PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE DENGAN METODE SASARAN BERTAHAP KE BELAKANG DAN BERTAHAP KESAMPING TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN BACKHAND DRIVE PADA KLUB TENIS SMART SEMARANG TAHUN 2014

(1)

KESAMPING TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN

BACKHAND DRIVE PADA KLUB TENIS

SMART SEMARANG TAHUN 2014

SKRIPSI

diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Nuara Galih Nugraha 6301410022

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(2)

i

PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE DENGAN METODE

SASARAN BERTAHAP KE BELAKANG DAN BERTAHAP

KESAMPING TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN

BACKHAND DRIVE PADA KLUB TENIS

SMART SEMARANG TAHUN 2014

SKRIPSI

diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Nuara Galih Nugraha 6301410022

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(3)

ii

ABSTRAK

Nuara Galih Nugraha. 2014. “Perbedaan Latihan Backhand Drive Dengan Metode Sasaran Bertahap Ke Belakang dan Bertahap Ke Samping Terhadap Kemampuan Melakukan Backhand Drive Pada Klub Tenis Smart Semarang Tahun 1014”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Dosen pembimbing Soedjatmiko, S.Pd, M.Pd. Kata Kunci : Latihan, Backhand Drive, Bertahap.

Permasalahan penelitian: 1) apakah ada perbedaan latihan Backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014, 2) jika ditemukan perbedaan mana yang lebih baik antara metode sasaran bertahap ke belakang dengan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014. Penelitian bertujuan untuk : 1) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan latihan backhand drive antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive, 2) jika ditemukan perbedaan latihan

backhand drive manakah yang lebih baik antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dengan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah petenis klub tenis Smart Semarang tahun 2014. Sedangakan sampel yang digunakan sebanyak 10 pemain. Teknik sampling yang digunakan purposive random sampling. Variabel bebas penelitian adalah latihan backhand drive bertahap ke belakang dan bertahap ke samping. Adapun variabel terikat adalah kemampuan melakukan backhand drive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Teknik tes yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen (post-test). Desain atau pola yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Matched Subject Desaign atau pola M-S.

Hasil analisis data diperoleh 1) uji beda post tes diperoleh = 2,74 yang berarti 2,74 > 2,31, maka ada perbedaan antara latihan

backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang (eksperimen) dan metode sasaran bertahap ke samping (kontrol) terhadap kemampuan melakukan

backhand drive, 2) Mean dari latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang = 40,4, metode sasaran bertahap ke samping = 37,0, maka latihan backhanddrive dengan metode sasaran bertahap ke belakang lebih baik dari pada metode sasaran bertahap ke samping.

Berdasarkan hasil penelitian, saran penulis adalah : Bagi pelatih sebaiknya menggunakan latihan backhand drive metode sasaran bertahap ke belakang, selain latihan ini dapat meningkatkan keakurasian pukulan, latihan ini juga baik untuk meningkatkan kecepatan pukulan. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian yang sejenis.


(4)

(5)

(6)

(7)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Qur’an Surat “Alam Nasyrah” ayat 6-8).

Persembahan :

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya Annachonifiah dan Ayahanda Wardaya S.Pd, M.Pd dan seluruh keluarga yang saya sayangi.

2. Rina yang sudah setia menemani, membimbing, mendoakan, dan memberiku semangat.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala rahmat dan rizki-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi Mahasiswa UNNES.

2. Dekan fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES yang telah

memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

4. Bapak Soedjatmiko, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Tata Usaha FIK UNNES yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan layanan serta informasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Manajemen tenis Klub Smart Semarang yang telah banyak membantu dalam melakukan penelitian dan pengambilan data.

7. Ibu Terry selaku pelatih kepala klub tenis Smart Semarang yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

8. Semua atlet klub tenis Smart Semarang yang sudah meluangkan waktunya untuk melaksanakan penelitian.


(9)

viii

9. Teman-teman PKLO yang sudah membantu penelitian di klub tenis Smart Semarang.

10. Teman – teman kos Maryatun Riko, Aan, Rian, Aval, Hendra yang banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman BALOENK CILIK Purwokerto dan GT (garasi tua) yang sudah memberi suport serta doanya dalam penyusunan skripsi.

12. Semua pihak yang membantu dan mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu demi satu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyususun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Oktober 2014


(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK

... ii

LEMBAR PERNYATAAN

... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

... vi

KATA PENGANTAR

... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL

... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2 Identifikasi Masalah ... 6

1. 3 Pembatasan Masalah ... 6

1. 4 Rumusan Masalah ... 7

1. 5 Tujuan penelitian ... 8

1. 6 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2. 1 Landasan Teori ... 10

2. 1. 1 Olahraga Tenis ... 10

2. 1. 2 Faktor Kondisi Fisik ... 11

2. 1. 3 Pengertian dan Prinsip-Prinsip Latihan ... 14

2. 1. 4 Teknik Dasar Tenis. ... 17

2. 1. 5 Macam-Macam Pukulan Tenis ... 22

2. 1. 6 Jenis Pukulan BackhandDrive ... 25

2. 1. 7 Backhand Drive ... 25


(11)

x

2. 1. 9 Teknik Pukulan Backhand Drive ... 29

2. 1. 10 Pengertian Latihan ... 39

2. 1. 11 Metode Latihan Backhand Drive ... 39

2. 1. 11. 1 Metode Sasaran Bertahap ke Belakang ... 39

2. 1. 11. 2 Metode Sasaran Bertahap ke Samping ... 40

2. 1. 12 Kerangka Berfikir ... 41

2. 1.12. 1 Latihan Backhand Drive dengan Metode Bertahap ke Belakang ... 41

2. 1. 12. 2 Latihan Backhand Drive dengan Metode Bertahap ke Samping ... 42

2. 1. 12. 3 Latihan Backhand Drive dengan Metode Bertahap ke Belakang dan ke Samping ... 43

2. 2 Hipotesis ... 44

BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Jenis dan Desain Penelitian ... 45

3. 2 Variabel Penelitian ... 48

3. 3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 49

3. 4 Instrumen Penelitian ... 50

3. 5 Prosedur Penelitian ... 52

3. 6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian ... 54

3. 8 Teknik Analisis Data ... 56

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Penelitian ... 61

4. 1. 1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 62

4. 1. 2 Uji Hasil Pra Syarat Analisis ... 63

4. 1. 3 Hasil Analisis Tahap Akhir ... 64

4. 1. 4 Uji Hipotesis ... 67

4. 2 Pembahasan ... 73


(12)

xi BAB V PENUTUP

5. 1 Simpulan ... 77

5. 2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1. Pukulan backhand drive

... 24

2. Pelaksanaan backhand drive ... 26

3

. Pegangan eastern backhand ... 27

4. Pegangan continental backhand ... 27

5. Pegangan backhand dua tangan ... 28

6. Posisi sikap siap melakukan pukulan backhand ... 30

7. Backswing melakukan backhnad drive ... 31

8. Forward swing melakukan backhand ... 32

9. Follow through melakukan backhand drive ... 32

10. Rangkaian pukulan backhand drive ... 33

11. Posisi siap backhand satu tangan ... 34

12. Backswing backhand satu tangan ... 35

13. Perkenaan raket pada bola backhand satu tangan ... 35

14. Posisi awal backhand satu tangan ... 36

15. Posisi persiapan backswingbackhand dua tangan ... 37

16. Backswing penuh backhand dua tangan ... 37

17. Perkenaan bola dengan raket backhand dua tangan ... 38

18. Posisi awal persiapan backswing ... 38

19. Rangkaian latihan bertahap ke belakang ... 40

20. Rangkaian latihan bertahap ke samping ... 41

21. Instrumen tes penempatan backhand drive ... 51


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1.Rencana penelitian

... 46

2. Perhitungan statistik M-S ... 57

4.Deskriptif data Pre-test dan post test kel eksperimen... 62

6. Uji normalitas pretest ... 63

7. Uji homogenitas pretest ... 64

8. uji deskriptif data posttest ... 65

9. Uji normalitas posttest ... 66

10. Uji homogenitas posttest ... 66

11. Uji Beda Kelompok Eksperimen data pretest dan posttes ... 68

12. Uji Beda Kel Kontrol data pretest dan Post test ... 69

10. Uji beda data posttest eksperimen dan kontrol ... 70


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman

1.Usulan Topik Skripsi

... 80

2. Usulan Dosen Pembimbing... 81

3

. Penentuan Pembimbing ... 82

4. Penetapan Dosen pembimbing ... 83

5. Surat Ijin Penelitian ... 84

6.Surat Balesan Penelitian ... 85

7. Program Latihan ... 86

8. Hasil Tes Awal (

pre-test

) ... 96

9. Daftar Ranking (berdasarkan

pre-test

) ... 97

10. Daftar Nama Pemain klub Smart ... 98

11. Petujuk Pelaksanaan tes

Backhand Drive

... 99

12. Daftar Matching (Berdasarkan

pre-test

) ... 100

13. Alat dan Perlengkapan Penelitian ... 101

14. Petugas Penelitian ... 102

15. Tabulasi Data Penelitian

Backhand Drive

... 103

16. Hasil Tes Akhir (

post-test

) ... 104

17. Standar deviasi

pretest

kelompok eksperimen... 105

18. Standar deviasi

pretest

kelompok kontrol ... 106

19. Hasil

Posttest

kelompok eksperimen dan kontrol ... 107

20. Uji t pretest kelompok eksperimen dan kontrol ... 108

21. Standar deviasi

Posttest

kelompok eksperimen ... 109

22. Standar Deviasi

Posttest

kelompok kontrol ... 110

23. Uji t

posttest

kelompok eksperimen dan kontrol ... 111

24. Uji t

pretest

dan

posttes

kelompok eksperimen ... 112


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional pasal 1 ayat 4, olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler (UU No.3 Tahun 2005, 25:4). Tujuan orang melakukan kegiatan olahraga salah satunya yaitu untuk mencapai prestasi, dalam kegiatannya harus dilakukan secara terprogram dan sistematis serta harus ditangani oleh orang yang ahli di bidangnya, yaitu orang yang menguasai ilmu keoahragaan.

