Ulama Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi yang ternyata tidak hanya mengharamkan bagi Muslim untuk merayakan Natal namun juga fatwa lembaga tersebut melarang umat Muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani dengan alasan bahwa mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan dengan dalil: QS. Az Zumar 39: 7: الݔ ْم݃ل هضْري اݔرْ݃شت ْ݌إݔ رْْܻ݃لا ݐدا۹عل ݗضْري الݔ ْمْ݃نع ٌينغ هڰللا ڰ݌إف اݔرْܻ݃ت ْ݌إ ܔܗت ْܖݔ ۺܔܖاݔ ܔݔܑڱصلا ۼاذب ميلع هڰنإ ݌ول݋ْعت ْمتْنك ا݋ب ْم݃۳ڲ۹نيف ْم݃عجْرم ْم݃ڲبܔ ݗلإ ڰمث ݖرْخأ ܔ رمܒلا 7: 39 9 Ajid Thohir, Perkembangan Islam di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,; 2002, Cet I, h.77 63 Artinya: “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan iman mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam dada mu” Dalam Tafsîr Ibnu Katsîr ayat tersbut menggambarkan, ketika mengucapkan selamat kepada ajaran kafir berarti seseorang itu setuju dan ridho dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat. 10 Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya karena Allah Ta’ala sendiri tidaklah meridhoi hal tersebut. 11 Allah Ta’ala juga berfirman: QS. Al Maidah 5: 3 ۻقن܏ْن݋ْلاݔ هب هڰللا رْيغل ڰلهأ امݔ ريܗْن܏ْلا مْحلݔ ݈ڰܑلاݔ ۻتْي݋ْلا مْ݃يلع ْتمڲرح ڰلإ ع۹ڰسلا لكأ امݔ ۻحيطڰنلاݔ ۻيڲدرت݋ْلاݔ ۺܒوقْو݋ْلاݔ بصڱنلا ݗلع حبܒ امݔ ْمتْيڰكܒ ام ا الف ْم݃نيد ْنم اݔرܻك نيذڰلا س۳ي ْ݈ويْلا قْسف ْم݃لܒ ݈الْܖأْلاب او݋سْقتْست ْ݌أݔ ݔ يت݋ْعن ْمْ݃يلع تْ݋݋ْتأݔ ْم݃نيد ْم݃ل تْل݋ْكأ ْ݈ويْلا ݌ْوشْخاݔ ْمهْوشْ܏ت م݃ل تيضܔ ميحܔ ܔوܻغ هڰللا ڰ݌إف مْثإل فناجتم رْيغ ۻص݋ْ܏م يف ڰرطْضا ن݋ف انيد ݈الْسإْلا ۵܌ئ݆ۤلا 3: 5 Artinya: “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, 10 Isma’il bin Umar bin Katsîr ad-Dimsyâqi Abu Fida, Tafsîr Ibnu Katsîr, h.91 11 Isma’il bin Umar bin Katsîr ad-Dimsyâqi Abu Fida, Tafsîr Ibnu Katsîr, h.106 64 kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. Dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah, mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS. Al Maidah 5: 2: ܑئالقْلا الݔ ݘْܑݓْلا الݔ ݈ارحْلا رْݓڰشلا الݔ هڰللا رئاعش اوڱلحت ال اونمآ نيذڰلا اݓڱيأ اي ف ݌وغتْ۹ي ݈ارحْلا تْي۹ْلا نيڲمآ الݔ اݔداطْصاف ْمتْللح اܒإݔ اناوْضܔݔ ْمݓڲبܔ ْنم الْض ݗلع اونݔاعتݔ اݔܑتْعت ْ݌أ ݈ارحْلا ܑجْس݋ْلا نع ْمكݔڱܑص ْ݌أ ْ݈وق ݌۩نش ْم݃ڰنمرْجي الݔ ݔ ݌اݔْܑعْلاݔ مْثإْلا ݗلع اونݔاعت الݔ ݖوْقڰتلاݔ ڲر۹ْلا ۶اقعْلا ܑيܑش هڰللا ڰ݌إ هڰللا اوقڰتا ۵܌ئ݆ۤلا 2 : 5 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar- syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan binatang- binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian mu kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya” Dalam Tafsîr ath-Thabari berdasarkan kedua ayat di atas tidak boleh umat Muslim bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka karena hari raya merupakan bagian dari peribadatan. Hal ini diharamkan 65 karena juga dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak. 12 Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa. 13

B. Analisis Perbandingan Fatwa

1. Persamaan a. Dalam Hal Merujuk Dalil Diantara ketiga fatwa yang menjadi objek kajian terdapat beberapa persamaan dalam mendasarkan dalil, adapaun persamaan merujuk dalil tersebut seperti: a Ajaran untuk berkerjasama dalam urusan keduniaan antara sesama manusia seperti dalam QS. Mumtahanah 60: 8: ْ݌أ ْمكܔايد ْنم ْمكوجرْ܏ي ْملݔ نيڲܑلا يف ْمكولتاقي ْمل نيذڰلا نع هڰللا مكاݓْني ال نيطسْق݋ْلا ڱبحي هڰللا ڰ݌إ ْمݓْيلإ اوطسْقتݔ ْمهݔڱر۹ت ۶݊حت݆݆لا 8: 60 Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berlaku adil” Ayat di atas dalam Tafsîr ath-Thabari Allah tidak melarang untuk menjaga hubungan baik dengan non-Muslim, saling berkerjasama atau perbuatan- perbuatan baik lainnya. 