Terjadinya pengelompokan ini ketika jumlah Sub Etnis Batak Toba sudah bertambah banyak. Dalam perkembangan jumlah Etnis Batak Toba dari tahun 1963 – 1990 cara
bersosialisasi dalam fasafah yaitu Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul akan bergeser mecari teman menjadi keluarga dalam satu suku dan satu marga dengan tujuan
memperoleh hubungan persaudaraan sehingga marga yang diperoleh secara turun temurun menjadi identitasnya dalam perantauan
34
Marga sebagai identitas menjadi faktor awal perkenalan, dalam perkenalan dengan orang yang dijumpai akan menyebut marganya. Dengan cara ini orang secara langsung akan mengenal
bahwa dia adalah Sub Etnis Batak Toba. Ketika jumpa sesame Sub Etnis Batak Toba, mereka cenderung martarombo mencari asal usul. Dengan kebiasaan memperkenalkan diri dengan
mengikutkan menyebut marga akan membuka komunikasi sesama Etnis Batak Toba dan merangkul satu dalam satu keluarga.
.
Bersosialisasi yang dibawakan Sub Etnis Batak khusus Batak Toba berbeda dengan sosialisasi yang dibawah oleh Etnis Jawa. Etnis Jawa dalam bersosialisasi dengan cara
pendekatan agama, satu suku tanpa adanya marga untuk mempererat hubungan persaudaraan seperti Sub Etnis Batak Toba yang mempunya marga sebagai identitasnya dalam perantauan.
3.2.4 BIDANG BUDAYA
34
Bungaran Antonius Simanjuntak, Struktur sosial dan sistem politik Batak Toba hingga 1945: suatu pendekatan sejarah, antropologi budaya dan politik. 2006. Hal 91
Universitas Sumatera Utara
Budaya yang dimiliki oleh setiap suku pasti berbeda. Perbedaan budaya yang dimiliki oleh setiap etnis merupakan kearifan lokal lokal genius
35
Sub Etnis Batak Toba, Simalungun, dan Mandailing tergolong dalam satu Etnis yaitu Batak. Pengabungan satu etnis ini didasari oleh adanya persamaan yaitu marga dan kemiripan
tulisan akasara. Akan tetapi dari daerah masing – masing etnis berbeda tradisi, hal merupakan pengaruh letak geografis yang melingkupi wilayah sebagai pemukiman dan menjadi daerah asal.
Pada Sub Etnis Jawa budaya yang dibawa ke Desa Bah Jambi sangat jelas berbeda, budaya yang dipakai pada acara adat istiadat sesuai dengan budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya.
Adapun tradisi yang berbeda dalam ketiga etnis ini adalah yang diciptakan oleh nenek moyang
suku masing – masing. Budaya ini diwariskan secara turun temurun dengan cara lisan. Perbedaan ini dapat kita lihat dari segi bahasa.
1. Bahasa
Etnis yang ada di PT. Perkebunan VII Persero Desa Bah Jambi mempunyai bahasa daerah yang berbeda sesuai dengan budaya yang diwarisi dari nenek moyangnya. Sub Etnis
Batak Toba, Mandailing, dan Simalungun pada awalnya merupakan satu etnis satu rumpun yang berasal dari daerah Sianjur Mula – mula
36
35
Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog
membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini. Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitaskepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu
menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri Ayatrohedi.
Kepribadian budaya bangsa local genius. Pustaka jaya. 1986. Hal 18-19
. Dengan perkembangan jumlah penduduk maka terjadi migrasi yaitu daerah Tapanuli Selatan dan Simalungun. Daerah pemukiman yang dituju
36
Sianjur Mula – mula merupakan tempat asal pusat buday central cultural yang berada di Kabupaten Samosir yang lebih tepat di daerah kaki Gunung Pusuk Buhit.
Universitas Sumatera Utara
oleh imigran Batak berbatasan dengan wilayah etnis lain yaitu daerah pesisir, dan simalungun berbatasan dengan Tanah Melayu dan Tanah Karo.
Dari letak geografis, pemukiman yang dihuni oleh Etnis Batak sangat mempengaruhi budaya yang dibawahnya, akibatnya adalah terjadinya pergeseran budaya dari daerah asal dan
percampuran budaya Etnis Batak dengan etnis lainnya. Pergeseran ini dapat kita lihat dari segi bahasa, dimana bahasa yang pada awalnya sama dengan bahasa didaerah Tanah Batak akan
tetapi terjadi pergeseran sehingga menimbulkan perbedaan yaitu intonasi, dialek, dan sebagian bahasa daerah sudah bercampur dengan bahasa yang dekat dengan wilayah yang didiami.
Pada Etnis Jawa, bahasa daerah cukup jelas berbeda dengan Etnis Batak hal ini karena perbedaan ras. Etnis Jawa berasal dari Pulau Jawa yang bermigrasi pada masa kolonial Belanda
untuk dijadika pekerja kebun. 2.
Alat Musik Tradisional Alat musik tradisional pada Sub Etnis Batak Toba, Mandailing, Dan Simalungun
mempunyai perbedaan walapun bahan pembuatan sama. Contohnya adalah gendang, pada Etnis Batak Toba gendang dinamai dengan gondang yang terdiri dari tujuh, pada Etnis Mandailing
gendang disebut gondang sembilan yang terdiri dari sembilan buah gendang, dan pada Etnis Simalungun gendang disebut Gonrang Sidua-dua, merupakan gendang yang badannya terbuat
dari kayu ampirawas dan kulitnya dari kulit kancil atau kulit kambing. Gonrang Sidua-dua terdiri dari dua gendang. Gonrang sipitu-pituGonrang bolon, merupakan gendang yang badannya
terbuat dari kayu dan kulitnya terbuat dari kulit lembu, kambing, dan kulit kancil. Pada bagian atas terdapat kulit dan pada bagian bawah ditutupi kayu. Gendangnya terdiri dari tujuh buah
gendang .
Universitas Sumatera Utara
3. Tarian
Bentuk tarian pada Sub Etnis Batak Toba, Simalungun, dan Mandailing sangat berbeda. Perbedaan tarian pada ketiga etnis ini disesuaikan dengan alunan musik yang mengiringi pada
acara tarian dilakukan. 4.
Bentuk prosesi dalam upacara adat istiadat contoh perkawinan dan acara kematian. Berbaurnya ketiga etnis ini di daerah Bah Jambi, menjadi salah satu wadah untuk
menciptakan kerukunan dalam bernegara. Selain menciptakan kerukunan juga saling mengenal budaya yang dibawah dari daerah masing – masing.
Etnis Jawa yang ada di Desa Bah Jambi yang budayanya sangatlah berbeda. Dimana Etnis Jawa tidak ada Marga, sehingga generasi berikutnya dalam mencari silsilah keluarga
sangatlah sulit.
3.3 NILAI - NILAI BUDAYA SUB ETNIS BATAK TOBA.