Olahraga sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesegaran jasmani. Untuk memperolehnya dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan seluruh anggota tubuh untuk bergerak, guna mencapai kondisi tubuh yang diinginkan. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, baik dengan olahraga ringan maupun olahraga berat. Keberadaan olahraga sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi kebutuhan masyarakat baik orang tua, remaja, maupun anak-anak, karena olahraga mempunyai makna tidak hanya kesehatan, tetapi lebih dari itu ialah juga sebagai sarana pendidikan bahkan prestasi. Sebagai salah satu cabang olahraga yang bukan hanya sekedar menyehatkan, akan tetapi juga prestasi ialah olahraga tenis.


(17)

2

Menurut Magethi B (1990:3) ”Tenis adalah jenis olahraga yang mencakup aspek-aspek teknis tertentu. Untuk dapat bermain tenis, baik kaum amatir lebih-lebih bagi pemain profesional, pemain harus dituntut untuk menguasai teknik-teknik memukul bola, langkah, serta gerakan tubuh yang sesuai. Untuk bermain tenis yang baik seorang petenis harus dituntut menguasai teknik dasar pukulan, supaya tercapai latihan yang benar-benar teratur”. Tujuan orang bermain tenis berbeda-beda. Walaupun demikian, alangkah baiknya kalau orang belajar tenis, diajarkan tenis dengan cara yang sebagaimana mestinya.

Permainan tenis lapangan dikenal ada beberapa macam jenis pukulan yaitu: forehand, backhand, serve, volley, smash, dropshot, dan lob. Dari ketujuh pukulan tersebut di atas, terdapat empat jenis pukulan yang menurut Schraff (1981:24) dikatakan bahwa “kegembiraan bermain tenis tergantung usaha anda untuk menguasai empat pukulan dasar yaitu: serve, forehand drive, backhand drive, dan volley”. Sedangkan menurut B. Yudoprasetio (1981:43)

“pukulan-pukulan dalam tenis digolongkan dalam tiga golongan, yakni: groundstroke, volley, overhead stroke. Sedangkan untuk pukulan groundstroke dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis antara lain: a). Forehand drive, b). Drop shot, c). Backhand drive, d). Half volley.

Handono Murti (2002:3) mengatakan bahwa “petenis handal adalah petenis yang memiliki groundstroke yang solid dikedua sisinya. Baik sisi forehand

maupun sisi backhand”. Bagi petenis pemula, pukulan drive baik backhand

maupun forehand harus dikuasai terlebih dahulu sebelum berlatih dan menguasai jenis-jenis pukulan lain. B Yudoprasetio (1981:55) dengan berlatih dan menguasai pukulan drive seorang pelatih akan belajar dan berusaha untuk


(18)

3

meletakkan dasar-dasar pukulan yang yang kokoh dalam tenis dan menjadi dasar membangun pukulan yang lain.

Teknik pukulan backhand drive hakekatnya sama dengan pukulan

forehand drive. Hanya saja pada backhand drive dilakukan dari sisi kiri pemain (jika pemain menggunakan tangan kanan). Demikian juga sebaliknya dilakukan dari sisi kanan jika pemain menggunakan tangan kiri. Magethi B (1990:12) mengatakan bahwa “backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan mengayunkan raket lewat depan badan, ke belakang, selanjutnya diayunkan ke depan untuk bertumbukan dengan bola”. Dalam permainan tenis, backhand drive

merupakan pukulan yang sangat penting dan harus dikuasai oleh pemain tenis, karena sesungguhnya backhand drive merupakan suatu stroke alami dari pada pukulan forehand drive. Ayunan dari sisi memberi lengan dan tangan kontrol yang lebih besar terhadap raket, ayunan ini dapat memberikan kekuatan yang sama besarnya dan apabila backhand drive dapat dikuasai dengan baik maka akan menjadi andalan untuk serangan yang mematiakan.

Setiap pemain memulai dengan dasar memukul yang baik dan benar, maka kemungkinan besar prestasi bermain tenisnya lebih cepat berkembang. Pada hakekatnya seorang pemain dapat memenangkan suatu pertandingan atau permainan, tidak hanya dengan memukul forehand drive namun backhand drive

juga sangat berpengaruh untuk penentu kemenangan dalam pertandingan. Adapun beberapa bentuk latihan backhand drive yang dapat diterapkan agar pukulan yang dilakukan tidak monoton, misalnya dengan alat bantu berupa sasaran yang berfungsi memudahkan pemain untuk mengarahkan bola seperti latihan backhand drive menggunakan sasaran bertahap yaitu bertahap ke belakang dan bertahap ke samping. Kedua latihan tersebut selain menggunakan


(19)

4

metode yang berbeda, akan tetapi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan melakukan backhand drive.

Latihan backhand drive menggunakan metode adalah salah satu bentuk latihan yang meningkatkan kemampuan tenis lapangan yang diperuntukkan bagi petenis pemula yang masih asing dalam permainan tenis dan juga dapat untuk memperbaiki teknik pukulan terutama dalam penguasaan raket.

Namun untuk petenis pemula, dalam melakukan backhand drive masih ditemukan beberapa kesalahan dalam memukul sehingga hanya terlihat monoton, dikarenakan masih banyak pemain tenis pemula masih kurang kuat pada genggaman maupun pergelangan tangan itu sendiri, maupun kurangnya variasi pukulan dalam latihan. Padahal variasi pukulan sangat penting didalam permainan tenis lapangan. Karena dengan adanya variasi pukulan akan memudahkan pemain tenis dalam mengatur tempo serta arah bola.

Variasi latihan metode sasaran bertahap ke belakang adalah pukulan

backhand drive yang dilakukan petenis dari garis baseline, pelatih mengumpan bola dari belakang net di sisi kiri garis servis, kemudian petenis memukul bola dan di arahkan ke lapangan lawan yang telah dipasang sasaran lurus kebelakang, petenis memukul bola diarahkan kesasaran dari yang paling dekat ke yang paling jauh, dan dilakukan berulang-ulang di usahakan bola mengenai sasaran.

Variasi latihan metode sasaran bertahap kesamping adalah pukulan

backhand drive yang dilakukan petenis dari garis baseline, pelatih mengumpan bola dari belakang net di sisi kiri garis servis, kemudian petenis memukul bola dan di arahkan ke lapangan lawan yang telah dipasang sasaran bertahap kesamping, petenis memukul bola diarahkan kesasaran dari yang paling kanan


(20)

5

ke yang paling kiri, dan dilakukan berulang-ulang, diusahakan bola mengenai sasaran.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pukulah

backhand merupakan pukulan yang sangat penting untuk dipelajari bagi para petenis. Dikarenakan backhand drive merupakan komponen penting dalam sebuah permainan tenis. Bagi para pemula juga perlu diterapkan variasi-variasi pukulan agar petenis pemula dapat mengatur tempo serta menentukan arah bola yg akan dituju. oleh sebab itu maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Perbedaan Latihan backhand Drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan

backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014”.

Penulis melakukan observasi lapangan pada bulan juli di Klub tenis Smart Klub tenis Smart merupakan salah satu Klub di Semarang yang berperan sebagai penyalur dan pembinaan bakat tenis. Anggota Klub ini terdiri dari anak-anak usia 9-14 tahun yang berjumlah 12 orang. Klub ini berlokasi di Gor Jatidiri Semarang pelatihan dilaksanakan tiap hari senin, rabu, jumat. Menurut hasil observasi di lapangan, Klub tenis ini dalam melatih pemainnya cenderung menggunakan metode latihan yang kurang bervariasi, atas dasar ini penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian di Klub tenis Smart Semarang dengan menerapkan metode latihan baru yang belum pernah dicoba digunakan dalam Klub ini, selain itu juga untuk menambah variasi jenis metode latihan yang ada.


(21)

6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul suatu masalah diantaranya :

1.2.1 Belum maksimalnya kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semarang tahun 2014.

1.2.2 Kurangnya variasi penerapan metode latihan backhand drive yang dapat meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semaramg tahun 2014.

