risiko dan ketidakpastian agar dapat menjelaskan teori dengan lebih mudah. Ekonomi mikro tidak memperhitungkan risiko dari setiap proyek yang diambil
oleh perusahaan berkenaan dengan ketidakpastian di masa yang akan datang. Permasalahan lain adalah kealpaan dalam memperhitungkan lamanya waktu
pengembalian proyek. Menurut Keown, et al., 2011:5, jika kita hanya mementingkan keuntungan saat ini, maka secara tidak semestinya kita sudah
mengabaikan keuntungan di masa mendatang. Melihat masalah-masalah yang timbul, maka seharusnya tujuan
perusahaan bukan untuk memaksimisasi keuntungan, melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham maximization wealth of
stockholders melalui maksimisasi nilai perusahaan Sartono, 2010:8. Nilai
perusahaan yang maksimal tidak mungkin dapat diperoleh jika manajemen mengabaikan kepentingan-kepentingan stakeholders, seperti karyawan,
kreditur, pemasok, pemerintah, masyarakat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dipandang
sebagai tujuan akhir yang harus dicapai oleh manajer keuangan perusahaan Sartono, 2010:9.
2.1.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari investasi yang dilakukan
pemegang saham atas perusahaan pada saat ini Brealey, et al., 2008:11.
Untuk mencapainya, perusahaan harus bekerja untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan Brigham dan Houston, 2010:7. Karena itu, apabila
perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, maka akan ada
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi
semakin besar Sartono, 2010:9.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan price to book value PBV untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan Sukirni, 2012. PBV dapat diukur dengan membandingkan harga pasar persaham dengan nilai buku persaham. Idealnya,
harga pasar saham jika dibagi dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama
jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan Tandelilin, 2010:323.
2.1.3 Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah keputusan untuk berinvestasi dalam aset berwujud maupun tak berwujud. Keputusan investasi dimulai dengan
identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi modal. Karena itu, keputusan investasi dapat juga disebut sebagai keputusan
penganggaran modal karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan Brealey et
al. , 2008:4.
Pada pasar yang kompetitif, sangat sulit bagi suatu bisnis untuk dapat menemukan proyek-proyek yang menguntungkan karena begitu banyak
pesaing yang juga mengincar proyek yang sama. Tanpa adanya proyek dan gagasan baru, perusahaan tidak dapat tumbuh atau bahkan bertahan hidup
untuk waktu yang lama, karena itu perusahaan terpaksa mendatangkan laba
Universitas Sumatera Utara
dari proyek yang ada dengan masa operasional yang terbatas Keown et al., 2011:302.
2.1.4 Investment Opprotunity Set IOS
Set peluang investasi atau investment opportunity set IOS adalah serangkaian alternatif investasi dengan tingkat risiko dan pengembalian yang
berbeda-beda. Alternatif investasi tersebut kemudian diperingkatkan dari investasi terbaik ke investasi terburuk kemudian dipilih alternatif investasi
yang paling menguntungkan Sundjaja dan Barlian, 2002:78.
Kesempatan investasi adalah suatu variabel yang tidak dapat diobservasi secara langsung, Karena itu, kesempatan investasi dapat diukur dengan
menggunakan proksi-proksi yang dinilai dapat menggambarkan kesempatan investasi yang dimiliki suatu perusahaan. Proksi yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut Adam dan Goyal, 2007: 1.
The Market-to-Book Assets Ratio MBA ratio The Market-to-Book Assets Ratio
MBA ratio adalah proksi yang paling umum digunakan untuk mengukur kesempatan investasi. Nilai buku aset
adalah proksi untuk mengukur aset yang ditempatkan, sementara nilai pasar aset adalah proksi yang digunakan untuk mengukur baik aset yang ditempatkan
maupun kesempatan investasi. Semakin tinggi MBA ratio, maka kesempatan investasi perusahaan atas aset yang ditempatkan juga semakin besar.
MBA ratio secara teori memang dapat menggambarkan kesempatan investasi, namun proksi ini memiliki kelemahan, misalnya dalam perhitungan
MBA ratio dibutuhkan data-data yang sulit untuk diobservasi, misalnya nilai
Universitas Sumatera Utara
buku aset ketika nilainya tidak sama dengan nilai penggantian aset. Selain itu, MBA ratio banyak digunakan sebagai proksi untuk mengukur variabel lain,
misalnya kinerja perusahaan, intangibles, kualitas manajemen, masalah keagenan, dan nilai perusahaan.
2. The Market-to-Book Equity Ratio MBE ratio
MBE ratio adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengan nilai buku ekuitas. Nilai pasar ekuitas mengukur nilai sekarang dari aliran kas di
masa yang akan datang atas ekuitas pemilik, baik aset yang ditempatkan maupun peluang investasi di masa yang akan datang, sementara nilai buku
ekuitas merepresentasikan nilai terakumulasi yang dihasilkan hanya oleh aset yang ada. Dengan kata lain, MBE ratio merepresentasikan perpaduan aliran
kas aset yang ditempatkan dengan kesempatan investasi di masa yang akan datang.