14 Dimana ummat Islam juga diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan. Namun demikian ada perbedaan pendefinisian perayaan Natal Antara Lembaga Fatwa Mesir yang mengartikan 12 Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Khâlid ath- Thabari Abu Ja’far, Tafsîr ath-Thabari, Beirut Lebanon: Dar al-Fikr, 1405 H, Jilid 10, h. 86 13 Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Khâlid ath- Thabari Abu Ja’far, Tafsîr ath-Thabari, h.77. 14 Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Khâlid ath- Thabari Abu Ja’far, Tafsîr ath-Thabari, h.106. 66 perayaan Natal sebagai urusan keduniaan namun MUI mengkatagorikanya sebagai bagian dari peribadatan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang Muslim. b Q.S Luqman 31: 15: يف ا݋ݓْ۹حاصݔ ا݋ݓْعطت الف مْلع هب كل سْيل ام يب ݀رْشت ْ݌أ ݗلع ݀اܑهاج ْ݌إݔ ڰمث ڰيلإ ۶انأ ْنم لي۹س ْع۹ڰتاݔ افݔرْعم ايْنڱܑلا ݌ول݋ْعت ْمتْنك ا݋ب ْم݃۳ڲ۹نأف ْم݃عجْرم ڰيلإ ݇ا݆قل 115: 31 Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” Ayat di atas merupakan dalil yang digunakan dalam Fatwa MUI dan Lembaga Fatwa Mesir oleh karena Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah memerintahkan kepada ummat Islam untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, bahkan disaat mereka berusaha untuk mengarahkan kita untuk masuk kepada agama yang mereka yakini dengan tetap memberikan perlakuan baik kepadanya maka kita tunjukan rasa hormat kita atas agama yang kita pilih dengan lebih berbuat baik dari mereka untuk memberikan gambaran yang sesunnguhnya kepada mereka bahwa Islam adalah agama yang sempurna tanpa merusak dan mengganti keyakinan sebagai Umat Islam. 15 Selain kedua ayat di atas ketiga lembaga fatwa Majlis Ulama Indonesia, Lembaga Fatwa Mesir dan Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi memiliki perbedaan dan pandangan dalam hal mengutip dalil baik dalil Al- Qur’an dan Al-Hadist. b. Dalam Hal Metode Istinbath Hukum 15 Rachmat Syafe’i, Al-Hadist Akidah, Akhlak, Sosial dah hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2003, h.97 67 Jika kita cermati fatwa Ulama Majlis Ulama Indonesia, Lembaga Fatwa Mesir dan Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi ada beberapa persamaan dalam hal Istinbath Hukum: 1. Kesamaan dalam menggunakan dilalah ‘Am dalam surat surat Mumtahanah ayat 8 dimana ayat tersebut menjadi dalil dalam melakukan perbuatan baik kepada sesama tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama dan golongan. 16 2. Kesamaan dalam menyepakati dilalah Nahyi dalam surat Luqman ayat 15 dimana ayat tersebut kedua lembaga fatwa yakni Majlis Ulama Indonesia dan Lembaga Fatwa Mesir sepakat bahwa ummat Islam dilarang untuk mengikuti seseorang yang mengajaknya kepada kemusyrikan dan kekufuran. 17 Meskipun kedua lembaga fatwa tersebut berbeda dalam mendefinisikan perayaan Natal, dimana MUI mengartikan perayaan Natal adalah bahwa perayaan Natal adalah sebagai langkah awal ajakan kepada kemusyrikan sedangkan Ulama Lembaga Fatwa Mesir mendalilkan bahwa perayaan Natal bagian dari ajakan atau dakwah kepada Islam dengan menunjukan prilaku baik kepada umat Kristiani. c. Dalam Hal Penemuan ‘Illat Hukum ‘Illat merupakan salah satu dari rukun qiyas, sedangkan ta’lil adalah sebuah penalaran yang menggunakan ‘illat tersebut sebagai ‘illat utamanya. 18 Hampir seluruh ulama menerima dan mengamalkan ‘illat dalam tujuan menggali dan menetapkan hukum khususnya dalam pengambilan hukum dalam fatwa, setidaknya terdapat satu kaidah untuk menggambarkan persamaan ‘Illat Hukum yang digali ketiga fatwa yang menjadi objek kajian ini yaitu: ܌ع ݏ ادوجݏ هت݂ع عم رݏ܌ي مܾحلا م ا Artinya:“Berlaku tidaknya hukum tergantung dari ada atau tidaknya illat sebab 16 Djazuli, H.A. dan Nurol Aen, Ushul Fiqh; Metodologi Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, h.89. 17 Djazuli, H.A. dan Nurol Aen, Ushul Fiqh; Metodologi Hukum Islam, h.97. 18 Al-Zuhaily, al-Washith fi Ushul al-Fiqh al-Islamy, Damaskus : Dar al-Kitab, 1978, h. 207