1.2.3 Terdapat banyak metode latihan untuk meningkatkan backhand drive

dimana belum diketahui latihan mana yang lebih baik sehingga perlu diadakan penelitian pada petenis klub Smart Semarang tahun 2014.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh gambaran beberapa masalah yang ada, dan peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan sehingga perlu memberi batasan masalah secara jelas dan fokus pada analisis perbedaan latihan backhand drive menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semarang tahun 2014. Pembatasan masalah ini sebagai berikut :


(22)

7

1.3.1 Berfokus pada kemampuan dan metode variasi metode latihan terdahulu dengan cara memberikan perlakuan pada petenis klub Smart Semarang tahun 2014.

1.3.2 Peneliti melakukan pengujian dan pengkajian, terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semarang tahun 2014.

1.3.3 Metode yang digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian ini menggunakan metode latihan dengan sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping pada petenis klub Smart Semarang tahun 2014.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, maka muncullah permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1.4.1 Apakah ada perbedaan latihan backhand drive antara metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap

kemampuan melakukan backhand drive pada pemain tenis klub Smart Semarang tahun 2014.

1.4.2 Jika ditemukan perbedaan manakah yang lebih baik antara metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada pemain klub tenis Smart Semarang tahun 2014.


(23)

8

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk :

1.5.1 mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil latihan backhand drive antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014.

1.5.2 Jika ditemukan perbedaan latihan backhand drive manakah yang lebih baik antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dengan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive

klub tenis Smart Semarang tahun 2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapka dapat bermanfaat sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat teoritis

1.6.1.1 Ikut serta menyumbangkan pengembangan metode latihan untuk backhand drive melalui karya ilmiah.

1.6.2 Manfaat praktis

1.6.2.1 memberikan informasi kepada para pelatih tenis mengenai metode latihan yang lebih baik antara metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping.


(24)

9

1.6.2.3 Menambah bekal pengalaman bagi peneliti apabila kelak menjadi seorang pelatih atau sebagai tenaga ahli dibidang olahraga tenis.

1.6.2.4 Menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian yang sejenis tentang teknik pukulan backhand drive dengan menggunakan faktor-faktor lain.


(25)

(26)

10

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Olahraga Tenis

Menurut Scharff (1981:6) Tenis adalah olahraga (net) dan raket yang dimainkan oleh dua pemain (single = tunggal) satu dengan yang lain berhadapan, atau empat orang pemain (double = ganda) yang bermain dua lawan dua. Lapangannya juga disebut baan (bahasa belanda) atau court (bahasa inggris). Aslinya permainan ini dimainkan di atas rumput (lawn), karena itu nama tradisionalnya lawn tennis, mamun sekarang lapangan itu permukaannya ada yang terbuat dari kayu, semen, beton, aspal, pasir, atau tanah yang dikeraskan. Namun terkecuali dari bahan yang dipergunakan sebagai landasan, ukuran lapangan tenis diseluruh dunia tetap sama besar dan dinyatakan dengan cara yang sama. Untuk permainan single atau tunggal, lapangan berukuran panjang 78 kaki, lebar 27 kaki, dan di tengah dipisahkan oleh sebuah jaring (net) yang bagian tengahnya setinggi tiga kaki dan pada bagian dekat tiangnya setinggi 3 kaki dan 6 inci.

Garis batas sebelah menyebelah pinggir disebut garis pinggir sedangkan garis batas lain disebut baseline. pada kedua belah jaring, pada jarak 21 kaki dan sejajar dengan garis itu terdapat garis yang dinamai service line dan membagi lapangan menjadi dua bagian sama besar, masing-masing disebut service court. Jadi seluruh untuk permainan single terbagi atas enam bidang : empat service


(27)

11

court, dua back court. Garis pendek yang menandai pertengahan dari baseline

disebut center mark.

Lapangan untuk permainan double diperluas dengan 4 kaki 6 inci kiri kanan, sehingga seluruhnya menjadi 36 kaki. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi baik ruang main atau pada bidang service. Menurut jenis lapangan, ada lapangan dimana bola melambung keras dan cepat serta pula yang lunak. Urutan menurut jenis bahan adalah seperti : 1) rumput, 2) beton, 3) aspal, 4) tanah keras dan 5) pasir.

Olahraga tenis memiliki latar belakang dan tradisi yang mengajarkan sikap perilaku yang positif dan juga nilai sopan santun serta menjujung tinggi aturan-aturan yang berlaku dalam permainan. Oahraga tenis juga membutuhkan latihan dan kesabaran serta sebagian juga membutuhkan petunjuk-petunjuk profesional untuk mencapai suatu kesuksesan.

Keberhasilan seorang pemain tenis sebagian ditentukan oleh diri sendiri, karena kemampuannya dalam mengikuti proses latihan dengan didasari oleh niat yang kuat akan membawa perubahan pada peningkatan kemampuan. Setiap pemain tenis pasti ingin memiliki prestasi yang optimal, namun untuk mendapatkan prestasi tersebut seorang pemain tenis harus menguasai teknik dasar, kesiapan fisik yang prima, taktik, serta didukung oleh mental bertanding yang kuat yang dapat diperoleh dari pengalaman bertanding.

2.1.2 Faktor Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh, dan komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun secara


(28)

12

keseluruhan terutama dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1995:8). Kondisi fisik akan baik apabila semua komponen yang ada terpelihara dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1995:8-9) meliputi kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, kordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Olahraga tenis memerlukan faktor pendukung kondisi fisik yang baik. Komponen kondisi fisik yang mendukung olahraga tenis meliputi kekuatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, daya ledak, kordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi.

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan daya penggerak aktifitas fisik, memegang peran penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera, dan dapat memperkuat stabilitas sendi-sendi (Harsono, 1988:177).

Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dengan waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut (Harsono, 1988:155).

Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah posisi diarea tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan kordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik (M. Sajoto, 1995:9).

Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Latihan kelentukan berfungsi untuk memperluas ruang-ruang gerak persendian, selain itu juga bermanfaat untuk mengurangi/ menghindari cedera,


(29)

13

dan juga membantu gerak kordinasi teknik menjadi lebih baik dengan tenaga yang efisien (Harsono, 1988:163).

Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1988:200). Daya ledak sangat diperlukan dalam berbagai macam olahraga, salah satunya adalah tenis.

Kordinasi adalah kemampuan seseorang dalam meng-intergrasi-kan bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif (M. Sajoto, 1995:9). Dalam penerapan latian backhand drive metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping, yang dimaksud dengan kordinasi adalah urutan keseluruhan gerakan dalam satu kali memukul backhand drive.

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ syaraf otot (M. Sajoto, 1995:9). Dalam penerapan latihan backhanddrive metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping, yang dimaksud dengan keseimbangan adalah pada saat memukul backhand drive, posisi badan tetap seimbang.

Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran (M. Sajoto, 1995:9). Dalam penerapan metode latihan backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping yang dimaksud ketepatan adalah memukul bola pada sasaran yang tepat.

Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indra, syaraf atau feeling lainnya (M. Sajoto, 1995:10). dalam penerapan metode backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping yang


(30)

14

dimaksud reaksi adalah kemampuan dalam merespon datangnya bola dan perkenaan bola terhadap raket setelah bola diumpan.

2.1.3 Pengertian dan Prinsip-Prinsip Latihan

Pengertian latihan dalam terminologi asing sering disebut dengan training, exercise, practice. Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang pengertian latihan olahraga sebagai berikut :

1) Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988:101).

2) Program pengembangan pemain untuk bertanding, berupa peningkatan keterampilan dan kepasitas energi (Bompa, 1999:394).

3) Proses yang sistematis untuk meningkatkan kebugaran pemain sesuai cabang olahraga yang dipilih (Thompson, 1993:61).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan olahraga pada hakekatnya adalah proses sistematis untuk menyempurnakan kualitas kinerja pemain berupa kebugaran, keterampilan, dan kapasitas energi dengan memperhatikan aspek pendidikan dan menggunakan metode ilmiah. Penyusunan dan pelaksanaan program latihan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip latihan sebagai berikut :

1) Prinsip Partisipasi Aktif

Pencapaian prestasi merupakan perpaduan usaha pemain itu sendiri dan kerja keras pelatih, sehingga keduanyalah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program latihan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Pelatih


(31)

15

berkewajiban untuk mendidik pemain agar memiliki sikap bertanggung jawab disiplin, dan mandiri (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:9).

2) Prinsip Perkembangan Multilateral

Prestasi yang tangguh perlu dipersiapkan melalui peletakan dasar bangunan prestasi yang dilaksanakan pada tahap dasar yakni perkembangan multilateral. Tahap perkembangan multilateral diletakkan pada awal program pembiasaan sebelum memasuki tahapan spesialisasi, yakni pada anak 6-15 tahun yang bertujuan mengembangkan dan mengoreksi gerak dasar (jalan, lari, lompat, loncat, lempar, tangkap). Aktivitas latihan berupa semua jenis olahraga dan aktivitas bermain yang mengandung gerakan seperti jalan, lari, lompat, loncat, memanjat, meniti, merangkak, melempar, dan menangkap (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:10).

3) Prinsip individual

Setiap pemain memiliki potensi yang berbeda-beda dan berkarakter unik, dan setiap latihan menimbulkan respon yang berbeda pula. Untuk itu dalam penyusunan program latian, pelatih perlu mempertimbangkan perbedaan individual, yaitu : a) Keturunan, pada umumnya semua pemain mewarisi sifat fisik, mental dan emosi orang tuanya, b) Umur perkembangan, kematangan umur biologis setiap pemain tidak selalu sejalan dengan umur kronologisnya. Ada pemain yang lebih matang dengan pemain lain pada umur yang sama, c) Umur latihan, setiap pemain memiliki kebugaran dan kualitas biomotor berbeda bergantung terhadap lama latihan yang diikutinya, d) Kecerdasan, perbedaan kecerdasan akan berpengaruh ada kesiapan pemain dalam melaksanakan dan menjawab beban latihan (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:10).


(32)

16

4) Prinsip Overload

Peningkatan kemampuan pemain perlu latihan dengan beban lebih (overload), yakni beban yang cukup menantang atau benar-benar membebani pada wilayah ambang batas kemampuan pemain (critical point). Beban awal akan menimbulkan respon awal tubuh berupa kelelahan bila pembebanan dihentikan maka akan terjadi proses pemulihan (recovery), selanjutnya tubuh akan beradaptasi terhadap beban tersebut berupa peningkatan kemampuan (super kompensasi) (Dwi Hatmisari Ambarukmi, 2007:11).

5) Prinsip Spesifikasi

SAID : “Spesfic Adaptation to Imposed Demand”. Prinsip spesifikasi menjelaskan bahwa sifat khusus beban akan menghasilkan tanggapan khusus, untuk itu hendaknya program latihan dirancang khusus sesuai dengan : a) Cabang olahraga, b) Peran olahraga dalam cabang olahraga tertentu, c) Sistem energi, d) Pola gerak, d) Keterlibatan otot, f) Biomotor (Dwi Hatmisari Ambarukmi, 2007: 13).

6) Prinsip Kembali ke Asal (Resersible)

“Bila anda tak menggunakan, anda akan kehilangan”, itulah filosofi prinsip reversibilitas yang diartikan sebagai kemunduran kemampuan pemain yang diakibatkan ketidak teraturan dalam menjalankan program latian (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:13)

7) Prinsip Variasi

Tubuh manusia memiliki kemampuan beradaptasi termasuk adaptasi terhadap beban latihan, untuk memperoleh adaptasi yang optimal diperlukan


(33)

17

variari dalam pembebanan sehingga perlu dirancang hari latihan berat, hari latihan ringan, dan hari latihan sedang. Setelah itu model dan metode latihan yang monoton akan mengakibatkan kebosanan sehingga sasaran latihan tidak dapat dicapai, untuk itu perlu dirancang berbagai model dan metode latihan yang beraneka ragam, dengan tetap mengacu pada sasaran latihan (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:14).

2.1.4 Teknik Dasar Tenis

Teknik dasar dalam permainan tennis merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam menguasai permainan. Ada 4 (empat) teknik dasar dalam permainan tenis, seperti dikatakan Scharff (1981:24) bahwa “empat teknik dasar yang harus dikuasai dalam tenis lapangan yaitu : service, forehand drive, backhand drive dan volley. Sedangkan menurut Handono (2002:20) mengatakan bahwa dalam permainan tenis lapangan dikenal ada 8 teknik dasar yaitu :

forehand, backhand, approachshot, volley, serve, return serve, dropshot, lob.

2.1.4.1 Service

Serve, seperti telah lebih dulu dikatakan, menurut Handono (2002:39)

serve adalah awal dari permainan, tetapi bagi pemain top dunia, serve bisa menjadi senjata yang mematikan. Saat ini pemain-pemain berusaha untuk melakukan serve sekeras-kerasnya, seperti yang dilakukan mark philippoussis, pete sampras. Karena bagi mereka serve bisa langsung mendapatkan poin, melalui ace serve. Sekarang ini service keras merupakan usaha yang sangat menguntungkan. Menurut Borwn (2001:53) service merupakan bagian yang sangat penting khususnya dalam bermain tenis, karena angka tidak akan diperoleh tanpa melakukan service terlebih dahulu. Bahkan sebuah serve yang


(34)

18

efektif menjadi kunci kemenangan, dikarenakan apabila service lemah maka lawan akan mempunyai kesempatan untuk menyerang dan mendapatkan angka dari setiap serangan, sedangkan pendapat lain mengatakan service adalah pukulan yang mengawali setiap permainan.

Menurut Handono Murti (2002:39), tidak mudah memang untuk memiliki

serve yang keras, selain harus berlatih keras dan teratur, pemain-pemain yang memiliki servis keras juga harus memiliki tinggi badan yang cukup. Minimal 1,8 meter (180 cm). Untuk dapat melakukan serve yang keras pemain harus tahu bagaimana cara menimbulkan tenaga dan cara menggunakan gerak pecut (snapping), seperti yang mereka lakukan. Menurut Handono Murti (2002:41) ada beberapa macam teknik melakunan serve, yaitu kick serve, slice serve, twist serve.

2.1.4.2 Forehand drive

Menurut Magethi B (1990:13), forehand drive merupakan suatu jenis pukulan dimana raket digerakan ke belakang melalui samping badan, kemudian diayunkan ke depan untuk memukul. Drive adalah suatu pukulan yang biasanya dilakukan dari belakang lapangan dan setelah bola memantul.

Drive termasuk golongan groundstroke. Menurut Brown (2001:31)

groundstroke adalah pukulan setelah bola memantul ke lapangan. Konsep dasar dari gerakan groundstroke adalah mengayun (swing). Ada beberapa drive dalam permainan tenis, yaitu forehand drive dan backhand drive. Forehand drive

biasanya paling sering digunakan pada saat permainan. Sebagian besar dari permainan dan pertandingan tenis, pukulan forehand rata-rata lebih banyak digunakan dari pada pukulan lain.


(35)

19

Menurut Handono Murti (2002:21) mengatakan bahwa “pukulan ini biasanya selalu digunakan sebagai senjata utama pemain karena pukulan

forehand biasanya lebih keras dari pada pukulan backhand. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat, karena kalau kita lihat pemain-pemain top dunia, maka akan terlihat bahwa kedua pukulan, baik forehand maupun backhand, dapat dilakukan sama kerasnya dan sama cepatnya.

2.1.4.3 Backhand drive

Menurut Handono Murti (2002:25), mengatakan bahwa backhand sama halnya dengan forehand, setiap pemain harus memiliki backhand yang baik dan solid. Perbedaan utama terletak pada posisi pukulanya saja, tetapi caranya sama. Kalau forehand anda memukul dengan bagian depan tangan (face of the hand). sedangkan backhand anda memukul dengan bagian belakang tangan (back of the hand). Menurut Handono Murti (2002:27) perhatikan perbedaan

backswing antara drive dan topspin. Drive dilakukan sebatas pinggang atau lebih tinggi sedikit, tetapi topspin dilakukan dari posisi lebih ke bawah. Pada drive ini paling baik kalau anda menjemput bola. Artinya, pukul bolanya waktu memantul ke atas (on the rise) atau pukul bolanya saat mencapai puncak pantulan (on the top).

2.1.4.4 Volley

Menurut Magethi B (1990:17), bahwa volley merupakan pemukulan bola sebelum menyentuh net, ada beberapa pukulan voley diantaranya half voley, lob volley, stop volley, volley drive. Voley dilakukan di dekat net, sehingga jarak pemukul dan lawan berada pada posisi yang dekat. Keadaan ini memaksa pemukul beraksi dengan cepat.


(36)

20

kecepatan bola yang keras maka tak ada kesempatan untuk backswing. Bola sebaliknya dipukul di depan badan dan lebih dekat dengan net dibanding pukulan drive, volley dilakukan sebelum bola menyentuh tanah.

Magethi B (1990:17) volley adalah pemukulan bola sebelum bola menyentuh ke tanah. Sedangkan volley drive adalah pukulan yang dilakukan dengan mengayunkan raket jauh ke belakang, kemudian diayunkan ke muka memukul bola dengan daun raket tertutup, untuk memberi topspin pada bola yang dipukul agar tidak out. Pegangan raket dengan grip yang biasa digunakan untuk pukulan groundstroke drive.

Konsep dasar dari gerakan volley adalah mengeblok. Sama dengan

grounstroke, teknik volley juga terdiri dari forehand dan backhand. Grip yang digunakan umumnya continental. Jenis-jenis teknik volley antara lain: volley attack (hit volley), volley counter attack, volley block, touch volley, volley folow through.

2.1.4.5 Approachshot

Handono Murti (2002:30) mengatakan bahwa pukulan approachshot juga bisa disebut pukulan serangan. Karena approachshot biasanya menekankan pada penempatan bola dengan tujuan untuk mempersulit lawan dan diakhiri dengan volley.

Pemain-pemain yang bertipe serve and volley akan banyak melakukan

approachshot ini. Terutama sesudah melakukan return serve. Demikian juga dengan pemain pemain speed and power game. Meskipun demikian pada pemain jenis ke dua tidak selalu diikuti dengan maju ke depan untuk melakukan

volley, tetapi melakukan pukulan menyerang kemudian kembali ke belakang. Pukulan approachshot selalu diikuti dengan gerakan maju ke depat net,


(37)

21

sedangkan pukulan menyerang belum tentu diikuti dengan maju ke depan net. Pukulan menyerang adalah pukulan grounstroke biasa, hanya saja mereka melakukannya dengan tenaga penuh dan kecepatan pukulan on the top. Tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan mengambil bola selanjutnya.

2.1.4.6 Return serve

Return serve menurut Handono Murti (2002:43) adalah pukulan yang sama dengan pukulan groundstroke biasa. Hanya bedanya tekanan yang terjadi pada return service lebih besar. Karena apabila return service gagal, artinya permainan tidak mungkin berlangsung. Kegagalan para pemain, mereka tidak bisa membedakan antara groundstroke dan return service. Mereka pikir, kalau sudah memiliki groundstroke yang baik dapat juga melakukan return serve

dengan baik pula. Mereka lupa bahwa, meskipun tindakannya sama antara

return serve dan groundstroke, tetapi pada retrun serve mereka menghadapi kecepatan bola yang lebih cepat. Karena pada permainan yang melakukan serve

tenaga pukul yang dilontarkan jauh lebih besar dari ada pemain yang melakukan pukulan groundstroke biasa. Pemain tenis sebenarnya diawali oleh dua macam pukulan. Yang pertama return, bagi pemain yang memulai permainan dan return serve bagi yang mengembalikan pukulan.

2.1.4.7 Dropshot

Salah satu senjata yang saling berguna setelah melakukan rally-rally

panjang dalam permainan tenis adalah dropshot. Meskipun jenis pukulan ini baik, tetapi jangan terlalu sering dilakukan. Karena jika pelaksanaanya tidak sempurna akan berakibat fatal. Handono Murti (2002:45) dropshot yang baik adalah jika pantulan bolanya tidak tinggi dan jatuhnya didaerah servis tidak terlalu jauh dari net.


(38)

22

Pukulan backhand drive merupakan pukulan yang paling lemah. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, seperti dikemukakan oleh B Yudiprasetio (1981:80-84) bahwa sebab-sebab hasil backhand tidak memuaskan diantaranya yaitu : (1) bahu kanan tidak terarah ke jaring, (2) badan tidak diputar kekiri sebelum backswing dimulai, dan tidak diputar lagi ke kanan pada saat melakukan

forward swing, (3) bola tidak di samping pelajar, sehingga forward swing tidak dapat dipaksakan sebagai mana mestinya, (4) kaki kanan tidak dimuka, (5)

backswing dimulai terlambat, sehingga pukulan dilakukan dengan tergesa-gesa, (6) pelaksanaan forward swing tidak dimulai dengan memutar bahu kanan, namun dengan mengayunkan lengan saja, (7) follow through tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, namun merupakan lanjutan dari forward swing.

Berdasarkan uraian di atas mengenai masih lemahnya pukulan backhand drive dibandingkan pukulan yang lain, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai metode latihan yang dapat meningkatkan penguasaan teknik

backhand drive yaitu dengan metode bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhan drive.

2.1.5 Macam-macam Pukulan Tenis

Menurut B Yudoprasetio (1981:43) menyatakan bahwa : “pukulan -pukulan dalam permainan tenis digolongkan dalam tiga golongan, yakni : groundstroke, volley’s dan overhead stroke. Yang tergolong dalam grounstroke

adalah drive, lob, drop, shot, dan half volley. Half volley berarti setengah volley. Demkikian bola tidak didrive dan tidak divolley. Bola jatuh dilapangan dan pada saat bola memantul, bola diayunkan kembali. Karena bola sudah menyentuh tanah (lapangan), maka half volley tergolong dalam groundstroke juga. Tergolong


(39)

23

dalam volley adalah volley biasa, drop volley, volley drive, dan lob volley. Groundstroke dan volley dapat dilakukan baik dengan forehand maupun

backhand. Tergolong dalam overhead stroke adalah serve dan smash.

Overhead stroke adalah pukulan dalam permainan tenis yang dilakukan dengan cara perkenaan bola terhadap raket berada di atas kepala. Pukulan

overhead stroke terdiri dari dua bentuk pukulan yaitu serve dan smash. Smash

adalah pukulan yang dilakukan terhadap bola yang posisinya agak tinggi di atas kepala (B Yudoprasetio, 1981:113). Smash menurut Magethi B (1990:35) pukulan smash sering dianggap sebagi tembakan serangan yang paling banyak dilakukan dalam tenis. Konsep dasar dari gerakan smash adalah melempar atau (throwing) sama dengan teknik service. Perbedaan terletak pada datangnya bola, kalau service diumpan sendiri, tetapi kalau smash bola berasal dari lawan. Pada umumnya menggunakan flat service tetapi ada juga yang melakukan smash

menggunakan cara seperti slice service.

Magethi B (1990:79), lob merupakan pukulan lamban. Konsep dasar dari gerakan lob adalah mengangkat (pull-up). Lob merupakan salah satu teknik untuk menyerang dan menyelamatkan posisi tenis. Dalam lintasan bola pada teknik lob juga dapat dengan cara topspin, jadi tidak sekedar mengangkat bola saja. Drive yang dilakukan terhadap bola di samping kiri pemain disebut

backhand drive. Menurut Handono Murti (2002:27) pukulan backhand drive

dilakukan hanya sebatas pinggang atau lebih tinggi sedikit, pada drive ini paling baik kalau anda menjemput bola. Artinya, pukul bolanya waktu memantul ke atas atau (on the rise) atau pukul bolanya pada saat mencapai puncak pantulan (on the top).


(40)

24

Gambar 2.1 Pukulan Backhand drive sumber: Handono Murti 2002,26

Pukulan backhand drive dilakukan dari sisi kiri pemain yang menggunakan tangan kanan pemain atau dari sisi kanan pemain yang menggunakan tangan kiri (kidal) untuk memuklul bola. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa backhand drive adalah suatu pukulan dalam permainan tenis lapangan yang dilakukan dalam suatu swing atau ayunan ke samping kiri secara penuh, kemudian dengan raket diayunkan ke samping badan lalu diayunkan ke depan untuk memukul bola secara datar di atas net setelah memantul sekali dilapangan. Ayunan raket saat pukulan backhand drive

yang baik diperlukan teknik-teknik pukulan yang benar dari cara berdiri, ayunan ke belakang, ayunan depan, saat pukulan, dan gerakan lanjutan. Setiap tahap sama pentingnya untuk memperoleh pukulan keras dan berirama. Pukulan dari awal sampai akhir harus lancar dan merupakan kordinasi dari gerak kaki, gerak badan, dan gerak tangan. Disebut kordinasi karna sulit untuk memukul tanpa


(41)

25

gerak kaki yang baik, sedangkan pukulan yang dilakukan dengan tangan saja akan kekurangan tenaga dan kekuatan sebenarnya.

2.1.6 Jenis Pukulan Backhand

Sama halnya dengan forehand, setiap pemain harus memiliki backhand

yang solid dan baik. Perbedaan utamanya terletak pada posisi pukulnya saja, tetapi caranya sama. Kalau forehand anda memukulnya dengan bagian depan tangan (fore of the hand), sedangkan backhand anda memukul dengan bagian belakang tangan (back of the hand).

Menurut Handono Murti (2002:25) pukulan backhand pada permainan tenis lapangan dibedakan menjadi 4 pukulan yaitu : 1) backhand topspin, 2)

backhand drive, 3) backhand slice, 4) two handed backhand (atau backhand 2 tangan).

2.1.7 Backhand Drive

Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan mengayunkan raket lewat depan badan, ke belakang, selanjutnya diayunkan ke depan untuk bertubukan dengan bola (Magethi B, 1999:12).


(42)

26

Gambar 2.2 Pelaksanaan backhand drive Sumber: Jim Brown 2001:35

Sedangkan drive adalah jenis pukulan, biasanya pukulan dari belakang lapangan, setelah bola memantul (Magethi B, 1999:13).

Kesimpulannya, bahwa backhand drive adalah pukulan yang dipukul dengan cara melewati depan badan yang dilakukan atau dipukul dari belakang lapangan setelah bola memantul.

2.1.8 Teknik Dasar Pegangan Backhand

Pegangan backhand dengan satu tangan (single handed), menurut Magethi B (1990:42), secara umum ada tiga macam pegangan standar yang biasa digunakan pemain tenis lapangan. Ketiga jenis pegangan itu yaitu: 1) pegangan eastern, 2) pegangan western, 3) pegangan continental.

Gambar 2.3 pegangan eastern backhand

Sumber: Jim Brown 2001:33

Menurut Brown J (2001:33) anda dapat memegang raket untuk pukulan


(43)

27

adalah backhand eastern. Dengan cara ini, pada orang yg tidak kidal pergelangan harus berada agak kekiri dari bagian atas pegangan raket (menangkup raket, dengan tepinya tegak lurus terhadap lapangan) pada orang kidal pergelangan harus berada agak ke kanan dari bagian atas.

