menggunakan standar penelitian yang sangat tinggi. Data yang dikumpulkan berasal dari berbagai belahan dunia dan dari berbagai bahasa
dunia sehingga faktor pendorong utamanya ini merupakan prediktor kuat dan stabil untuk mengukur trust diseluruh budaya, bahasa, industri dan
berbagai tipe organisasi. Proyek-proyek penelitian lain dan perusahaan-perusahaan yang
menggunakan model organizational trust ini menyimpulkan bahwa model ini dapat memenuhi tantangan dunia luar untuk mengukur bagaimana
tingkat trust. Evaluasi positif yang dihasilkan dari masing-masing dimensi trust menunjukkan bahwa organisasi memiliki skor trust yang tinggi,
begitu juga sebaliknya Zalabak-Shockley, dkk, 2010.
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Trust
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa trust terhadap pemerintah dan parlemen didasarkan pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
adalah sosial demografis dan pengalaman yang dialami langsung Bouckaert Van de Walle, dalam Christensen Lægreid 2002a, 2003;
Newton Norris dalam Knesset, 2006; Miller Listhaug, Mishler Rose, Price Romantan dalam Newburg, 2011.
1. Sosial Demografis
Teori micro-level cultural menyatakan bahwa pengalaman sosial berbeda menghasilkan tingkat perbedaan trust Mishler Rose dalam Job,
Universitas Sumatera Utara
2005. Faktor sosial demografis seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan latar belakang etnis berasosiasi dengan trust Newburg,
2011; Christensen Lægreid, 2002a. Christensen and Lægreid dalam penelitiannya mengatakan bahwa
pertama, usia mempunyai pengaruh terhadap trust kepada institusi pemerintahan, yaitu orang yang berumur lebih tua memiliki trust yang
lebih tinggi daripada yang berumur lebih muda. Kedua, jenis kelamin, dalam penelitiannya Christensen and Lægreid 2002a mengatakan bahwa
perempuan lebih cenderung trust kepada pemerintahan karena perempuan lebih mendukung sektor publik dibandingkan dengan laki-laki.
Ketiga adalah tingkat pendidikan. Hal ini berkaitan dengan faktor kognitif yang berarti seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan
mengetahui dan memahami lebih banyak mengenai sistem pemerintahan yang seharusnya membuat individu lebih trust. Namun, pendapat lain
mengatakan bahwa memiliki pengetahuan yang tinggi malah akan membawa kepada pemikiran yang lebih kritis terhadap pemerintahan atau
sikap normatif menjadi lebih penting daripada aspek kognitif yang dihasilkan oleh pendidikan yang lebih tinggi. Keempat adalah latar
belakang etnis. Peran etnis dalam mempengaruhi trust belum terlalu jelas. Namun, Newburg 2011 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa etnis
minoritas akan trust terhadap parlemen daripada etnis mayoritas.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengalaman Langsung
Menghubungkan pengalaman langsung seseorang terhadap unit administratif spesifik, seperti yang ditunjukkan dalam literatur kepuasan
pelayanan dan trust Kumlin 2002, Rothstein Steinmo dalam Christensen Lægreid, 2003. Ketika pengalaman langsung individu
sebagian besar baik, mereka cenderung untuk trust.
4. Dampak Distrust