Kelemahan MBE ratio salah satunya sama dengan MBA ratio, yakni digunakan untuk mengukur variabel lain, misalnya kinerja perusahaan. Selain
itu, rasio ini juga tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi suatu perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah yang mana memiliki proporsi
hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri dalam struktur modalnya. 3.
The Earnings-Price Ratio EP Ratio Proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesempatan investasi
adalah Earning Price Ratio EP Ratio atau kebalikannya Price Earning Ratio PER. Menurut Chung dan Charoenwong dalam Tim dan Goyal, 2007, rasio
EP yang semakin tinggi menunjukkan nilai ekuitas yang semakin besar karena
Universitas Sumatera Utara
aset ditempatkan relatif terhadap peluang pertumbuhan. Kelemahan EP ratio adalah rasio ini juga banyak digunakan untuk mengukur variabel lain serta
tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi jika suatu perusahaan menghasilkan laba nol atau minus.
4. The Ratio of Capital Expenditures over the Net Book Value of Plant
Property and Equipment CAPXPPE ratio
Proksi ini digunakan untuk mengukur peluang investasi karena belanja modal sebagian besar mengarah pada perolehan peluang investasi baru.
Perusahaan yang melakukan belanja modal lebih banyak akan memperoleh peluang investasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang melakukan
lebih sedikit belanja modal. 2.1.5 Masalah Keagenan
Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal. Hubungan keagenan adalah kontrak
antara prinsipal dengan agen dimana prinsipal mendelegasikan wewenang yang dimilikinya atas perusahaan kepada agen, termasuk kewenangan dalam hal
pengambilan keputusan Jensen dan Meckling, 1976. Dalam konteks perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, sementara dewan direksi, CEO,
dan para eksekutif perusahaan adalah agen perantara dari pemegang saham Keown, et al., 2008:18.
Pemilik yang sekaligus manajer tidak memiliki konflik kepentingan dalam manajemen bisnis. Mereka bekerja untuk diri sendiri, meraih
Universitas Sumatera Utara
penghargaan atas kerja yang baik dan menderita hukuman atas kinerja yang buruk. Kesejahteraan pribadi mereka terikat dengan nilai perusahaan Brealey
et al. , 2008:16. Namun bagi perusahaan besar, pemilik perusahaan belum
tentu adalah manajer perusahaan tersebut. Hal ini menjadi awal dari benturan kepentingan antara keduanya yang sering disebut masalah keagenan. Masalah
keagenan adalah masalah yang timbul dari konflik kepentingan antara manajer agen pemegang saham dengan pemegang saham Keown, et al., 2008:18.
Para pemegang saham tidak mungkin melakukan pengawasan setiap hari hanya untuk memastikan bahwa para staf manajemen bekerja untuk
memaksimalkan kesejahteraan mereka. Untuk itu, ada beberapa pengaturan yang membantu memastikan agar pemegang saham dan manajer bekerja untuk
mencapai tujuan bersama Brealey et al., 2008:16: 1. Rencana Kompensasi
Manajer didorong oleh skema insentif yang memberikan pengembalian besar jika pemegang saham mendapatkan untung, tetapi tidak bernilai jika
pemegang saham mendapatkan untung. Skema kompensasi yang dirancang dengan baik mendorong manajemen untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham, sebaliknya skema yang tidak dirancang dengan baik malah akan menguntungkan manajer yang memiliki kinerja yang buruk.
2. Dewan Direksi Dewan direksi sering digambarkan sebagai pendukung manajemen puncak
yang pasif, tetapi ketika kinerja mulai merosot dan manajer tidak menawarkan rencana pemulihan yang terpercaya, maka dewan akan
Universitas Sumatera Utara
bertindak, misalnya dengan melakukan penggantian terhadap manajer yang berkinerja rendah. Karena itu, jika pemegang saham percaya bahwa
perusahaan berkinerja rendah dan dewan direksi tidak cukup agresif mengawasi manajer bertugas, mereka dapat mencoba untuk menggantikan
dewan pada pemilihan berikutnya. Pemegang saham yang berseberangan akan berusaha untuk meyakinkan pemegang saham lain untuk memilih daftar
calon mereka menduduki dewan. 3. Pengambilalihan
Perusahaan yang berkinerja buruk cenderung akan diambil alih oleh perusahaan lain. Setelah pengambilalihan, tim manajemen lama akan didepak
keluar. 4. Pemantauan Spesialis
Manajer menjadi sasaran investigasi para spesialis. Tindakan mereka dipantau oleh para analis sekuritas yang memberi nasihat pada investor untuk membeli,
menahan, atau menjual saham perusahaan. Mereka juga dikaji oleh bank yang memantau dengan tajam kemajuan perusahaan yang menerima pinjaman dari
bank. 5. Persyaratan Hukum dan Peraturan
CEO dan manajer keuangan memiliki tugas hukum untuk bertindak, bertanggung jawab, dan selalu sesuai dengan kepentingan investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kepemilikan Institusional