Gambar 2.4 pegangan continenlat backhand Sumber: Jim brown 2001:34

Pemain-pemain dengan lengan bawah yang kuat mungkin ingin menggunakan cara memegang continental. Disini pergelangan di bagian atas pegangan raket. Ibu jari anda harus lebih membantu dari belakang sebab pergelangan tidak berada dibelakang raket. Kerugiannya adalah dari beberapa pemain tidak akan merasa nyaman dalam memukul dengan cara ini karena


(44)

28

Gambar 2.5 pegangan backhand dua tangan

Sumber: Jim Brown 2001:34

Sedangkang untuk pegangan backhand dua tangan (two handed) menurut Magethi B (1990:49), pada dasarnya backhand dua tangan dapat membantu pemain untuk meletakan berat badan tubuhnya pada tembakan, tapi untuk mendapatkan posisi ideal untuk memukul diperlukan gerakan yang cepat dan baik. Pemain dengan dua tangan sering membutuhkan kecepatan kaki yang lebih tinggi untuk membuat pukulannya menjadi senjata mematikan.

2.1.9 Teknik Pukulan Backhand Drive

Latihan penguasaan teknik dasar sangat penting untuk mengembangkan permainan tenis, karena dengan penguasaan teknik yang baik dan benar dapat

meningkatkan kemampuan bermain tenis seara optimal.

2.1.9.1 Posisi siap (ready posisi)

Posisi siap adalah siap menanti pada waktu menerima serve maupun mengembalikan bola dari lawan untuk bermain. Posisi berdiri untuk melakukan


(45)

29

pukulan backhand drive biasanya dilakukan disekitar garis belakang atau

baseline.

Demi berhasilnya kelangsungan pukulan backhand drive posisi siap ini perlu diperhatikan oleh setiap pemain. Dengan mulai dari posisi siap selagi menanti bola dan kembali lagi ke posisi siap akan memberikan kesempatan kepada setiap pemukulan yang dilancarkan dengan baik. Sikap siap harus selalu dilakukan oleh petenis waktu menyongsong bola yang akan datang dan juga harus dilakukan setelah pemain selesai memukul bola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.6 Sikap siap (ready position) Sumber: elearning.unesa.ac.id


(46)

30

2.1.9.2 Backswing

Pemain bukan kidal, tangan kiri menarik raket ke belakang, lengan kanan diluruskan, badan diputar ke kiri sehingga pemain menghadap pagar samping kiri, sehingga badan memutar kekiri dan badan akan memperoleh posisi tegak lurus terhadap jaring, berat badan bertumpu pada kaki kiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Backswing melakukan backhand drive

Sumber: Jim Brown 2001:35

2.1.9.3 Forward swing

Kaki kanan dilangkahkan ke muka, sehingga ujung sepatu menunjuk garis samping sebelah kiri, dan bahu kanan terarah tegak lurus terhadap jaring. Langkahkan kaki kanan ke muka harus segera disusul dengan ayunan raket ke muka. Ayunan lengan ke muka dimulai dengan memutar bahu kanan, untuk meringankan ayunan lengan, lengan yang diayunkan harus tetap lurus, yang


(47)

31

menyapu bola harus lengan seluruhnya (bagian atas dan bagian bawah) beserta raketnya, bukan lengan bagian bawah saja. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.8 Forwardswing melakukan backhand drive

Sumber: Jim Brown 2001:35

2.1.9.4 Gerak lanjutan

Gerak lanjutan merupakan gerakan setelah melakukan pukulan

backhand. Gerakan ini harus dilakukan dengan lengan lurus, daun raket tetap tegak lurus terhadap lapangan, berakhir dengan tangan kanan kira-kira setinggi bahu kanan, dan badan menghadap jaring pada akhir followthrough. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :


(48)

32

Gambar 2.9 Follow through melakukan backhand drive

Sumber: Jim Brown 2001:35

2.1.9.5 Gerakan kaki (foot work)

Pemain harus bergerak ke kiri. Setelah diperoleh jarak yang tepat, selanjutnya kaki kiri ditarik ke belakang atau kaki kanan ditarik ke depan, tergantung posisi yang dianggap sesuai, setelah itu bola disapu pada posisi yang tepat yaitu pada saat bola berada diantara lutut dan pinggang (B. Yudoprasetio, 1981:78) lihat gambar berikut :

Gambar 2.10 Rangkaian pelaksanaan pukulan backhand drive


(49)

33

Saat ini terdapat dua jenis pukulan backhand yang populer digunakan, yaitu: backhand menggunakan satu tangan dan backhand menggunakan dua tangan. Masing-masing pukulan memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, saat ini pukulan backhand dua tangan lebih banyak dipakai oleh pemain pro karena efektivitasnya. Saya akan coba membahas kedua teknik pukulan ini satu per satu.

2.1.9.6 Backhand satu tangan

Terdapat beberapa keuntungan dalam memakai backhand satu tangan. Pertama, anda memperoleh keuntungan dari jangkauannya yang panjang sehingga bola-bola yang melebar dapat ditangani dengan lebih mudah. Kedua lebih mudah untuk melakukan voli dari grip satu tangan dan umumnya pemain yang memiliki backhand satu tangan lebih jago dalam memukul voli dari pada pemain yang memiliki backhand dua tangan. Terdapat 2 jenis grip yang dapat anda pakai dalam melakukan backhand dua tangan, yaitu eastern dan full-eastern (western) grip. anda dapat melihat detailnya disini :

Tahap-tahap gerakan backhand satu tangan adalah sbb:

Dari posisi bersiap, anda bergerak ke arah bola datang dan telah menentukan zona pukulan serta grip yang akan anda pakai. Zona pukulan untuk pukulan backhand satu tangan yang baik adalah agak di depan badan anda.


(50)

34

Gambar 2.11 Posisi Siap Backhand Satu tangan Sumber: http://prasso.wordpress.com

Raket diayunkan ke belakang beserta bahu dan punggung anda. Stance

yang dipakai dalam backhand satu tangan umumnya adalah closed stance

dimana posisi badan tegak lurus terhadap net atau garis baseline.

Gambar 2.12 BackswingBackhand Satu Tangan

Sumber: http://prasso.wordpress.com

Raket diayunkan ke depan menuju titik kontak dengan bola dan usahakan kontak berada pada sweet spot dari raket. Ingat, titik kontak sebaiknya berada agak di depan badan dan bukan di samping.


(51)

35

Gambar 2.13 Perkenaan Raket Pada Bola Backhand Satu tangan

Sumber:

http://prasso.wordpress.com

Kemudian ayunan diteruskan untuk melakukan tahap follow through kira-kira ke arah jam 2 badan anda.

Gambar 2.14 Posisi Awal Backhand Satu Tangan

Sumber: http://prasso.wordpress.com

2.1.9.7 Backhand dua tangan

Backhand ini merupakan yang paling populer digunakan oleh pemain tenis saat ini. Keuntungan dari grip ini adalah ayunannya yang efisien dan tenaga ekstra yang dihasilkannya karena menggunakan dua tangan. Namun, kekurangannya terutama dalam menghadapi bola-bola yang melebar dikarenakan tumpuan ayunan yang menggunakan 2 bahu. Grip yang dipakai dalam melakukan pukulan ini adalah tangan kanan berada pada ujung gagang


(52)

36

raket dengan grip continental dan tangan kiri berada di atasnya dengan grip semi-western. Untuk selengkapnya dapat anda baca disini. Tahapan untuk melakukan backhand dua tangan adalah sbb:

Dari posisi bersiap, anda bergerak ke arah bola datang dan telah menentukan zona pukulan serta grip yang akan anda pakai. Zona pukulan untuk pukulan backhand dua tangan yang baik adalah di samping badan anda disekitar daerah pinggang.

Gambar 2.15 Posisi Persiapan BackswingBackhand dua tangan

Sumber: http://prasso.wordpress.com

Raket diayunkan ke belakang pada posisi kira-kira sejajar pinggang anda.

Stance yang dipakai dalam backhand dua tangan umumnya closed stance,

namun dapat pula dilakukan dengan open stance.


(53)

37

Gambar 2.16 Backswing Penuh Backhand Dua Tangan

Sumber: http://prasso.wordpress.com

Raket diayunkan ke depan menuju titik kontak dengan bola dan usahakan kontak berada pada sweetspot dari raket. Dalam ayunan ke depan ini, tangan kiri memegang peran yang dominan sedangkan tangan kanan sebagai penyeimbang dan pengarah bola.

Gambar 2.17 Perkenaan Bola Dengan Raket Backhand Dua Tangan

Sumber : http://prasso.wordpress.com

Kemudian ayunan diteruskan ke samping badan anda hingga raket ke arah punggung untuk melakukan tahap follow through.


(54)

38

Gambar 2.18 Posisi Awal Persiapan BackswingBackhand Dua tangan

Sumber: http://prasso.wordpress.com

Bagi pemula yang mungkin pernah bermain bulutangkis atau tenis meja, cenderung agak janggal ketika berlatih tenis terutama untuk pukulan backhand

dua tangan karena pukulan ini menggunakan tangan yang non dominan sebagai utamanya sedangkan tangan dominan sebagai penyeimbang dan pengarah bola. Untuk melatihnya anda bisa mencoba berlatih memukul forehand memakai tangan non-dominan anda. Apabila anda telah dapat memukul dengan baik dan konsisten, barulah mencoba untuk memukul dengan 2 tangan.

