Dari tahun 1960 – 1990 populasi Sub Etnis Batak sudah berkembang dan membentuk kelompok dalam bermasyarakat sebagai wujud budaya. Oleh sebab itu untuk penelitian dan
penulisan maka saya buat Judul yaitu: SUB ETNIS BATAK TOBA DI PT. PERKEBUNAN VII DESA BAH JAMBI, KABUPATEN SIMALUNGUN 1963– 1990.
1.2 Rumusan Masalah
Berbicara tentang Sub Etnis Batak Toba Sangat luas, sehingga penulis perlu membuat batasan dan kerelevanan
9
1. Sejak kapan Sub Etnis Batak Toba berkerja di PT Perkebunan VII Persero ?
sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam penulisan skripsi. Penentuan rumusan masalah ini berfungsi agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian dan
penulisan. Adapaun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
2. Bagaimana keberadaan Sub Etnis Batak Toba di Desa Bah Jambi ?
3. Bagaimana dampak keberadaan Sub Etnis Batak Toba bagi etnis lain dilokasi PT.
Perkebunan VII Persero Bah Jambi ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian Segala sesuatu yang dilakukan manusia tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui Sub Etnis Batak Toba mulai bekerja di PT. Perkebunan VII Persero Bah Jambi.
9
J. Supranto, Metode Riset, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1986, hlm. 18.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan keberadaan Sub Etnis Batak Toba di Desa Bah
Jambi. 3.
Untuk mengetahui dampak keberadaan Sub Etnis Batak Toba bagi etnis lain di lokasi PT.Perkebunan VII Persero Bah Jambi.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas cakrawala ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa secara umum dan ilmu sejarah secarah khususnya tentang keberadaan Sub Etnis Batak Toba di daerah perantaun khususnya di PT.
Perkebunan VII Persero Desa Bah Jambi. 2.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah tentang persebaran penduduk terutama persebaran Sub Etnis Batak Toba di wilayah
indonesia. 3.
Menambah literatur keperpustakaan yang dapat di manfaatkan bagi peningkatan ilmu pendidikan, khususnya ilmu sejarah dalam penelitian sejarah.
1.4 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan buku-buku ataupun dokumen dan sebagainya yang paling relevan dengan objek penelitian sebagai sumber informasi ataupun
sebagai acuan dan perbandingan dalam permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Adapun buku yang dijadikan sebagai acuan tentang penelitian dan penulisan tetang sub
etnis batak toba di daerah perantuan khusunya daerah Simalungun yaitu Desa Bah Jambi adalah:
Universitas Sumatera Utara
Buku pertama: Usman Pelly dalam bukunya yang berjudul Urbanisasi dan Adaptasi Peran Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, menjelaskan bahwa perantau memakai
asosiasi-asosiasi mereka sebagai adaptif dan sebagai wahana untuk mengekspresikan identitas etnik mereka. Strategi identifikasi di dalam asosiasi – asosiasi; pembagian etnik diperkuat untuk
memperoleh keberartian sosial, ekonomi dan politis yang lebih besar. Asosiasi tersebut berkembang dengan suasana lingkungan dan dapat dimanipulasi untuk mengekspresikan
kepentingan-kepentingan masing – masing kelompok perantau,
10
Yang ke dua karya tulis Nazief Chatif yang berjudul Para Pendatang di Sumatera Timur, menjelaskan bahwa pada umumnya pendatang pindah dari daerah asalnya kebanyakan
bermotifkan ekonomi. Alasan dari para pendatang ini beraneka ragam yang di antaranya, mencari pekerjaan, tertarik dengan kehidupan di daerah lain, bosan tinggal di desa dan lain
sebagainya. Migrasi Etnis Batak Toba dilatar belakangi oleh konsep harajaon, yaitu mereka bermigrasi untuk membangun kerajaan di daerah perantauan sebagai perluasanekspansi wilayah
teritorial.
11
Buku yang ke tiga adalah O. H. S. Purba, Elvis F. Purba dalam bukunya sendiri untuk mencari lapangan kerja baru karena faktor keterbatasan lahan produktif di wilayah Toba dan
sekaligus karena kesuburan alam wilayah Simalungun terutama untuk bercocok tanam. Sedangkan yang tidak berpendidikan, terutama kaum tani , sejak permulaan abad ke-XX pindah
secara berkelompok ke daerah potensial yang jarang penduduknya. Mereka membuka hutan dan mengolah rawa-rawa menjadi areal pertanian dan persawahan. Bersamaan dengan itu kaum
terdidik mendapat pekerjaan di instansi pemerintahan kolonial, perkebunan, pertambangan,
10
Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi Peran Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, cetakan I, Jakarta: Pustaka LP5ES Indonesia, 1994. hlm.19.
11
Nazieb Chatieb, Para Pendatang di Kota-Kota Sumatera Timur, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1995, hlm.5.
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit, bank, sekolah dll di luar Tapanuli Utara yang dengan itu mereka mendapat gaji dan pangkat yang sekaligus juga meraih status yang lebih tinggi.
12
Buku yang ke empat adalah Suwardi Lubis yang berjudul Komunikasi Antar Budaya Studi Kasus Etnik Batak Toba dan Etnik Cina, dari pemaparan buku ini dapat dilihat tentang
pola perilaku komunikasi komunitas Batak Toba dan Suku Cina. Komunikasi antara budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota budaya dan penerima pesannya adalah suatu budaya
lainnya. Dalam keadaan demikian, akan segera dihadapkan kepada masalah – masalah yang ada dalam situasi tempat suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam
budaya lain.
13
Buku yang ke lima adalah PT. Perkebunan VII Persero yang berjudul Selayang pandang 1985 – 1989. Dari buku dapat digunankan yaitu tentang sejarah PT. Perkebunan VII
Persero yang merupakan gabungan dari perkebunan Belanda pada masa Kolonial yang dinasionalisasikan.
1.5 Metode Penelitian