merupakan wilayah PT. Perkebunan VII Persero dijadikan sebagai daerah administratif kecamatan Huta Bayuraja Kabupaten Simalungun. Dalam pencapaian 4 Empat H, Sub Etnis
Batak Toba harus melakukan reaksi yaitu meningkatkan pendidikan, ekonomi, kedudukan sosial, dan memakai budaya sebagai identitasnya dalam bermasyarakat.
3.2.1 BIDANG PENDIDIKAN
Dalam Sub Etnis Batak Toba, pendidikan adalah hal yang sangat utama dalam meningkat mutu sumber daya manusia SDM. Sub Etnis Batak Toba lebih mengutamakan untuk
memperoleh hak pendidikan yang lebih tinggi karena pendidikan adalah sebagai bekal untuk dalam meningkatkan wawasan untuk masa depan. Merantaunya Sub Etnis Batak Toba ke daerah
Bah Jambi menjadi karyawan PT. Perkebunan VII Persero Desa Bah Jambi dengan modal dasar mengerti baca tulis. Sub Etnis Batak Toba yang mengerti membaca dan menulis karena
pada awal sebelum merantau ke daerah Bah Jambi tahun 1963 – 1990, mereka sudah mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang didapat pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal yang diperoleh merupakan dari pendidikan yang didirikan oleh zendeling Jerman, Belanda, dan pendidikan sesudah Indonesia merdeka pada tahun 1945, dan pendidikan
non formal yaitu pendidikan yang diperoleh yang diajarkan oleh seorang guru dan pelajarannya juga ditentukan oleh seorang guru itu juga pelajaran. Pelajaran yang terpenting adalah membaca,
menulis, mengarang, bernyanyi tanpa not, dan berupama berpantun
31
Pendidikan ini sebagai dasar pertimbangan diterimanya Sub Etnis Batak Toba melamar pekerjaan sebagai Karyawan di PT. Perkebunan VII Persero Bah Jambi. Dalam Pendidikan
.
31
Bugaran Antonius Simanjuntak, Op Cit., Hal 60.
Universitas Sumatera Utara
yang didapatkan disesuaikan dengan posisi yang diembankan oleh PT. Perkebunan VII Persero. Pendidikan inilah sebagai modal Sub Etnis Batak Toba untuk memperoleh pekerjaan dan
kedudukan dalam perkebunan, dimana Sub Etnis Batak Toba yang telah mengecap pendidikan dan mampu membaca dan menulis diberi jabatan yang ditawarkan mulai dari mandor dan staff
dikantor PT. Perkebunan VII Persero Bah Jambi. Perbandingan pendidikan sub Etnis Batak Toba dengan etnis lainya sangatlah berbeda.
Salah satu contohnya adalah Etnis Jawa yang pada masa kolonial Belanda, mereka di imigrasikan dari Pulau Jawa. Etnis Jawa yang bermigrasi ini banyak tidak mengetahui tentang
membaca dan menulis, sehingga diposisikan sebagai karyawan potong buah atau pemanen tandah buah segar. Adapun Etnis Jawa yang mendapatkan posisi pada tahun 1963 posisi di
bengkel mesin pabrik kelapa sawit PKS yaitu Tukijo.
32
Setelah Sub Etnis Batak Toba tinggal di Desa Bah Jambi dan berkeluarga, pendidikan diutamakan terhadap keturunannya anaknya. Karena dalam prinsip Sub Etnis Batak Toba
menyatakan: Anakhon I do Hamoraon di Au anakku adalah harta yang paling berharga bagiku sehingga anaknya didukung oleh orang tua untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
Akan tetapi Tukijo tidak mengerti membaca dan menulis tetapi mengerti tentang mesin sehingga ditempatkan di bagian mesin
pabrik kelapa sawit sebagai mandor.
Pendidikan bagi Sub Etnis Batak Toba untuk mencapai Hasangapon kehormatan. Dalam budaya Sub Etnis Batak Toba semakin tinggi pendidikannya ataupun semakin tinggi
pendidikan anaknya maka secara tidak langsung orang tua dan anak yang berpendidikan tinggi akan merasa terhormat dan patut dijadikan sebagai teladan.
32
Wawancara dengan Wartumi di Desa Bah Jambi tgl 23 oktober 2012.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 BIDANG EKONOMI