2.1.10 Pengertian Latihan

Menurut Harsono (1988) dalam Rubianto Hadi (2007:55) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau pekerjaan. Selain penambahan beban latihan, frekuensi latihan juga harus diperhatikan untuk meningkatkan prestasi atlet. Frekuensi latihan yang baik dilakukan tiga kali dalam seminggu agar atlet tidak mengalami kelelahan.

Petenis yang baik adalah petenis yang mampu menguasai teknik dasar. Untuk dapat menguasai teknik dasar tenis dengan baik petenis perlu melakukan


(55)

39

latihan setidaknya tiga kali dalam seminggu. Dalam hal ini teknik dasar yang dibahas adalah pukulan backhand drive. Terdapat beberapa macam metode latihan untuk dapat menguasai teknik dasar pukulan backhand drive, dalam penelitian ini menggunakan metode latihan jarak dua tahap dan tiga tahap.

2.1.11 Metode Latihan Backhand Drive

2.1.11.1 Metode sasaran bertahap ke belakang

Maksud dari latihan sasaran bertahap ke belakang adalah suatu proses latihan dimana petenis melakukan pukulan backhand drive mulai dari garis

baseline kemudian mengarahkan bola kesasaran yang sudah ditata lurus kedepan tersebut. latihan yang diterapkan ini untuk meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive.

Gambar 2.19 Metode latihan sasaran bertahap ke belakang Sumber: variasi pukulan pelatih tenis klub Solo Raya


(56)

40

Keterangan :

: Laju bola

: Sasaran

: Pengumpan

: Atlet

2.1.11.2 Metode Sasaran bertahap ke samping

Latihan backhand drive dengan menggunakan metode sasaran bertahap ke samping merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive. Jones. C.M dan Buxton. A (2009:31) mengatakan bahwa berdirilah dimana saja selama merasa nyaman akan dapat memukul bola secara diagonal ke seberang net. Tempat ini biasanya hanya 2 atau 3 yard dari net atau dekat garis service. Maksud dari latihan sasaran bertahap ke samping adalah suatu proses latihan dimana petenis melakukan pukulan backhand drive mulai dari garis baseline kemudian mengarahkan bola kesasaran yang sudah ditata lurus ke samping. latihan yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive.


(57)

41

Gambar 2.20 Metode Latihan Sasaran bertahap Kesamping Sumber: variasi pukulan dari pelatih tenis klub Solo Raya

Keterangan :

: Laju bola

: Sasaran

: Pengumpan

: Atlet

2.2 Kerangka Berfikir

Kedua latihan tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh yang lebih baik antara latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping maka perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :


(58)

42

Latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap belakang terhadap kemampuan melakukan backhand drive mempunyai tujuan yaitu memukul bola dengan tepat dan keras setelah bola dilempar oleh pengumpan ke daerah baseline dan harus menjurus pada sasaran yang sudah ditentukan. Agar tujuan bisa tercapai, dalam latihan ini membutuhkan konsentrasi penuh karena bola yang diumpan ke daerah baseline harus dipukul menuju sasaran yang sudah ditentukan. Setiap pemain harus membutuhkan konsentrasi yang ekstra dalam mengambil posisi dan dalam memukul bola.

Kelemahan dalam latihan ini yaitu dengan bola yang diumpan oleh pengumpan ke daerah baseline kemudian pemain memukul ke arah sasaran yg sudah ditentukan yaitu sasaran bertahap ke belakang sehingga dengan mudah pemain memukul bola dan mengarahkan ke sasaran yang sudah ditentukan. Namun demikian, dapat menimbulkan kecerobohan dalam memukul, selalu terburu – buru dan terlalu nafsu dalam memukul dan akhirnya pukulan kurang begitu terarah dan benar secara teknik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga ada perbedaan yang signifikan latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang terhadap kemampuan melakukan backhand drive.

2.2.2 Latihan Backhand Drive Metode Sasaran Bertahap ke Samping

Latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive mempunyai tujuan yaitu memukul bola dengan tepat dan keras setelah bola diumpan oleh pengumpan ke daerah baseline. Kemudian pemain memukul bola tersebut dengan tujuan sasaran ke samping yg terletak didaerah baseline. Agar tujuan itu bisa tercapai,


(59)

43

dalam latihan ini membutuhkan konsentrasi penuh, serta langkah kaki yang tepat karena arah bola menuju sasaran ditentukan oleh langkah kaki atau penempatan kaki yang tepat. Salah langkah kaki atau penempatan kaki saja dapat mempengaruhi arah bola menuju sasaran.

Kelemahan dalam latihan ini yaitu bola lebih sulit dikuasai, kurangnya konsentrasi dan teknik yg tidak selalu bagus atau sempurna. Pemain mengalami kesulitan dalam mengarahkan bola sesuai dengan sasaran bertahap samping karena kurangnya penempatan kaki yang tepat. Hal ini dapat menimbulkan pukulan kurang begitu terarah dan benar secara teknik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga ada pengaruh yang signifikan latihan backhand drive dengan bertahap samping terhadap kemampuan penempatan backhand drive.

2.2.3 Latihan Backhand Drive dengan Metode Sasaran Bertahap ke Belakang dan Bertahap ke Samping

Latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping mempunyai tujuan yaitu memukul bola dengan tepat dan keras setelah bola dilempar oleh pengumpan ke daerah baseline

kemdian dipukul oleh pemain yang harus menjurus pada sasaran. Agar tujuan ini bisa tercapai, dalam latihan ini membutuhkan konsentrasi penuh, kecepatan, dan kordinasi indra penglihatan yang bagus. Setiap pemain membutuhkan kecepatan tangan, kaki, ketepatan pukulan untuk mengarahkan bola ke sasaran, dan mengambil posisi untuk memukul bola.


(60)

44

Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga ada perbedaan yang signifikan antara latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan kerangka berfikir tentang metode latihan sasaran ke belakang dan ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.3.1 Ada perbedaan hasil latihan backhand drive dengan menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dengan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan pukulan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014.

2.3.2 Latihan backhand drive menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang lebih baik dari pada latihan menggunakan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan pukulan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014.


(61)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2010:203). Sebab dalam penelitian ilmiah harus digunakan suatu metode penelitian yang mengarah pada tujuan penelitian, sehingga penelitian memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian, berbobot atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada pertanggung jawaban metodologi penelitian.

Menurut Sutrisno Hadi (1987:4) “Metodologi penelitian yang seperti kita kenal sekarang memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya adalah untuk menjaga agar penelitian yang dicapai dari suatu penelitian memilik harga ilmiah yang setinggi-tingginya. Penelitian secara eksperimen yaitu suatu cara mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Suharsimi Arikunto, 2010:09). Dalam bab ini yang akan dibahas adalah hal-hal sebagi berikut:


(62)

46

Sebelum melaksanakan penelitian, maka perlu adanya suatu rancangan penelitian. Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan pre-tes

and post-test group design. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-tes) dan sesudah eksperimen (post-test).

Tabel 3.1 Rencana Penelitian

NO Variabel Tes awal Perlakuan Tes akhir

1 Metode bertahap

belakang 0¹ X 0²

2 Metode bertahap ke

samping 0¹ X 0²

Sumber : (Suharsimi Arikunto,2010:124) Keterangan:

0¹ : Tes awal (pre-test) X : Perlakuan

0² : Tes akhir (post-test)

Observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut

pre-test, dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen disebut post-test. Perbedaan antara dan yakni - diasumsikan merupakan efek dari

treatment atau eksperimen (Suharsimi Arikunto, 1996:85).

Metode penelitian mencakup prosedur dan instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu cara mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau


(63)

47

mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Suharsimi Arikunto, 2010:09).

Pre-test dan post-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan dalam melakukan pukulan backhand drive. Sedangkan treatment atau perlakuan yang diberikan adalah latihan backhand drive dimana untuk kelompok eksperimen diberi metode latihan bertahap ke belakang, sedangkan untuk kelompok kontrol diberi perlakuan dengan metode bertahap ke samping.

Peneliti menggunakan metode eksperimen untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik eksperimen adalah metode yang memberikan dan menggunakan suatu gejala yang disebut latihan atau percobaan. Dengan adanya latihan tersebut akan terlihat adanya hubungan sebab akibat sebagai pengaruh dari pelaksanaan latihan. Menurut Sutrisno Hadi (1987:89) “Salah satu tugas yang penting dalam research ilmiah adalah penetapan ada tidaknya hubungan sebab akibat antara fenomena-fenomena dan membuat hukum-hukum tentang hubungan sebab akibat. Metode eksperimen adalah metode yang paling jitu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat”

Desain atau pola yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Matched Subject Desigh atau pola M-S, dengan pengertian: “Matched Subject Desigh”,

yaitu eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol yang sudah disamakan subjek demi subjek sebelum eksperimen dilaksanakan. Yang disamakan adalah satu variabel atau lebih yang telah diketahui pengaruh terhadap hasil eksperimen yaitu variabel diluar atau faktor yang dieksperimenkan (Sutrisno Hadi, 2004:278). menyamakan atau menyeimbangkan kedua grup tersebut dengan cara


(64)

48

sama dengan tes awal kemudian dipasangkan dengan rumus A-B-B-A, maka terbentuk 2 kelompok, kedua kelompok tersebut mempunyai tingkat kemampuan yang seimbang. Hal ini dapat dilihat dari mean dari kedua kelompok tersebut yang sama atau hampir sama.

