2.3 Kerangka Konseptual
Nilai perusahaan adalah nilai pasar saham yang tercermin melalui harga saham perusahaan di pasar. Setiap perusahaan dituntut bukan hanya untuk
memaksimalkan laba perusahaan, tetapi juga memaksimumkan kesejahteraan pemegang sahamnya dengan jalan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan
nilai perusahaan akan membuat perusahaan tersebut dapat tumbuh, berkembang, dan kokoh dalam jangka panjang.
Dalam melakukan operasinya, perusahaan harus membuat dua keputusan, yakni keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Keputusan investasi adalah
keputusan yang menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan investasi, baik pada aset berwujud maupun tidak berwujud. Sebelum melakukan investasi,
perusahaan perlu mengidentifikasi peluang-peluang investasi di masa depan yang disesuaikan dengan aset yang ada pada saat ini. Kondisi ketidakpastian dan
persaingan yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk mampu menetapkan pilihan investasi-investasi di masa mendatang yang dapat
menguntungkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Keputusan pendanaan mencakup keputusan yang harus diambil perusahaan
dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaannya, baik menggunakan modal sendiri atau hutang. Perusahaan harus dapat menetapkan proporsi penggunaan
hutang dan modal sendiri dengan tepat agar tidak terjadi permasalahan di masa depan. Penggunaan jumlah hutang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan
mengganggu kegiatan operasi perusahaan dan akan mengganggu perolehan laba. Kinerja perusahaan yang buruk ini akan menyebabkan sentimen negatif dari pasar
Universitas Sumatera Utara
yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan. Horne dan Wachowicz 2005:2 menyatakan bahwa jika manajer keuangan memiliki kemampuan dalam
beradaptasi dengan perubahan, menggalang dana, berinvestasi dalam aktiva, serta melakukan pengelolaan secara bijak, maka akan mempengaruhi keberhasilan
perusahaan. Dalam melaksanakan aktivitas untuk memaksimalkan nilai, sering sekali
terjadi benturan antara kepentingan pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Pemegang saham cenderung mengharapkan dividen yang tinggi atas
kepemilikan sahamnya, sementara manajemen perusahaan cenderung menginginkan laba yang didapatkan saat ini dimanfaatkan dalam rangka
meningkatkan laba perusahaan di masa mendatang agar manajemen dapat memperoleh insentif dan gaji yang lebih besar.
Pertentangan antara manajemen dan pemegang saham pada akhirnya dapat diselesaikan salah satunya dengan adanya kepemilikan saham institusional.
Institusi sebagai sebuah lembaga dinilai mampu mengawasi dan mengontrol kinerja manajemen agar tetap pada tujuannya, yakni memaksimalkan nilai
perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Morck, et al. 1989 yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup
besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Dasar argumentasi ini adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif
pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan
kerangka konseptual seperti pada Gambar 2.1:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis