NILAI - NILAI BUDAYA SUB ETNIS BATAK TOBA.

3. Tarian Bentuk tarian pada Sub Etnis Batak Toba, Simalungun, dan Mandailing sangat berbeda. Perbedaan tarian pada ketiga etnis ini disesuaikan dengan alunan musik yang mengiringi pada acara tarian dilakukan. 4. Bentuk prosesi dalam upacara adat istiadat contoh perkawinan dan acara kematian. Berbaurnya ketiga etnis ini di daerah Bah Jambi, menjadi salah satu wadah untuk menciptakan kerukunan dalam bernegara. Selain menciptakan kerukunan juga saling mengenal budaya yang dibawah dari daerah masing – masing. Etnis Jawa yang ada di Desa Bah Jambi yang budayanya sangatlah berbeda. Dimana Etnis Jawa tidak ada Marga, sehingga generasi berikutnya dalam mencari silsilah keluarga sangatlah sulit.

3.3 NILAI - NILAI BUDAYA SUB ETNIS BATAK TOBA.

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan believe, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu : 1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata jelas Universitas Sumatera Utara 2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut 3. Kepercayaan yang tertanam believe system yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku tidak terlihat. Nilai – nilai budaya Batak Toba yang diwariskan secara lisan antara lain: 1. Tulisan Aksara Batak Tulisan Aksara Batak merupakan karya cipta nenek moyang Sub Etnis Batak Toba. Tulisan ini banyak ditemukan di batu sarcofagus, hiasan rumah bolon rumah batak, dan buku laklak buku yang dituliskan dikulit kayu dan bambu yang banyak berisi tentang mantra – mantra. 2. Bahasa Batak Toba Bahasa Batak merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam percakapan maupun acara adat istiadat. 3. Bangunan rumah RumaJabu rumah pada suku Batak Toba berbeda-beda nama dan penyebutannya. Rumah juga dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan Bentuknya. Ruma dapat di bagi menjadi 3 bagian, yaitu : a. Ruma Gorga Jabu Batara Guru. b. Ruma Tanpa Gorga Jabu Batara Siang. c. Ruma Berukuran Kecil dan sederhana Sibaba Ni Amporikmasyarakat tidak mampu. 2. Berdasarkan Besarkecilnya. a. Ruma Besar Ruma Bolon. b. Ruma Kecil Jabu Parbale-balean. Universitas Sumatera Utara c. Ruma Adat Jabu Sibaganding Tua, Jabu Batara Guru, Jabu Sari Munggu : Ruma Gorga yang penuh ukiran dan makna. 3. Ruma yang tidak sesuai dengan adat dan norma a. Jabu Ereng : Rumah tak berukiran. b. Jabu Bontean : dindingnya dari tepas. c. Ruma Sekeluarga “Ruma Parsantiang”. 4. Ulos Ulos selalu dikaitkan dengan angka, warna, struktur sosial, religius yakni tiga, lima, hitam dan putih, atas tengah dan bawah dan segi tiga, garis tiga, manunggal dan lain sebagainya. Setiap ulos mempunyai pola dasar tertentu dan berdasarkan itulah namanya disebutkan, sesuai rencana pemula dari yang mengerjakan. Ulos dipergunakan pada waktu upacara, kepercayaan dan adat istiadat serta belakangan ini bernilai ekonomis sebagai mata pencaharian. Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang dan persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong”, yang artinya kira-kira “Jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama.” Ulos mempunyai banyak jenis sesuai dengan fungsi dan maknanya. Ulos Antak-Antak. ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang di lilit pada waktu acara manortor menari. Ulos Bintang Maratur, ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba yakni: Diberikan kepada anak yang memasuki rumah baru. Ulos ini diberikan kepada anak yang memiliki rumah baru karena memiliki rumah baru milik Sendiri adalah merupakan suatu kebanggaan terbesar bagi Universitas Sumatera Utara masyarakat Batak Toba. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru di anggap sebagai salah satu bentuk keberhasilan atau prestasi tersendiri yang tak ternilai harganya. Tingginya penghargaan kepada orang yang telah berhasil membangun dan memiliki rumah baru adalah karena keberhasilan tersebut di anggap merupakan suatu berkat dari Tuhan yang maha Esa yang di sertai dengan adanya usaha dan kerja keras yang bersangkutan di dalam menjalani kehidupan. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru adalah merupakan situasi yang sangat menggembirakan, oleh karena itu ulos ini akan diberikan kepada orang yang sedang berada dalam suasana bergembira. Ulos Ragi Hotang, Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” menantu. Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan memberikan mandar Hela Sarung Menantu yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan- kegiatan adat. Dari berbagai ragam dan jenis ulos sebagai hasil karya Batak Toba telah dirumuskan berbagai makna dan fungsi yang telah dibudayakan untuk dipahami dan dipedomani sebagai sebuah sarana untuk mempererat kekerabatan dalam tatanan masyarakat sosial yang beradab dan bermartabat. Dari jenis dan fungsinya, ulos telah menjadi sebuah alat untuk pengenalan jati diri orang batak sesuai tatanan sosial budaya dan adatnya. Fungsi serta kedudukan orang Batak akan dikenal dan diketahui dari ulos yang diberikan, diterima, dan disandangnya dipakai. 5. Musik Batak uning – uning godang Universitas Sumatera Utara Musik tradisional Batak boleh dikatakan kaya dalam bunyi-bunyian, di samping gong ogung trum taganing dan gordang dan klarinet serunai, juga dikenal garantung sejenis taganing dari kayu, hasapi kecapi, sordam sejenis seruling tapi diembus dari ujung, sulim seruling, tuila dari bambu kecil pendek dan diembus pada bagian tengah. 6. Tor-tor batak Tor-tor Seni tari adalah ekspresi gerakan yang estetis dan artistik akan menjelma dalam yang teratur, sesuai dengan isi irama yang menggerakan. Gerakan teratur ini dapat dilakukan oleh perorangan, berpasangan ataupun berkelompok. Tarian perorangan misalnya yang berhubungan dengan ritus. Tarian seperti ini antara lain : tarian tunggal panaluan, dimana sang dukun menari, berdoa dan sambil memegang tongkat sihir tersebut. Tarian bersama dalam upacara-upacara adat menurut tradisinya merupakan tarian dari masing-masing unsur Dalihan Natolu pelaku gerakan tortor ini. Karena ketiga unsur ini secara fungsional dalam masyarakat bersama-sama mendukung upacaranya. Biasaya bentuk tarian ketiga unsur Dalihan Na Tolu ini, adanya pemimpin tortor yang mengatur gerakan yang sesuai dan selaras dengan pola gerakan etika di dalam tortor..Di dalam pola gerakan tortor Batak Toba ada sebuah gerakan berputar yang berlawanan dengan jarum jam, hal ini dilakukan apabila orang-orang manortor menari menarikan tortor Gondang Mangaliat di dalam upacara adat. 7. Marga Marga adalah satu kesatuan kekeluargaan dasar dalam organisasi sosial Batak yang diwariskan secara turun temurun dari satu nenek moyang laki – laki yang diketahui semua Universitas Sumatera Utara anggota. Keanggotaan dalam suatu marga ditentukan secara patrilineal, diturunkan dari garis laki – laki dari ayah kepada anak – anak kedua jenis kelamin putra - putri 37 8. Dalihan Na Tolu. Dalihan Natolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar pelaksanaan budaya Batak Toba yaitu: 38 Somba Marhula-hula:ada yang menafsirkan pemahaman ini menjadi “menyembah hula- hula, namun ini tidak tepat. Memang benar kata Somba, yang tekananya pada som berarti menyembah, akan tetapi kata Somba di sini tekananya ba yang adalah kata sifat dan berarti hormat. Sehingga Somba marhula-hula berarti hormat kepada Hula-hula. Hula-hula adalah kelompok marga istri, mulai dari istri kita, kelompok marga ibuistri bapak, kelompok marga istri opung, dan beberapa generasi; kelompok marga istri anak, kelompok marga istri cucu, kelompok marga istri saudara dan seterusnya dari kelompok dongan tubu. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hula-hula sebagai sumber hagabeonketurunan. Keturunan diperoleh dari seorang istri yang berasal dari hula-hula. Tanpa hula-hula tidak ada istri, tanpa istri tidak ada keturunan. Elek Marborulemah lembut tehadap boruperempuan. Berarti rasa sayang yang tidak disertai maksud tersembunyi dan pamrih. Boru adalah anak perempuan kita, atau kelompok marga yang mengambil istri dari anak kita anak perempuan kita. Sikap lemah lembut 37 Vergowen. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Jakarta. Pustaka Azet. 1993. Hal 18 – 22 38 Bungaran Antonius Simanjuntak. Op.cit., hal 99 Universitas Sumatera Utara terhadap boru perlu, karena dulu borulah yang dapat diharapkan membantu mengerjakan sawah di ladang. tanpa boru, mengadakan pesta suatu hal yang tidak mungkin dilakukan. Manat mardongan tubusabutuha, suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat. Hati –hati dengan teman semarga. Kata orang tua-tua “hau na jonok do na boi marsiogoson” yang berarti kayu yang dekatlah yang dapat bergesekan. Ini menggambarkan bahwa begitu dekat dan seringnya hubungan terjadi, hingga dimungkinkan terjadi konflik, konflik kepentingan, kedudukan dll. Inti ajaran Dalihan Natolu adalah kaidah moral berisi ajaran saling menghormati masipasangapon dengan dukungan kaidah moral: saling menghargai dan menolong. Dalihan Natolu menjadi media yang memuat azas hukum yang objektif. Universitas Sumatera Utara BAB IV DAMPAK KEBERADAAN SUB ETNIS BATAK TOBA BAGI ETNIS LAINNYA DI PT PERKEBUNAN VII PERSERO DESA BAH JAMBI

4.1 INTERAKSI SUB ETNIS BATAK TOBA DENGAN ETNIS LAINNYA DI DESA BAH JAMBI 1963 – 1990