Kedua kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan seimbang diundi. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama pada kedua kelompok untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga subjektifitas diri peneliti tidak akan masuk didalamnya. Sehingga akan dapat ditentukan kelompok mana yang menjadi kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987:89). Sedangkan menurut suharsimi arikunto (2002:96), variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi suatu titik penelitian. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diselidiki, yaitu :

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, beban atau independent (Suharsimi Arikunto 1993:93). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang tergantung atau variabel akibat. Adapun yang menjadi varibel terikat disini adalah kemampuan melakukan


(65)

49

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Menurut Sutrisno Hadi (1987:220) Populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi dengan sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:173). Populasi dalam penelitian ini adalah petenis pada klub Smart Semarang tahun 2014 yang berjumlah 12 orang dengan 10 orang putra dan 2 orang putri. Sifat dan karakteristik dari populasi 1) populasi adalah pemain tenis pada klub Smart Semarang tahun 2014, 2) Menguasai teknik dasar tenis lapangan, 3) Mendapatkan latihan dari pelatih berpengalaman. Dengan demikian maka petenis pada klub Smart Semarang tahun 2014 yang berjumlah 12 orang sudah memenuhi syarat populasi.

Menurut Sutrisno Hadi (1987:219), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Untuk penentuan jumlah sampel berpedoman pada yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:102) bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan dengan keadaan subjek didalam populasi yang benar-benar homogen artinya mempunyai sifat sama untuk diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampel. Yang dimaksud adalah teknik


(66)

50

sampling gabungan antara purposive sampling dan random sapling. Purposive sampling adalah sampel berdasarkan maksud dan tujuan. Sedangkan random sampling adalah pembagian kelompok kontrol variabel dan eksperimen didasarkan acak atau random. Sampel yang digunakan adalah atlet tenis lapangan klup Smart Semarang tahun 2014, yang jumlahnya 10 orang putra.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2010:203) adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah : 3.4.1 Tes Backhand Drive

Dalam penelitian ini adalah The Hawit’s Tennis Achievement Test. Tes pukulan drive dari Hewitt ini dirancang untuk digunakan sebagai alat pengelompokan dan penentuan tingkat. Tes ini mempunyai koevisien validitas 0,63 dan reabilitas 0,75. Liat gambar dibawah ini.


(67)

51

1,37m 1,37m 1,37m 1,37m

Gambar 3.1 Instrumen test Backhand Drive

Sumber: The Hawwit’s Tennis Achievement Test Keterangan:

: Atlet

: Pengumpan

: Sasaran

: Garis pembatas sasaran

: Garis pembatas atas laju bola

Pelaksanaan tes penempatan backhand drive : pemain mengembalikan bola dengan backhand drive sehingga bola melewati di atas net. Pada masing-masing tiang net tali diikatkan setinggi 7 kaki sehingga berada 7 kaki di atas

5 4 3 2 1


(68)

52

permukaan lapangan dan sejajar dengan bagian atas dari net. Pemain berdiri pada garis baseline (garis belakang) dan center service mark. Pengumpan berada di tengah dekat net. pengumpan memukul bola tenis ke pemain sebanyak 3 bola sebagai pukulan percobaan tepat di seberang daerah service pemain bergerak pada posisi yang benar untuk melakukan backhand drive memukul bola melewati net dan di bawah tali ke dalam daerah lapangan untuk memperoleh angka sebanyak mungkin. Pemain memilih 10 bola untuk dikembalikan dengan

backhand drive. Bola-bola yang dipukul melewati atas tali dan masuk kedalam daerah sasaran penilaian, maka nilainya setengah dari nilai umum. Semua bola yang menyentuh net dan tali diulang. Nilai pemain adalah jumlah dari nilai yang diperoleh dari 10 pukulan backhanddrive yang dilakukannya. Jika bola jatuh dan menyentuh tali diantara angka sasaran maka nilai yang diperoleh adalah nilai tertinggi dari antara angka sasaran tersebut.

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Tahap Persiapan

Beberapa tahap persiapan panitia melakukan pengambilan data antara lain:

3.5.1.1 Persiapan Pengambilan Sampel

Sebelum mendapatkan sampel, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah pemain/atlet, waktu, dan jadwal. Peneliti menggunakan surat ijin penelitian sebagai syarat mengadakan penelitian.

3.5.1.2 Alat–alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian


(69)

53

Lapangan yang digunakan adalah lapangan tenis yang memenuhi standar yaitu masih baik, cepat kering, menjamin keamanan pemain dan sesuai dengan standar ukuran baku serta memenuhi bagi pelaksanaan penelitian. Jumlah lapangan minimal dua buah. Untuk penelitian ini digunakan lapangan A dan B yang terletak di lapangan klub tennis Smart jatidiri semarang.

3.5.1.2.2 Bola tenis

Penelitian ini menggunakan bola tenis sebanyak 50 buah bola untuk pelaksanaan tes awal dan tes akhir. Sedangkan untuk perlakuan dalam latihan disediakan bola yang sudah dipakai untuk bertanding dan masih layak digunakan dalam penelitian.

3.5.1.2.3 Raket tenis

Raket tenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah raket tenis milik masing-masing sampel yang merupakan para atlet pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014.

3.5.1.2.4 Meteran

Disediakan meteran 10meter yang digunakan untuk mengukur garis-garis di lapangan.

3.5.1.2.5 Rafia

Rafia digunakan untuk membatasi tinggi bola yang melambung antara net dan tali yang terbentang di atas net dengan ukuran tertentu.

3.5.1.2.6 Isolasi/lakban

Isolasi/lakban digunakan untuk membuat garis batas nilai atau membuat jarak antara daerah nilai yang satu dengan yang lainnya.


(70)

54

Keranjang bola digunakan sebagai tempat bola yang diletakkan di samping pengumpan.

3.5.1.2.8 Daftar presensi dan format penilaian

Daftar presensi digunakan untuk mendata nama sampel yang akan diteliti. sedangkan format penelitian digunakan untuk mencatat hasil dari tes selama penelitian.

3.6Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat terlaksana sesuai dengan program, maka diupayakan untuk memperkecil berbagai kendala yang dapat mempengaruhi penelitian. Faktor yang dapat mempengaruhi penelitian dicari jalan keluarnya, sehingga pengaruhnya dapat dihilangkan atau diminimalisasi, adapun faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

3.6.1 Faktor kesungguhan hati

Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dalam melakukan suatu tugas dari pelatih memiliki tingkat kesungguhan hati yang berbeda, hal tersebut dikhawatirkan mempengaruhi hasil suatu penelitian. Untuk menghindari hal tersebut peneliti bekerja sama dengan pelatih klub tenis Smart Semarang, berusaha memberikan pengawasan, kontrol dan motivasi kepada sampel agar pelaksanaan latihan dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya motivasi serta dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal.


(1)

105

Lampiran 25

DOKUMEN PENELITIAN


(2)

106

Alat Penelitian


(3)

107

Pengarahan Sebelum Tes Backhand Drive


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE TENIS MENGGUNAKAN FIXED TARGET DAN MOVING TARGET TERHADAP KEMAMPUAN BACKHAND DRIVE

0 11 94

PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE BALL SENSE APLLICATION DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PEMULA KLUB TENIS

0 2 95

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BACKHAND DRIVE MELALUI METODE PEMBERIAN GROUNDSTROKES BACKHAND KE DINDING PADA ATLET PUTRI SEKOLAH TENIS PROGRES UNIMED TAHUN 2012.

0 5 21

Perbedaan Latihan Forehand Drive Menggunakan Sasaran Menjauh dan Menyamping Sasaran Terhadap Kemampuan Forehand Drive pada Petenis Umur 14-16 Tahun Walet Tenis Klub Kabupaten Kebumen Tahun 2012.

0 0 97

Pengaruh Latihan Forehand Drive Dengan Metode Three Ball Groundstroke dan Forehand Only Terhadap Kemampuan Forehand Drive Pada Pemain Tenis Klub Phapros Semarang Tahun 2012.

0 0 99

(ABSTRAK) PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE BALL SENSE APLLICATION DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PEMULA KLUB TENIS YUNIOR BLORA TAHUN 2010.

0 0 2

(ABSTRAK) PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE HIGH VARIABILITY DRILLS DAN LOW VARIABILITY DRILLS TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PUTRA KLUB TENIS PHAPROS SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 2

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE HIGH VARIABILITY DRILLS DAN LOW VARIABILITY DRILLS TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PUTRA KLUB TENIS PHAPROS SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 66

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE HIGH VARIABILITY DRILLS DAN LOW VARIABILITY DRILLS TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PUTRA KLUB TENIS PHAPROS SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 66

PENGEMBANGAN BASE-NET UNTUK SARANA LATIHAN PUKULAN FOREHAND DRIVE DAN BACKHAND DRIVE PADA PEMAIN TENIS KLUB PHAPROS SEMARANG -

0 1 31